Dampak Subsidi Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 11. Regulasi untuk Membangun Bahan Bakar Nabati di Indonesia Basis
Regulasi Lahan
Kepmen no 37KPTSHK.3502002 tentang Pedoman perijinan usaha perkebunan.
SKB Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala BPN no 364KPTS-lI90 no 19KPTSHK050790 no 23-VlII -1990
tentang ketentuan pelepasan kawasan hutan dan pemberian hak guna usaha untuk pengembangan usaha pertanian.
Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN no 2 tahun 1999 tentang izin lokasi.
Keputusan Menteri Pertanian no
167KPTSKB.1
1039 tentang pembinaan dan penertiban perkebunan besar wasta
khususnya kelas IV dan V. Keputusan Menteri Kehutanan no 146KPTS-Il2003 tentang
pedoman evaluasi penggunaan kawasan hutaneks kawasan hutan untuk pengembangan usaha budidaya perkebunan.
PP no 44 tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan. lnfrastruktur
Peraturan Presiden RI no 67 tahun 2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. PP no 17 tahun 1986 tentang kewenangan pengaturan,
pembinaan dan pengembangan industri. PP no 26 tahun 1980 tentang jalan.
Pabrikasi SNI Biosolar no 04-7182-2006,
Surat Keputusan Dirjen Migas no 3674K24DJM2006 tentang standar dan mutu spesifikasi BBM jenis bensin yang
dipasarkan di dalam negeri, dengan diperbolehkannya bioetanol maksimum 10 persen volume.
Surat Keputusan Dirjen Migas no 3675K24DJM2006 tentang standar dan mutu spesifikasi BBM jenis minyak solar yang
dipasarkan di dalam negeri, dengan diperbolehkannya biosolar maksimum 10 persen volume.
Peraturan Menteri ESDM no 007 tahun 2005 tentang persyaratan dan pedoman pelaksanaan izin usaha dalam
kegiatan usaha hilir migas. Pasar
Keputusan Menteri ESDM no 1 088K20MEM2003 tanggal 17 September 2003 tentang pedoman pelaksanaan pembinaan
pengawasan pengaturan dan pengendalian kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi dan kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi.
Pendanaan Pematangan Lembaga Indonesia Green Energy Fund.
PKBL dari BUMN untuk budidaya pembibitan dan demplot. Fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang
BBN melalui RPP 148. Sumber: Kementerian ESDM, 2006b
Tabel 11. Lanjutan Regulasi
Pendanaan Fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman
modal di bidang BBN melalul Rencana Program Pemerintah 148.
1. Penyediaan dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara APBN untuk subsidi
bunga Rp 1 triliun dan prasarana tahun 2007
sebesar Rp 10 triliun. Insentif pajak dan bea cukal untuk usaha di
bidang BBN.
Regulasi perbankan dan pasar modal yang kondusif terhadap pembiayaan pengembangan
BBN. 2.
Pendanaan melalui perbankan tahun 2007
sebesar Rp 15 triliun - Rp 20 triliun.
3. 4.
5. Pendanaan melalui pasar
modal tahun 2007 sebesar Rp 1 triliun.
Pendanaan melalui PKBL dan Clean Development
Mechanism tahun 2007 sebesar Rp 300 miliar.
Pendanaan melalui Penanaman Modal Asing
tahun 2007 sebesar Rp 200 miliar.
Revisi SK Menkeu untuk penghapusan atau pengurangan PPN komoditas BBN dari hulu
sampai hilir. 1. Jarak pagar dapat
dibiayai oleh perbankan dan atau kewajiban
menanam jarak pagar minimal 5 persen dari
luasan lahan untuk penerima kredit
perbankan BUMN atau penerima kredit untuk
pengembangan program BBN dengan bunga
bersubsidi. SKB Menteri ESDM dan BUMN untuk
penugasan kepada Pertamina dan PLN sebagai pembeli siaga produk BBN.
Kebijakan penetapan mandatori pemakaian BBN setiap tahun.
Kebijakan pemerintah Menteri ESDM dan Menkeu untuk memperlakukan harga BBN
dalam rentang MOPB Mid Oil Platt’s B dan MOPB + Alpha apabila harga biosolar B100
dan bioetanol di atas MOPB.
2. Green Energy Fund mendapat Seed-Capital
dari APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD.
SK Menkeu mengenai pengurangan perpajakan terkait dengan pembiayaan BBN melalui pasar
modal berupa produk, saham pajak capital gain, obligasi pajak atau bunga dan
derivasinya capital gain dan bunga selama 5 tahun.
Kebijakan Bank Indonesia untuk penurunan ATMR untuk kredit kepada pengembang BBN.
Peraturan Pemerintah pembentukan Badan Layanan Umum untuk pembiayaan
pengembangan BBN.
Sumber: Nasution, 2006
Lahan untuk pengembangan BBN diperoleh dan lahan perkebunan, pelepasan kawasan hutan, dan lahan pertanian. Regulasi ini akan meningkatkan
lahan perkebunan untuk pengembangan BBN, mendeforestasi kawasan hutan, dan mengurangi lahan untuk tanaman pertanian tanaman pangan. Regulasi
infrastruktur diarahkan untuk memperkuat pengembangan industri dan infrastruktur penyediaan jalan. Regulasi pabrikasi diarahkan untuk pengendalian
kualitas BBN guna menghasilkan bioetanol dan biosolar yang maksimum 10 persen dan volume blending. Pabrikasi diperluas hingga ke industri hilir. Pasar
BBN diatur melalul pedoman dari hulu sampai hilir. Pendanaan didukung melalui kelembagaan Green Energy Fund dan PKBL sebesar Rp 300 miliar, serta
pemberian fasilitas pajak penghasilan. Pendanaan lainnya bersumber dari APBN untuk pemberian subsidi bunga
sebesar Rp 1 triliun, prasarana sebesar Rp 10 triliun, perbankan sebesar Rp 15 triliun sampai Rp 20 trliun, melalui pasar modal sebesar Rp 1 triliun, dan melalui
PMA sebesar Rp 200 miliar Tabel 11. Total dana yang tersedia selama tahun 2007 untuk mengembangkan BBN sebesar Rp 32.5 triliun.
Pengembangan BBN mempunyai rencana tertentu Tabel 12. Tenaga kerja langsung yang terlibat diperkirakan sebanyak 3.5 juta orang dan 87137
orang tenaga kerja tidak langsung. Pendapatan usahatani per orang yang bertanam tebu seluas 0.5 hektar, ubi kayu dan kelapa sawit seluas 2 hektar, dan
jarak pagar seluas 3 hektar adalah Rp 54.64 juta per tahun. Produksi yang dihasilkan bioetanol atau biosolar sebanyak 16.62 juta ton minyak, atau setara
dengan 127.5 juta ton biji, barang, danatau umbi. Produksi tersebut akan dapat memenuhi industri sebanyak 23 307 unit. Lahan yang digunakan untuk
mengembangkan BBN seluas 5.25 juta hektar dan memerlukan bibit sebanyak 224.25 juta ton batang. Dengan demikian diperlukan investasi usahatani sebesar
Rp 66 juta dan off farm sebesar Rp 99.29 juta.