Kerajaan Pajang BUKU PAI SMP DAN SMA SEDERAJAT PAI 9 Husni Thoyar

Pendidikan Agama Islam Kelas IX 93 tidak tersekat oleh batas kerajaannya. Oleh karena itu, saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengikrarkan kesetiaan untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Keputusan tersebut merupakan keputusan yang fenomenal. Dengan ikrar keputusan tersebut, Kerajaan Mataram diberi status khusus sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerajaan Mataram Islam bertahan hingga saat ini dalam bentuk dua kerajaan, yaitu Kesultanan Ngayogjakarta Hadiningrat dengan rajanya Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kesunanan Surakarta dengan rajanya Sri Susuhunan Pakubuwono XII.

d. Kerajaan Banten

Kerajaan Islam lain yang penting untuk kamu perhatikan adalah Kerajaan Banten. Setelah Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran agama. Bahkan, selanjutnya Kerajaan Banten berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Setelah merdeka dari Kerajaan Demak, Sultan Hasanuddin, merupakan anak dari Sultan Fatahillah diangkat sebagai raja 1552–1570. Kerajaan Banten mengalami kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan Kerajaan Banten semakin melemah, ketika Sultan Ageng ditangkap oleh VOC. 3. Kerajaan Islam di Sulawesi Di Sulawesi Selatan pada abad XVI terdapat beberapa kerajaan, di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Soppeng, Wajo, dan Sidenreng. Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528 sehingga melahirkan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibu kota dari Kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis karena berada di jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan, daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut, Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang, Khatib Tunggal, Datuk Pattimang, dan Datuk ri Tiro dari Sumatra. Penyebaran Islam dilakukan dengan gigih hingga pada abad XVII agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan Raja Makassar pun memeluk agama Islam. Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya Raja Gowa yang bergelar Sultan Alaudin memerintah Makassar tahun 1593–1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia Raja Tallo sebagai mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Pendidikan Agama Islam Kelas IX 94 Sejak pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Malikus Said 1639–1653. Selanjutnya, Kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin 1653–1669. Pada masa pemerintahannya, Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu dengan menguasai daerah- daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu, ia menentang ke- hadiran dan monopoli yang di- paksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Dengan demikian, hubungan Batavia pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur dan Ambon terhalangi oleh adanya Kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya, keduduk- an Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut, Belanda memberikan julukan kepadanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar, yaitu dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone daerah kekuasaan Makassar. Raja Bone, yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibu kota Kerajaan Makassar. Akhirnya, secara terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahan dan menandatangani Perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar. Isi dari Perjanjian Bongaya sebagai berikut. a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar. b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar. c. Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makassar. d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Sumber: www.fotodetik.com ▼ Gambar 7.7 Tanah Makassar menampilkan salah satu putra terbaiknya, yaitu Sultan Hasannudin.