Surah Al-Qa-ri‘ah [101] Ayat 1–5

Pendidikan Agama Islam Kelas IX 32

a. Kiamat S.ugra -

Kiamat s.ugra - kecil yaitu peristiwa kiamat dalam skala kecil yang terjadi hanya terbatas pada daerah-daerah tertentu, misalnya terjadinya bencana alam di bumi saat ini. Kiamat sugra- hampir setiap hari terjadi. Meninggalnya seseorang, tanah longsor, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus merupakan contoh kiamat s.ugra -. Meninggalnya seseorang merupakan kiamat s.ugra - bagi orang tersebut. Rasulullah saw. bersabda seperti berikut. Artinya: Dari Anas, Rasulullah saw. bersabda: ”Orang yang mati telah datang kiamatnya”. H.R. Ibnu Abid-Dunya- Selain kiamat berupa kematian seperti dijelaskan pada hadis di atas, kiamat s.ugra - masih banyak jenisnya. Dengan adanya kiamat sugra- seharusnya menjadi peringat- an bagi kita agar selalu siap dalam menghadapi datang- nya kiamat. Kematian yang tidak kita ketahui waktu datangnya seharusnya mem- buat kita selalu siap meng- hadapinya. Kita tidak boleh lengah atau melakukan per- buatan dosa karena kita tidak pernah mengetahui waktu maut menjemput.

b. Kiamat Kubra-

Kiamat kubra- besar artinya kiamat besar yang ditandai dengan hancurnya alam dan seluruh isinya. Kiamat kubra- ini yang sering disebut sebagai hari akhir. Saat itu semua makhluk akan hancur binasa. Hanya Allah Swt., Sang Khaliq yang kekal abadi selama- lamanya. Kiamat kubra- sampai saat ini belum kita temui, sementara kiamat sugra- sering kita temui dalam kehidupan saat ini. Sumber: Republika, 12 November 2008 ▼ Gambar 3.3 Bencana alam merupakan peristiwa kiamat s.ugra - . Pendidikan Agama Islam Kelas IX 33

2. Peristiwa Sesudah Hari Akhir

Setiap ada awal tentu ada akhir. Demikian pula kehidupan di dunia ini karena ada permulaan kehidupan, tentu ada pula akhirnya. Tidak ada yang abadi, kecuali Allah Swt., Zat yang Mahakekal. Kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak kekal. Kehidupan yang sementara ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan di akhirat. Tidak semua manusia dapat memanfaatkan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya. Ada manusia yang justru terlena dengan kehidupan di dunia. Mereka tidak menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara sehingga mereka bermalas-malasan. Ada manusia yang justru menjadikan dunia ini sebagai tujuan. Mereka tidak menyadari bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia. Manusia yang dapat memanfaatkan kehidupan di dunia untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya kelak akan memperoleh kehidupan bahagia di akhirat. Bagi mereka yang terlena dengan kehidupan dunia hanya kerugian dan penyesalan yang didapatnya. Mereka akan menyesal karena tidak mempergunakan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik- baiknya. Di akhirat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Setelah semua makhluk hancur, Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup terompet nafiri. Setelah nafiri ditiup oleh Malaikat Israfil secara bersamaan nyawa yang telah tertidur bertahun-tahun silam akan bangun. Saat itu merupakan peristiwa pertama yang terjadi dan disebut Yaumul Ba‘s . , yaitu hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi setelah penantian di alam kubur yang disebut Yaumul Barzah. Pada saat dibangkitkan, keadaan manusia bermacam-macam. Keadaan tiap-tiap manusia mencerminkan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah az-Zalzalah [99] ayat 6 yang artinya, ”Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, untuk diperlihatkan kepada mereka balasan semua perbuatannya.” Pada saat dibangkitkan ada segolongan manusia yang tampil dengan wajah berseri. Pada saat yang sama ada manusia yang dibangkitkan dengan wajah muram. Bukan hanya wajah yang berbeda, kondisi fisik setiap manusia juga berbeda. Setelah dibangkitkan dari kubur selanjutnya manusia berbondong- bondong menuju suatu tempat untuk menanti pengadilan Allah Swt. Peristiwa ini disebut Yaumul Mah.sya -r, yaitu hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur untuk menunggu pengadilan Allah Swt. Pada saat itu, manusia hanya menunggu nasibnya sendiri-sendiri. Mereka tidak ingat sanak saudara. Seorang suami lupa dengan nasib anak dan istrinya. Begitu juga seorang istri tidak sempat