Pendidikan Agama Islam Kelas IX
92
c. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586. Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Gelar ini menunjukkan keberadaan agama Islam dalam kehidupan Kerajaan Mataram Islam.
Pada masa kekuasaannya, Mataram diliputi sejumlah pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan. Para bupati yang semula tunduk pada
kekuasaan Pajang, secara serentak menolak Mataram. Akan tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi berhasil dipadamkan. Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang
bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu kekuasaan Mataram Islam mencapai wilayah
yang sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan.
Pada masa Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya. Artinya, prestasi yang diperoleh Sultan Agung
belum dapat dikalahkan oleh para penerusnya. Beberapa usaha aktif yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah upayanya untuk mengusir
penjajah Belanda yang menggunakan baju VOC di Batavia atau Jayakarta. Usaha Sultan Agung ini dilakukan pada tahun 1628 dan
1629 Masehi. Meskipun tidak sepenuhnya berhasil, usaha ini menyebabkan Belanda mengubah taktik penjajahannya di Nusantara.
Upaya lain yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah penguatan ekonomi rakyat dan penyebarluasan agama Islam. Pada masa tersebut,
upaya mendekatkan agama Islam dengan tradisi yang berkembang di masyarakat mendapat sambutan masyarakat luas. Dengan usaha
ini Islam dapat diterima oleh kalangan luas masyarakat.
Setelah kepemimpinan Sultan Agung, penguasa silih
berganti dengan berbagai corak dan prestasi yang ber-
hasil dicapai. Pada masa perjuangan kemerdekaan,
Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX. Sebagai raja dan pejuang kemerdekaan, beliau
aktif menggalang perjuangan untuk membebaskan bangsa
Indonesia dari penjajahan. Meskipun ia seorang raja,
wawasan kebangsaannya
Sumber: www.photobucket.com
▼ Gambar 7.6
Kerajaan Mataram masih ada hingga saat ini meskipun melebur dengan negara Indonesia
sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pendidikan Agama Islam Kelas IX
93
tidak tersekat oleh batas kerajaannya. Oleh karena itu, saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Sri Sultan Hamengku Buwono
IX mengikrarkan kesetiaan untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Keputusan tersebut merupakan keputusan yang fenomenal.
Dengan ikrar keputusan tersebut, Kerajaan Mataram diberi status khusus sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kerajaan Mataram Islam bertahan hingga saat ini dalam bentuk dua kerajaan, yaitu Kesultanan Ngayogjakarta Hadiningrat dengan
rajanya Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kesunanan Surakarta dengan rajanya Sri Susuhunan Pakubuwono XII.
d. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam lain yang penting untuk kamu perhatikan adalah Kerajaan Banten. Setelah Fatahillah yang juga menantu Sunan
Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran
agama. Bahkan, selanjutnya Kerajaan Banten berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Setelah merdeka dari Kerajaan
Demak, Sultan Hasanuddin, merupakan anak dari Sultan Fatahillah diangkat sebagai raja 1552–1570. Kerajaan Banten mengalami
kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan Kerajaan Banten semakin melemah,
ketika Sultan Ageng ditangkap oleh VOC.
3. Kerajaan Islam di Sulawesi
Di Sulawesi Selatan pada abad XVI terdapat beberapa kerajaan, di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Soppeng, Wajo, dan Sidenreng. Kerajaan
Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528 sehingga melahirkan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibu
kota dari Kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis karena berada di jalur pelayaran perdagangan Nusantara.
Bahkan, daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun Indonesia Barat. Dengan
posisi strategis tersebut, Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang, Khatib Tunggal, Datuk Pattimang, dan Datuk ri Tiro dari
Sumatra. Penyebaran Islam dilakukan dengan gigih hingga pada abad XVII agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan Raja
Makassar pun memeluk agama Islam. Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya Raja Gowa yang
bergelar Sultan Alaudin memerintah Makassar tahun 1593–1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia Raja Tallo sebagai mangkubumi bergelar
Sultan Abdullah.