Kerajaan Mataram Islam BUKU PAI SMP DAN SMA SEDERAJAT PAI 9 Husni Thoyar

Pendidikan Agama Islam Kelas IX 94 Sejak pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Malikus Said 1639–1653. Selanjutnya, Kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin 1653–1669. Pada masa pemerintahannya, Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu dengan menguasai daerah- daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu, ia menentang ke- hadiran dan monopoli yang di- paksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Dengan demikian, hubungan Batavia pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur dan Ambon terhalangi oleh adanya Kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya, keduduk- an Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut, Belanda memberikan julukan kepadanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar, yaitu dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone daerah kekuasaan Makassar. Raja Bone, yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibu kota Kerajaan Makassar. Akhirnya, secara terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahan dan menandatangani Perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar. Isi dari Perjanjian Bongaya sebagai berikut. a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar. b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar. c. Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makassar. d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Sumber: www.fotodetik.com ▼ Gambar 7.7 Tanah Makassar menampilkan salah satu putra terbaiknya, yaitu Sultan Hasannudin. Pendidikan Agama Islam Kelas IX 95 Walaupun perjanjian telah diadakan, perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan, pengganti dari Sultan Hasannudin, yaitu Mapasomba putra Hasannudin meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya, Belanda dapat menguasai sepenuhnya Kerajaan Makassar dan Makassar mengalami kehancuran. Kerajaan Makassar memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan Islam di daerah Indonesia Timur. Para pelaut Bugis yang terkenal sebagai pelaut ulung mengarungi lautan luas untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Wilayah Maluku dan Papua menjadi wilayah utama penyebaran Islam yang dilakukan oleh pelaut Bugis. Di dalam masyarakat Sulawesi sendiri, pengaruh Islam mendapat dukungan dari para raja. Raja Bone ke-13, yaitu La Maddaremmeng 1631– 1644 menggabungkan hukum Islam ke dalam lembaga tradisional Bone. Ia mencanangkan ”Gerakan Pembaruan Keagamaan” dengan me- merintahkan rakyatnya untuk mematuhi ajaran Islam secara total. Di Kerajaan Gowa dan Tallo pra-Islam terdapat tiga unsur lembaga yang menangani negara, yaitu: a. ade, yang bertugas mengawasi rakyat, b. rappang, yang bertugas mengawasi negara, dan c. wari, yang bertugas menangani perbuatan sewenang-wenang. Setelah masuknya Islam, unsur lembaga ditambah satu lagi untuk mengurusi sara’ atau kewajiban agama, yaitu lembaga parewa sara. Lembaga inilah yang mengawasi pelaksanaan aturan-aturan sosial agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dengan pengintegrasian aturan Islam dalam kehidupan kerajaan, Islam dapat berkembang dengan pesat. 4. Kerajaan di Luar Sumatra, Jawa, dan Sulawesi Di luar Sumatra, Jawa, dan Sulawesi, Islam menyebar dengan baik. Di Kalimantan Islam datang melalui dua jalur jalan, yaitu melalui jalur barat dan jalur timur. Penyebaran Islam melalui jalur barat dilakukan oleh para ulama Sumatra yang melewati Selat Malaka. Para ulama yang berasal dari negeri-negeri yang telah memeluk Islam lebih dahulu, seperti Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Aceh, masuk melalui sisi barat Pulau Kalimantan atau yang dikenal dengan nama Pulau Borneo. Adapun melalui jalur selatan atau timur, para ulama dari Pulau Jawa mengambil peranan penting. Masuknya Islam dari Jawa terutama dari Kerajaan Demak membawa perubahan yang signifikan di Pulau Kalimantan. Para ulama Jawa mengantarkan hadirnya Kerajaan Islam Banjar. Dari kerajaan inilah muncul seorang ulama yang sangat disegani, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau menulis beberapa buku agama. Di antaranya kitab Sabilal Muhtadin dan Parukunan. Kitab yang disebut pertama menjadi rujukan di kalangan santri di Asia Tenggara.