Pendidikan Agama Islam Kelas IX
87
tetapi, seiring dengan perkembangan kerajaan Islam di Sumatra, penyebaran Islam mencapai wilayah yang jauh di pedalaman sehingga
Islam diterima oleh mayoritas masyarakat Sumatra. Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 79
Beberapa kerajaan yang mewarnai perjalanan Islam di Sumatra antara lain Kerajaan Perlak, Samudera Pasai, dan Kerajaan Aceh.
a. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam yang berdiri
pertama kali di Sumatra. Kerajaan Perlak disebut juga
Kerajaan Peureula. Demikian menurut Menurut Prof. Ali
Hasymy. Perlak merupakan kota dagang penyedia kamper
paling terkenal. Oleh karena itu, banyak orang dari luar
negeri yang datang ke daerah tersebut. Hal ini tentu mem-
berikan pengaruh yang positif bagi masyarakat. Masyarakat
merasa kebutuhannya ter- cukupi sehingga kemakmuran
pun dirasakan oleh mereka. Kerajaan Perlak berdiri pada
pertengahan abad IX.
Raja pertama di Kerajaan Perlak bernama Sultan Alauddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Kemunculan Kerajaan Perlak tidak lepas
dari komunitas muslim Arab yang datang dari tanah Arab. Komunitas ini disinyalir adalah sebagian pengikut Ali bin Abi Talib atau kelompok
Syiah yang melarikan diri akibat pertentangan politik di Madinah. Tidak heran jika pada awalnya aliran Syiah mewarnai Islam yang
berkembang di ujung Sumatra ini. Warna Syiah terlihat dari pendiri kerajaan ini, yaitu Alauddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah yang
beraliran Syiah.
Selanjutnya, seiring dengan stabilnya keadaan politik umat Islam di Arab, para dai Sunni berkelana untuk menyebarkan Islam hingga
sampai di Kerajaan Perlak. Aliran Sunni pertama kali masuk pada masa sultan ketiga, Sultan Alauddin Syed Maulana Abbas Syah.
Setelah wafatnya, pada tahun 300 Hijriah atau 913 Masehi terjadi pertempuran antara penganut Syiah dan Sunni di Perlak hingga tidak
ada sultan selama dua tahun. Kaum Syiah memenangkan pertarungan pada tahun 302 Hijriah dengan naiknya Sultan Alauddin Syed
Maulana Ali Mugayyat Shah yang beraliran Syiah.
Sumber: Ensiklopedi Islam untuk Pelajar
▼ Gambar 7.3
Dari Perlak, penyebaran Islam selanjutnya meluas ke kerajaan-kerajaan lainnya.
Pendidikan Agama Islam Kelas IX
88
Pada akhir pemerintahan sultan ini, kembali terjadi pertempuran yang dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan
berikutnya berasal dari kaum Sunni. Dengan demikian, Syiah yang sempat mewarnai perkembangan awal Islam di Sumatra berganti
dengan warna Sunni hingga saat ini.
Kerajaan Perlak mengalami pasang surut akibat perebutan pengaruh antartokoh. Hal ini menyebabkan para pedagang meng-
alihkan perdagangannya ke Samudera Pasai yang mulai muncul. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak pun akhirnya mengalami kemunduran.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai dapat disebut sebagai penerus Kerajaan Perlak. Penyebaran Islam dari Kerajaan Perlak mencapai wilayah
Samudera Pasai sejak awal berdirinya Kerajaan Perlak. Pada saat Kerajaan Perlak diperintah oleh Sultan XVII, yaitu Sultan Makhdum
Alauddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, terjadi pernikahan politik antara dua putri Sultan dengan penguasa negeri
tetangga. Putri pertama, yaitu Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Mahmud Shah atau Parameswara dan
putri kedua, Putri Ganggang, dinikahkan dengan Raja Samudera Pasai, Al-Malikus Saleh. Setelah sultan ke-18 meninggal, Kerajaan
Perlak dan Samudera Pasai disatukan di bawah pemerintahan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, putra Al-Malikus
Saleh dengan Putri Ganggang.
Penyatuan kerajaan ini terjadi pada abad XIII dan terletak di daerah pantai timur Aceh. Kerajaan Samudera Pasai terdapat di
sekitar Kota Lhokseumawe saat ini. Hal ini dibuktikan dengan sumber sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik
as-Saleh dengan angka tahun 1297. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini menjadi kerajaan
yang sangat terkenal di Kepulauan Sumatra hingga ke luar negeri. Bahkan, seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu
Batutah pernah berkunjung ke Samudera Pasai dan menggambarkan Samudera Pasai sebagai negeri yang memeluk Islam beraliran Sunni
dan dipimpin oleh seorang raja yang alim.
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514 Masehi. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah tercatat sebagai raja pertama kerajaan ini
yang memimpin antara tahun 1514–1528 Masehi. Kerajaan Aceh menjadi kerajaan yang sangat penting bagi para pedagang saat itu.
Setelah bandar Malaka jatuh ke tangan Portugis, praktis para pedagang banyak yang beralih ke wilayah Aceh.
Pendidikan Agama Islam Kelas IX
89
Kerajaan Aceh juga telah menjalin hubungan dengan para pemimpin Islam di kawasan Arab. Oleh karena itu, Aceh juga dikenal
dengan sebutan Serambi Mekah. Puncak hubungan ini terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah. Tidak sekadar pada hubungan
dagang dan keagamaan, tetapi kerja sama politik dan militer telah dibangun saat itu. Hubungan ini pula yang menyebabkan pasukan
perang Usmani membantu Kerajaan Aceh untuk mengusir Portugis dari Pasai yang telah dikuasai sejak tahun 1512 Masehi.
Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu wilayah
kekuasaan Aceh sangat luas mulai dari Aru di seberang
Malaka arah utara hingga Bengkulu di sebelah barat.
Kepulauan Nias dengan wi- layah Johor, Pahang, Kedah,
dan Perak juga tunduk di bawah kekuasaan Aceh.
Pada tahun 1600 Masehi seluruh wilayah kekuasaan Aceh telah memeluk agama Islam. Hal ini tidak lepas dari dukungan penuh dari
para sultan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan gerak dakwah yang menyebabkan istana kerajaan dikelilingi oleh para ulama dan
kaum terpelajar. Beberapa nama ulama besar saat itu adalah Syekh Syamsuddin, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf dari Singkal.
Para ulama Aceh menyebarkan Islam melampaui batas kerajaannya. Salah satunya ke Kerajaan Minangkabau. Penyebaran
Islam di Minangkabau pada awalnya tidak berjalan dengan lancar akibat pertentangan dengan tradisi yang telah ada. Baru pada tahun
1583 Masehi, tiga orang tokoh Minangkabau kembali dari tanah suci Mekah. Ketiga tokoh tersebut membawa paham Wahabi. Gerakan
Wahabi akhirnya sangat mewarnai perkembangan Islam di Minangkabau dengan nama Gerakan Paderi.
Sumber: www.caferijang.wordpress.com
▼ Gambar 7.4
Kerajaan Aceh mencatat sejarah emas perjuangan bangsa.
Sebuah literatur kuno Arab berjudul Ajaib al-Hind yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar al-Hurmuzi pada tahun 1000 Masehi memberikan gambaran adanya perkampungan muslim
di wilayah Kerajaan Sriwijaya. Dalam catatan duta-duta Islam tersebut nama Zabaj atau Sribuza yang lebih dikenal sebagai Sriwijaya. Interaksi ini tidak mengherankan mengingat
zaman itu adalah masa keemasan Sriwijaya.