Ancaman dari Dalam Negeri
88 Ancaman merupakan usaha-usaha yang membahayakan kedaulatan
negara, keselamatan bangsa dan negara. Potensi ancaman yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain sebagai berikut.
a. Disintegrasi bangsa melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan
sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Gerakan separatis ini
terjadi dibeberapa daerah antara lain di Papua, Maluku, Aceh, Poso. Separatisme atau keinginan memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia jika tidak diketahui akar permasalahannya dan ditangani secepatnya akan membuat keutuhan Republik Indonesia
terancam. b.
Keresahan sosial akibat kesenjangan ekonomi dan ketimpangan kebijakan ekonomi serta pelanggaran hak azasi manusia yang pada
gilirannya dapat menyebabkan huru harakerusuhan massa. c.
Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim atau tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa Indonesia. d.
Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional. e.
Munculnya pemikiran memperluas daerah otonomi khusus tanpa alasan yang jelas, hingga persoalan-persoalan yang muncul di
wilayah perbatasan dengan negara lain. f.
Pemaksaan kehendak
golongan tertentu
yang berusaha
memaksakan kepentingannya secara tidak konstitusional, terutama ketika sistem sosial politik tidak berhasil menampung aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat. g.
Potensi konflik antar kelompokgolongan,baik perbedaan pendapat dalam masalah politik, konflik akibat pilkada maupun akibat masalah
SARA. h. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme yang sangat merugikan
negara dan bangsa karena akan mengancam dan menghambat pembangunan nasional.
i. Kesenjangan ekonomi, pemerataan pendapatan yang tidak adil antar kelompok dan antar daerah.
j. Penyalahgunaan narkoba, pornografi dan pornoaksi, pergaulan bebas, tawuran, dan lain-lain.
89 Selain ancaman yang telah disebutkan di atas, ada juga ancaman yang
lainnya yaitu cara pengambilan keputusan melalui pengambilan suara terbanyak. Pengambilan keputusan dengan suara terbanyak dianggap
sebagai cara yang paling demokratis dalam menyelesaikan perbedaan pendapat. Namun seringkali cara ini menimbulkan rasa tidak puas bagi
pihak yang ”kalah” sehingga mereka melakukan pengerahan massa atau
melakukan tindak kekerasan untuk memaksakan kehendaknya.