Rangkuman Umpan Balik dan Tindak Lanjut

75 KEGIATAN PEMBELAJARAN 9 ANALISIS PEREKAT KEBERAGAMAN BANGSA INDONESIA Oleh: Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si.

A. Tujuan

Tujuan pembelajran dalam modul ini untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklatPengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan PKB bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP terhadap “Perekat Keberagaman Bangsa Indonesia ”, yang diharapkan guru agar mampu: 1. Menganalisis Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa Indonesia yang multikultural 2. Menganalisis Bhinneka Tunggal Ika sebagai multikulturalisme Indonesia 3. Menganalisis Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat keberagaman bangsa Indonesia 4. Menganalisis simbol-simbol perekat bangsa Indonesia dalam peraturan perundang-undangan

B. Indikator Pencapaian Kopetensi

Indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan adalah agar peserta diklat mampu menjelaskan: 1. Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa Indonesia yang multikultural dengan benar 2. Bhinneka Tunggal Ika sebagai multikulturalisme Indonesia dengan benar 3. Bhinneka Tunggal Ika sebagai perekat keberagaman bangsa dengan benar 4. simbol-simbol perekat bangsa Indonesia dalam peraturan perundangan dengan benar

C. Uraian Materi 1. Analisis Bhinneka Tunggal Ika Bagi Bangsa Indonesia yang

Multikultur Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya dari Mpu Tantularyang ditulis pada abad XIV pada era 76 Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular merupakan seorang penganut Buddha Tantrayana, namun merasakan hidup aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit yang lebih bernafaskan agama Hindu Ma’arif A. Syafii, 2011. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika, dalam kitab sutasoma terdapat kutipan dalam kitab tersebut yang Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini: Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Terjemahan: Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali Sebab kebenaran Jina Buddha dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Santoso,1975. Bhinneka Tunggal Ika pada mulanya mulai menjadi bahan diskusi terbatas antara Muhammad Yamin, I Gusti Bagus Sugriwa, dan Bung Karno di sela-sela sidang BPUPKI sekitar 2,5 bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaKusuma R.M. A.B, 2004. Bahkan Bung Hatta sendiri mengemukakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan ciptaan Bung Karno pasca Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika mendesain Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk burung Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika disisipkan ke dalamnya.Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jika kalimat tersebut diterjemahkan per kata, maka kata bhinneka berarti beraneka ragam atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti macam dan menjadi pembentuk kata aneka dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti satu. Kata ika berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan Beraneka Satu Itu, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.