Penerapan kewenangan DPD Uraian Materi 1. Penerapan kewenangan MPR

44 pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Dengan ketentuan yang tertuang dalam pasal tersebut di atas, jelas bahwa kewenangan DPD bersifat terbatas. Dalam kaitannya dengan fungsi legislatif, DPD hanya memberikan pertimbangan terhadap DPR sebagai pemegang kekuasaan legislatif yang sesungguhnya. Beberapa ahli hukum menyebutkan bahwa DPD tidak mempunyai kewenangan yang bersifat otonom di bidang legislasi. DPD bekerja hanya sebagai penunjang auxiliary agency tugas konstitusional DPR. Dalam proses pembentukan suatu undang-undang atau legislasi, DPD tidak mempunyai kekuasaan untuk memutuskan atau berperan dalam proses pengambilan keputusan sama sekali Jimly Asshiddiqie ,

2006: 188.

Di bidang pengawasan, DPD mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan kepentingan daerah dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang tertentu, akan tetapi hasil pengawasan tersebut harus disampaikan terlebih dahulu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Hal ini menunjukkan bahwa DPD menjadi subordinat DPR. Oleh karenanya muncul pendapat di tengah masyarakat bahwasannya DPD adalah bagian dari atau menjadi salah satu bagian komisi di DPR. Di bidang budgeting, kewenangan DPD hanya sebatas memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN. Hal ini kurang dapat diterima karena sesungguhnya secara filosofi DPD adalah parlemen yang mewakili wilayah atau daerah, dalam hal ini adalah provinsi. DPD seharusnya dilibatkan dalam proses penyusunan APBN, karena kalau kita melihat struktur APBN yang dominan adalah Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK yang berhubungan dengan kepentingan daerah propinsi kabupaten kota. Idealnya DPD sebagai wakil rakyat yang mewakili daerah diajak duduk bersama dan dilibatkan secara aktif dalam penyusunan APBN. 4. Penerapan kewenangan Presiden Menurut UUD, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh Wakil Presiden. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut. 45 1 Tugas eksekutif kepala pemerintahan adalah a memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara pasal 10; bmenyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR pasal 11 ayat 1 ; c membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR; d mengangkat duta dan menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR pasal 13. 2 Tugas legislatif kepala pemerintahan adalah a membentuk Undang- Undang; b menetapkan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang; c menetapkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang- Undang pasal 5 ayat 2. 3 Tugas yudisial atau kehakiman ini sering disebut hak preogratif atau prevelege presiden. Artinya, hak istimewa yang melekat pada presiden selaku kepala negara. Tugas yudisial kepala pemerintahan adalah: a memberi grasi atau pengampunan kepada orang yang telah dijatuhi hukuman dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung pasal 14 ayat 1; b memberi amnesti atau pengampunan kepada orang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu, tanpa dijatuhi hukuman; c memberikan abolisi atau penghapusan suatu peristiwa pidana. Dalam memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR Pasal 14 ayat 2; serta, d memberikan rehabilitasi atau pemulihan nama baik seseorang dengan memperhatikan pertimbangan MA pasal 14 ayat 1. Presiden juga dapat memberikan gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang pasal 15. Selain itu presiden juga berwenang membentuk dewan pertimbangan dengan tugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dengan undang-undang pasal 16.

5. Penerapan kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan BPK

BPK memiliki posisi strategis dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. BPK diatur dalam satu bab tersendiri dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu bab VIIIA, 3 pasal dan tujuh ayat. Pasal 23E mengatur tentang kewenangan BPK memeriksa pengelolaan dan tanggung tentang keuangan negara ayat 1 yang hasilnya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai