Budaya Jawa Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel

dikupas, tetapi tentu saja merupakan pekerjaan yang sulit. Di sini akan dikupas etnis Jawa saja, karena dalam novel Istana Ema s tokoh utama diperankan oleh sosok perempuan yang berasal dari sosial budaya Jawa.

a. Budaya Jawa

Sejarah kebudayaan manusia sangat bersifat laki-laki, itu merupakan kecenderungan umum yang tidak menafikan kasus-kasus penyimpangan. Kelelakian sejarah bukanlah suatu keniscayaan sekalipun bukti kelelakian sangat kuat dan melimpah. Kebudayaan Minangkabau yang matrilineal misalnya, barangkali amat berguna sebagai bukti ketidakniscayaan kelelakian sejarah. Mungkin matrilinealistas masyarakat Minangtidaklah berpengaruh terhadap citra budaya mereka secara keseluruan yang tetap maskulin. Namun perbedaan dapat dibuat sekalipun hanya dalam wilayah konsep. penting bila dibandingkan dengan kebudayaan Jawa. Secara konsep pun menganggap lelaki lebih tinggi daripada perempuan. Lelaki adalah penulis sejarah kebudayaan Jawa, kebenarannya telah ditambalkan dalam nilai-nilai resmi dan diluhurkan. Jawa juga menghadapi masalah dalam mempertahankan nilai kelelakiannya ketika warganya semakin banyak yang pandai berpikir. Kasus Jawa menjadi penting untuk konteks Indonesia karena dominasi mereka di negara ini. Seperti kebudayaan lain, Jawa juga menempatkan perempuan sebagai the second sex yang bahkan tercermin dalam ungkapan- commit to user ungkapan proverbial yang sangat mengunggulkan laki-laki. Ungkapan suwargo nunut neroko ka tut, yang berarti bahwa kebahagiaan atau penderitaan isteri hanya tergantung pada suami adalah contoh di mana perempuan diaggap tidak berperan dalam kehidupan. Di Jawa, rumah tangga adalah pusat segala-galanya. Dapat dikatakan juga bahwa kedudukan wanita dalam masyarakat adalah rumah tangga. Wanita desa identik dengan usaha tani, karena pertanian menduduki tempat utama dalam masyarakat Jawa. Wanita yang menanam bibit padi, yang memotong padi setangkai demi setangkai dengan ani-ani, menjemur, mengikat dan menyimpan padi di lumbung, menumbuk padi sampai dengan menanak nasi. Dalam novel Ista na Ema s yang diperankan oleh Retno yang digambarkan sosok perempuan Jawa, dia tidak mau menganut perempuan Jawa yang menjadi konco wingking , yang selalu patuh kepada laki-laki. Retno merupakan sosok perempuan yang mandiri tidak mau didominasi kaum laki-laki, sehingga dia selalu mengadakan perlawanan apabila diperlakukan suami tidak adil. Retno merupakan sosok perempuan Jawa yang modern, yang berprinsip emansipasi, perempuan yang dapat melakukan apa yang bisa dilakukan oleh laki- laki. Situasi kebudayaan dengan semangat yang tercermin dalam ungkapan itu sangat dominan hingga pergantian abad ke-20 ini. Sejarah menunjukkan, berkhir karena datangnya kebudayaan modern. commit to user Ketika anak-anak muda Jawa yang terpelajar sudah tidak tahan lagi dengan keadaan pada waktu itu. Dengan berdirinya BU, yang terjadi sesungguhnya adalah semacam pemberontakan. BU merupakan tanda bangkitnya nasionalisme dan sekaligus mundurnya kebudayaan Jawa. Hal yang menarik dari pembrontakan ini, bahwa sebelumnya telah terjadi pembrontakan serupa dengan skala keci yang dilakukan sendiri oleh seoran gadis yang berpikiran sangat maju pada zamannya. Gadis itu bernama Kartini, sekalipun tidak ada hubungan antara BU dengan Kartini namun keduanya melihat kebudayaan dalam perspektif baru yang sama. Hal itu banyak mengandalkan dan menghargai rasionalitas, serta kemampuan pribadi-pribadi manusia. Posisi Kartini sebagai perintis pemberontak budaya yang ia lakukan secara commited . Kartini seorang perempuan yang memberontak terhadap dominasi lelaki, dia berpikiran maju dan rasional. Maksudnya siapa pun orangnya asal berpikir rasional dalam melihat hubungan antara lelaki dan perempuan saat itu, tentu akan terdorong untuk mengubahnya. Maka tidak kebetulan, jika Kartini menjadi feminis Indonesia yang pertama dalam arti secara sadar dan argumentasi serta terdokumentasi menentang penindasan terhadap kaumnya. Kartini merupakan simbol dalam politik perempuan Indonesia. Riant Nugroho, 2011:122-125

b. Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender