3. Tema Cerita atau Pokok Pikiran
Sugihastuti dan Suharto 2010:45, menyatakan bahwa tema menjadi salah satu unsur cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan
sekaligus pemersatu semua fakta dan sarana cerita yang mengungkapkan permasalahan kehidupan.
Menurut Nurgiyantoro 1998:68, tema dapat ditemukan dengan cara menampilkan keseluruhan cerita, tema tersembunyi di balik cerita yang
mendukungnya. Menurut Herman J. Waluyo 2010:124 menyatakan bahwa tema
merupakan gagasan pokok atau
subject-ma ster
yang dikemukaan oleh penyair atau pengarang. Tema itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
pengarang, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Lebih lanjut oleh William Kenney 1966:91, menyebutkan tema sebagai
, definisi ini kurang jelas dan operasional oleh karena itu ia memberikan penjelasan dengan;
mea ning of the mpra l of the story, it is not the subject, it is not tha t people .
Tema cerita dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu: 1
tema ya ng
bersifa t fisik,
2
tema orga nik,
3
tema sosia l,
4
tema egoik rea ksi proba di,
dan 5
tema divine Ketuhana n
. Tema yang
bersifa t fisik
menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan
perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat
organik a ta u mora l
,
commit to user
menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema
yang bersifat
sosial
berkaitan dengan problem masyarakat. Tema
egoik a ta u rea ksi individua l
, berkaitan dengan protespribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentangan individu. Sedangkan
divine Ketuhana n
menyangkut renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik.
4. Sudut Pandang
Menurut Herman J.Waluyo 2011:25,
point of view
dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh
pengarang untuk berperan dalam cerita itu. Apakah ia sebagai orang pertama juru cerita ataukah sebagai orang ketiga menyebut pelaku
sebagai dia. Yang pertama dikatakan sebagai bergaya akuan, sedangkan yang kedua dinyatakan sebagai bergaya diaan. Sebagai orang pertama
pengarang juga dapat ditanya bagaimana ia berperan sebagai orang pertama. Demikian juga jika ia berperan sebagai orang ketiga, bagaimanakah ia
berperan sebagai orang ketiga. Lebih lanjut, Shipley dalam Herman J. Waluyo, 2011:25
menyebutkan adanaya 2 jenis point of view yaitu:
interna l point of view dan externa l point of view.
Inter na l point of view
ada 4 macam, yaitu: 1 tokoh yang bercerita, 2 pencerita menjadi salah seorang pelaku, 3 sudut
pandang akuan, dan 4 pencerita sebagai tokoh sampingan dan bukan tokoh
commit to user
hero. Sementara untuk gaya eksternal, dikemukakan ada 2 jenis, yaitu: 1 gaya diaan, dan 2 penampilan gagasan dari luar tokoh-tokohnya.
Burhan Nurgiyantoro 2007:256, membedakan sudut pandang pengarang menjadi dua macam, yaitu: persona pertama dan persona ketiga.
a. Sudut pandang persona pertama
Dalam pengisahan cerita menggunakan sudut pandang persona pertama, pencerita adalah seorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah
mengisahkan peristiwa dan tindakan yang dialami, dilihat, didengar, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh. Sudut pandang persona pertama
b.Sudut pandang persona ketiga Sudut pandang persona ketiga ini, pencerita adalah seorang yang
berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti ia, dia, mereka.
Berpijak dari uraian tersebut diatas, bahwa sudut pandang
merupakan teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam
suatu cerita fiksi, tokoh yang bercerita dan atau pencerita salah seorang pelaku.
5. Dialog atau Percakapan