model kehidupan yang diidialkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya, seperti plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, bahwa novel adalah bentuk
prosa fiksi yang lebih panjang daripada cerita pendek, yang hanya memuat sebagian kehidupan seseorang, tokoh dan penokohan,
setting
serta sudut pandang pengarang yang bersifat imajiner.
d. Struktur Novel
Novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang bersifat artistik. Sebagai totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai suatu totalitas, unsur, kata,
bahasa, misalnya menjadi salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah
yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud. Burhan Nurgiyantoro, 2007:23.
Prosa fiksi dibagi menjadi beberapa unsur yaitu: tema cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan,
setting
atau tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau
point of view
, latar belakang atau
back-ground
, dialog atau percakapan, gaya bahasagaya bercerita, waktu cerita dan waktu penceritaan, serta amanat
Herman J. Waluyo, 2011:6.
commit to user
Bertitik tolak dari pendapat di atas, struktur novel memuat keseluruhan kehidupan seseorang, yang lengkap dengan penokohan,
perwatakan,
setting
, alur cerita mulai dari awal sampai dengan
akhirklimaksnya. 1.Penokohan dan Perwatakan
Bagian cerita fiksi ini membicarakan tokoh-tokoh cerita penokohan dan watak tokoh-tokoh perwatakan, keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat. Tokoh-tokoh itu yang mempunyai watak yang menyebabkan terjadinya konflik dan konflik itulah yang menghasilkan
cerita. Dalam hal perwatakan, Kenney dalam Herman J. Waluyo, 2011: 18- 19 menyebutkan adanya istilah
lifelikeness,
yang dapat diartikan kehidupan tokoh-tokohnyanya mendekati kehidupan dalam alam ini sebenarnya.
Burhan Nurgiyantoro 2007:65, berpendapat menggunakan istilah tokoh untuk menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, dan karakter menunjukan pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca. Abram dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007:165
memberikan difinisi tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Secara garis besar, tokoh yang menyebabkan konflik disebut tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung
jalannya cerita sebagai tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik.
commit to user
Tokoh antagonis merupakan kebalikan dari tokoh protagonis, yaitu tokoh yang menentang arus cerita atau yang menimbulkan antipati atau benci.
Konflik antara kedua tokoh ini berkembang terus, kedua tokoh ini menguasai mendominasi seluruh cerita, kedua tokoh ini diklasifikasikan
sebagai tokoh sentral yang berarti tokoh-tokoh penting atau pusat penceritaan.
Tokoh adalah pelaku cerita yang mengalami peristiwa yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang memiliki derajat
lifelike.
Watak tokoh harus memiliki relevansi dengan elemen cerita yang lain, seperti; plot, Seting, tema, dan sebagainya, dan mempunyai relevansi
dengan hubungan antar tokoh yang satu dengan yang lain, dan juga dengan keseluruhan cerita. Dalam menggambarkan watak tokoh, pengarang
mempertimbangkan tiga dimensi watak, Herman J. Waluyo, 2011:11-12. Watak dari segi psikis merupakan faktor utama yang terpenting
dalam penggambaran watak atau temperamen tokoh, apakah tokoh itu baik hati, penyabar, murah hati, dermawan, pemaaf, atau pemberang, sombong,
pendengki dan lain sebagainya. Contoh dalam novel
Siti Nurba ya
, tokoh Datuk Maringgih, misalnya berwatak serakah, kikir, jahat, kejam,
pendendam, tidak memiliki rasa belas kasih, dan licik. Watak dari segi fisiologis atau keadaan fisik, dapat dikaitkan
dengan umur, ciri fisik, penyakit, keadaan diri, dan sebagainya. Datuk Maringgih, misalnya adalah lelaki tua berusia 60 tahun, badannya kurus,
commit to user
wajahnya selalu murung, pakaiannya kumal, destar yang berwarna hitam juga kumal, dan sebagainya.
Watak dari segi Sosiologis melukiskan suku, jenis kelamin, kekayaan, kelas sosial, pangkat kedudukan, dan profesi atau pekerjaan.
Datuk Maringgih, misalnya; seorang pedagang kaya raya yang tadinya hanya seorang penjual ikan karena kegigihan dan kelicikannya dalam
membungakan uang, ia dapat menguasai pedagang-pedangan lain di daerah itu.
Lebih lanjut dinyatakan Sugihastuti dan Suharto 2010:47, sebagai tokoh utama pendukung dalam nonel
Sitti Nurba ya
, Samsulbahri dan Sitti Nurbaya digambarkan kebaikan secara berlebihan, fisik Samsulbahri
sebagai laki-laki muda berusia 18 tahun, baju sekolahnya jas tutup putih dan celana pendek hitam, sepatu hitam tinggi disambung ke atas kaus sutera,
sedangkan Sitti Nurbaya perempuaan berumur 15 tahun pakaiannya seperti anak Belanda, sepatu dan kaus berwarna cokelat, rambutnya diikat dengan
benang sutera, alangkah eloknya paras anak perawan ini, pipinya sebagai pauh dilayang.
Bertitik tolak dari pendapat di atas, watak tokoh harus memiliki relevansi dengan elemen cerita yang lain, seperti, plot. Seting, tema, dan
sebagainya, dan mempunyai relevansi dengan hubungan antar tokoh yang satu dengan yang lain dan juga dengan keseluruhan cerita.
commit to user
2. Alur atau