Ketika anak-anak muda Jawa yang terpelajar sudah tidak tahan lagi dengan keadaan pada waktu itu. Dengan berdirinya BU, yang terjadi
sesungguhnya adalah semacam pemberontakan. BU merupakan tanda bangkitnya nasionalisme dan sekaligus mundurnya kebudayaan Jawa.
Hal yang menarik dari pembrontakan ini, bahwa sebelumnya telah terjadi pembrontakan serupa dengan skala keci yang dilakukan sendiri oleh
seoran gadis yang berpikiran sangat maju pada zamannya. Gadis itu bernama Kartini, sekalipun tidak ada hubungan antara BU dengan Kartini
namun keduanya melihat kebudayaan dalam perspektif baru yang sama. Hal itu banyak mengandalkan dan menghargai rasionalitas, serta
kemampuan pribadi-pribadi manusia. Posisi Kartini sebagai perintis pemberontak budaya yang ia
lakukan secara
commited
. Kartini seorang perempuan yang memberontak terhadap dominasi lelaki, dia berpikiran maju dan rasional. Maksudnya
siapa pun orangnya asal berpikir rasional dalam melihat hubungan antara lelaki dan perempuan saat itu, tentu akan terdorong untuk mengubahnya.
Maka tidak kebetulan, jika Kartini menjadi feminis Indonesia yang pertama dalam arti secara sadar dan argumentasi serta terdokumentasi
menentang penindasan terhadap kaumnya. Kartini merupakan simbol dalam politik perempuan Indonesia. Riant Nugroho, 2011:122-125
b. Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender
Undang-undang 1945,
menjamin semua warga negara
mempunyai hak dan kedudukan yang sama di muka hukum, menjadi
commit to user
acuan pokok bagi pergerakan wanita untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kedudukannya. Organisasi-organisasi wanita sedari dulu
mempersoalkan nasib dalam keluarga dengan adanya poligami yang diperlakukang sewenang-wenang oleh suami. Melalui KOWANI
mengadakan desakan kepada pemerintah untuk membentuk undang- undang
perkawinan. KOWANI
sejak tahun
1930-an telah
memperjuangkan, tahun
1960 Oleh
Musyawarah Nasional
Kesejahteraan Keluarga, tahun 1962 oleh Konferensi Badan Penasehat
Perkawinan BP4 dan Seminar Hukum Nasional tahun 1993. Setelah
diperjuangkan bertahun-tahun
di DPR,
baru undang-undang
Perkawinan dapat sisahkan pada akhir tahun1973 dan menjadi UUP No. I tahun 1974. Kendati demikian masih banyak perlakuan suami
yang menyebabkan penderiataan istri. Bidang
perburuhan, organisasi-organisasi
wanita telah
memperjuangkan nasib buruh sejak tahun 1960-an. Pemerintah telah memberikan perhatian dengan adanya Undang-undang Kerja tahun
1948 yang secara rinci memberikan perlindungan kepada tenaga kerja wanita.
Kepedulian pemerintah terhadap tuntutan-tuntutan pergerakan wanita dibuktikan dengan disediakannya jabatan Menteri Muda Urusan
Peranan Wanita pada 1978 yna kemudian ditingkatkan menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Juga dalam GBHN
tahun1978 dicantumkan bahwa wanita mempunyai hak, kewajiban dan
commit to user
ikut kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya dalam segala kegiatan Pembangunan. Dengan adanya kerja sama
antara Mentari Negara UPW dengan Departemen Kesehatan, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Departeman Pekerjaan Umum yang masing-masing memiliki seksi Peningkatan Peranan Wanitan P2W, dapat diharapkan kepentingan
wanita dalam bidang pembangunan benar-benar dapat diperhatikan.
c. Upaya Non Pemerintah untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender