Aliran Feminisme Hakikat Pendekatan Feminisme

Kemajuan teori feminisme dalam bermacam-macam bidang dan menjelaskan pengaruh dalam beberapa faktor. Sebagai contoh dalam kelompok seksual dari ketenagakerjaan berlangsung pada beberapa sosial yang diketahui, di mana dibedakan antara beberapa tugas perempuan dan tugas laki-laki, tugas laki-laki dalam bidang ekonomi dan bernilai sosial. Perempuan selalu tidak demikian. penegetahuan sosial yang paling dekat dengan pendekatan kualitas yang terlibat dalam diri masing-masing yang mengontrol produksinya sendiri-sendiri dan laki-laki membutuhkan hal yang mereka produksi. Berpijak dari pendapat di atas, bahwa feminisme adalah gerakan perempuan yang memperjuangkan persamaan hak antara laki- laki dan perempuan dalam bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

b. Aliran Feminisme

Pemikiran feminisme mempunyai label-label yang berbeda, label- label ini menyiratkan bahwa feminisme bukanlah ideokogi monolitik, bahwa feminisme tidak tidak berpikiran sama, pemikiran feminis mempunyai masa lalu, masa kini, dan masa depan. Label pemikiran feminis membantu menandai cakupan dari pendekatan, perspektif, dan bingkai kerja yang berbeda, yang telah digunakan beragam feminis untuk membangun tidak saja penjelasan mereka terhadap opresi perempuan, tetapi juga ditawarkan pemecahan untuk menghapuskannya, Karmini, 2011:127 Menurut Mansour Fakih 2007:80-106, ada beberapa perspektif yang digunakan dalam menjawab permasalahan perempuan, yaitu feminis liberal, feminis marxis, dan feminis radikal. Aliran-aliran feminis tersebut mempunyai kesamaan dalam focus mengenai penindasan wanita dalam masyarakat, tetapi mereka berbeda dalam definisi tentang penyebab- commit to user penyebab penindasan wanita itu, serta cara-cara pemecahan yang ditawarkannya bagi perubahan sosial atau individual. Hal tersebut lebih lanjut dikemukakan Iwann Abdulah dalam Herman J. Waluyo, 2011:112 mengaklasifikasikan analisis gender sebagai feminisme moderat selain itu ada beberapa jenis aliran feminisme yaitu: 1 feminis liberal, yang menganggap kodrat wanita lebih lemah dan tidak sejajar dengan laki-laki, 2 feminisme radikal adalah jenis femininisme yang menuntut persamaan hak lelaki dan perempuan secara total, 3 feminisme psikoanalitik, ialah jenis feminisme yang memandang terjadinya opresinya terhadap wanita terutama dalam hal psikis, 4 feminisme sosialis, ialah feminisme yang memandang bahwa posisi wanita ditentukan oleh struktur produksi, reproduksi, seksualitas, dan sosialisasi masa kanak-kanak, 5 feminisme eksistensialis yaitu feminisme yang berpandangan bahwa men eksistensiny, dan 6 feminisme pasca-modern, yaitu feminisme yang memandang bahwa pengalaman wanita berbeda dengan laki-laki karena perbedaan klas, ras, dan budayanya. 1 Feminisme Liberal Mounsur Fakih 2012:81, menjelaskan asumsi dasar feminisme liberal berakar pada pandangan bahwa kebebasan freedom dan kesamaan equa lity berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Kerangka kerja feminisme liberal dalam memperjuangkan persoalan masyarakat tertuju pada kesempatan dan hak kaum perempuan. Kesempatan commit to user dan hak yang sama antara laki-laki perempuan ini penting bagi mereka karenanya tidak perlu pembedaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Feminis liberal adalah setiap manusi, laki-laki maupun perempuan, diciptakan seimbang dan serasi, karena itu semestinya tidak terjadi penindasan. Meskipun keduanya ada perbedaan, khususnya secara reproduksi, secara ontologis sama. Aliran ini mengupayakan agar perempuan diberi peren publik, bekerja di luar rumag, sehingga tidak terjadi dominasi jenis kelamin. Riant Nugroho 2011:66, berpendapat bahwa feminis liberal lebih dikenal karena memberi dampak nyata, misalnya pendirian pusat kajian perempuan, proyek pengentasan kemiskinan, perubahan perundang- intervensi lain Aliran feminisme liberal ini, menolak segala bentuk diskriminasi terhadap, hal ini mampu membawa kesetaraan bagi perempuan dalam semua institusi publik dan untuk memperluas penciptaan pengetahuan bagi perempuan agar isu-isu tentang perempuan tidak lagi diabaikan, Sugihastuti, 2007:97. Lebih lanjut Herman J. Waluyo, 2011:112, menyatakan bahwa feminis liberal, menganggap kodrat wanita lebih lemah dan tidak sejajar dengan laki-laki, Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa feminis liberal menegaskan bahwa ketertindasan perempuan terjadi karena adanya commit to user pembatasan kebebasan individu. Oleh karena itu, tuntutan feminisme liberal adalah perempuan harus diberi kesempatan dalam institusi-institusi pendidikan dan ekonomi agar sejajar dengan laki-laki. 2 Feminisme Marxis Soenarji Djajanegara 2000:30 menjelaskan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi karena adanya pembedaan kelas dalam masyarakat. Kaum perempuan disamakan dengan kelas buruh yang hanya memiliki modal tenaga dan tidak memiliki modal uang atau alat-alat produksi. Kaum perempuan ditindas dan diperas tenaganya oleh kaum laki- laki yang disamakan dengan pemilik modal dan alat-alat produksi. Feminis marxis menawarkan bahwa kemandirian ekonomi perempuan, dengan reintrukduksi kiprah perempuan di sektor publik. Perempun tidak harus bergantung pada laki-laki, kemandirian ekonomi perempuan memperoleh yang sejajar dengan laki-laki, feminis marxis sering diserang karena dianggap ingin menghancurkan keluarga, tetapi yang dihancurkan adalah keluarga sebagai relasi ekonomi yang biasanya menempati perempuan sebagai -laki sebagai Menurut Luxemburg dalam Karmini, 2011:131, bahwa akar masalah ketimpangan perempuan dan laki-laki adalah sistem klasisme bukan seksisme. Menurut Marxis, hanya dengan penghapusan kelas secara ekonomis, dan penindasan ekonomi, penindasan patriarkis dapat commit to user diselesaikan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan penindasan struktur ekonomi dan membangkitkan kesadaran kelas di masyarakat. Fakih 2012:86-89, menyatakan bahwa feminis marxis menolak keyakinan kaun feminis radikal yang menyatakan biologi sebagai dasar pembedaan gender, akan tetapi penindasan perempuan merupakan bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Jaman kapitalisme, penindasan perempuan malah dilanggengkan oleh berbagai cara dan alasan karena menguntungkan. Pertama, melalui eksploitasi pulang ke rumah, yakni membuat laki-laki di pabrik bekerja lebih produktif. Kedua, kaum perempuan dianggap bermanfaat bagi sistem kapitalisme dalam reproduksi buruh murah. Ketiga, masuknya buruh perempuan menguntungkan sistem kapitalime, dengan alasan; pertama, upah buruh perempuan lebih rendah, dan kedua, dengan masuknya perempuan dalam sektor perburuhan juga dianggap menguntungkan sistem kapitalisme karena dianggap sebagai proses penciptaan buruh cadangan yang tak terbatas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penindasan kaum perempuan terjadi akibat adanya pembagian kelas dalam masyarakat yakni perempuan dianggap kaum proletar sedangkan laki-laki dianggap sebagai kaum borjuis. Adapun jalan keluar menurut aliran marxis ini adalah dengan cara menghilangkan pembagian kelas dalam masyarakat.

3. Feminisme Sosialis