BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan pula ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran. Penggambaran atau imaji ini dapat merupakan titian terhadap
kenyataan hidup, wawasan pengarang terhadap kenyataan kehidupan, dapat pula imajinasi murni pengarang yang tidak berkaitan dengan kenyataan hidup rekaan,
atau dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula sebagai campuran semuanya itu. Pengarang atau sastrawan, dalam membuat karya satra dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Beberapa foktor tersebut diantaranya adalah pengalaman pengarang dan realitas yang ada di sekitar pengarang. Sejalan dengan itu, Plato
juga mengatakan bahwa sastra dan seni hanya peniruaan atau pencerminan dari kenyataan, maka ia berada di bawah kenyataan itu sendiri. Berberda dengan apa
yang diungkapkan Aristoteles bahwa dalam proses penciptaan, sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan, tetapi juga menciptakan dunia baru dengan
kekuatan kreativitasnya. Karya sastra dapat dikaji melalui beberapa pendekatan, seperti
strukturalisme murni, srtukturalisme genetik, sosiologi sastra, resepsi sastra, kritik feminis, psikologi sastra, stilistika, dan lain sebagainya. Pengkajian terhadap
karya sastra dalam tulisan ini mengambil dengam pendekatan kajian feminisme, secara etimologis feminis berasal dari kata
femme women
, berarti perempuan tunggal yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
commit to user
jamak. Tujuan feminis adalah merupakan keseimbangan, interelasi genner dalam pengertian yang paling luas, feminisme yaitu gerakan kaum wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimaginasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya. Dikaitkan dengan aspek-aspek kemasyarakatan, kritik sastra feminisme
pada umumnya membicarakan tradisi sastra oleh kaum perempuan, pengalaman perempuan di dalamnya kemungkinan adanya penulis khas perempuan. Dikaitkan
dengan gerakan emansipasi wanita, satra feminisme bertujuan untuk membongkar, mendekunstruksi sistem penilaian terhadap karya sastra yang pada
umumnya selalu ditinjau melalui pemahaman laki-laki.Artinya pemahamaman terhadap unsur-unsur sastra dinilai atas dasar paradigma laki-laki, dengan
konsekuensi logis perempuan selalu sebagai perempuan selalu sebagai kaum yang lemah, sebaliknya laki-laki sebagai kaum yang kuat.
Emansipasi perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini telah membawa perempuan pada kesetaraannya dengan laki-laki untuk memperoleh pendidikan
sampai tingkat tertinggi. Dalam diri perempuan itu muncul keinginan untuk berprestasi dalam mewujudkan kemampuan dirinya sesuai dengan pengetahuan
dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Perempuan menginginkan untuk berkiprah di ranah publik dalam rangka mengaktualisasikan diri. Kartini
berkeyakinan bahwa pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk membebaskan perempuan dari berbagai bentuk keterbelakangannya. Meskipun
Kartini belum berhasil membebaskan dirinya dari lingkungan patriarki karena
commit to user
menerima untuk dinikahkan pada usia yang sangat muda untuk laki-laki bukan pilihannya, tetapi gagasannya merupakan pembaharuan untuk kemajuan
perempuan. Pada novel
Ista na Ema s
yang mengupas kehidupan sosok wanita yang berpendidikan,berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya ayah bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil, hidup di kota gudeg yogyakarta. Dalam hal percintaan mengalami hal yang tidak menyenangkan, menyakitkan tetapi wanita
tersebut tetap kuat dan tabah dalam menjalaninya, tokoh dalam cerita ini perempuan tidak mau diremekhan, dimanja, bak boneka
bar bei
. Suasana ketidakadilan gender sangat tampak dalam novel
Ista na Emas
karya Maria A Sardjono ini. Ketidakadilan gender tersebut dilawan melalui tokoh- tokoh wanita di dalam novel. Pengarang Maria A. Sardjono. Ketidakadilan
gender termanifestasikan dalam
berbagai bentuk
ketidakadilan, yakni
marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan
nega tive
, kekerasan
violence
, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak
bur der
, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Guna memahami bagaimana perbedaan
gender telah berakibat pada ketidakadilan gender dapat dipahami melalui berbagai manifestasi ketidakadilan tersebut Sugihastuti 2002:16. Ketidakadilan yang
terjadi dalam konstruksi gender saat ini terutama kaum perempuan, menjadi sebuah masalah yang disebabkan adanya marginalisasi, sterotipi, subordinasi,
kekerasan dan beban kerja lebih berat. Semua itu akan menimbulkan berbagai macam penderitaan kaum perempuan dalam memenuhi hak mereka. Uraian
commit to user
mengenai masing-masing manifestasi ketidakadilan gender, yaitu marginalisasi, subordinasi, sterotipi, violence, dan beban kerja lebih berat.
Meninjau novel
Ista na Emas
karya Maria A. Sardjono berdasarkan sudut pandang feminisme dalam penelitian ini akan mengangkat permasalahan tentang
eksistensi perempuan, pokok-pokok pikiran feminisme, dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut. Sehubungan dengan keinginan dan
kebutuhan perempuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perempuan di tengah lingkungan
budaya patriarki yang ada dalam karya sastra berdasarkan perspektif feminisme. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah
Feminisme da n Nilai Pendidika n
B. Rumusan Masalah