dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan
menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Berdasarkan pendapat di atas, nilai sosial sebagai kumpulan sikap dan
perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial merupakan sikap-sikap dan
perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.
d. Nilai Estetika
Dedy Sugono 2003:61, menyatakan bahwa keestetikaan dalam karya sastra dapat ditengarai sebagai berikut.
1 Karya itu mampu menghidupkan atau memperbarui pengetahuan pembaca,
menuntutnya melihat berbagai kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap hal yang dimiliki.
2 Karya itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca untuk berpikir, berbuah
lebih banyak, dan berkarya lebih baik bagi penyempurnaan kehidupan 3
Karya itu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial, keagamaan, yang berkaitan dengan peristiwa masa kini dan masa depan.
e. Nilai Budi Pekerti
Nilai budi perkerti sangat erat hubungannya dengan tuturkata, tingkah laku, sopan santun seseorang, juga dapat dikatakan tutur kata dan tingkah laku
seseorang dapat mencerminkan kepribadiannya. Nilai budi pekerti juga masuk
di dalam nilai moral.
commit to user
Edy Sedyawati, dkk dalam Furqon Hidayatullah, 2010:12, berpendapat jika budi pekerti mengacu pada pengertian bahasa Inggris, maka
bud
mora lity
. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan
perilaku.
Sopan santun diartikan sebagai etiket. Etiket adalah sopan santun tata kramandan tata tertib di dalam pergaulan antar manusia, sedangkan etika
adalah moral artinya adat istiadat, G. Surya dalam Furgon Hidayatullah,
2010:12.
Bertolak dari pendapat tersebut, nilai budi pekerti erat hubungannya dengan tutur kata, tingkah laku seseorang yang dapat dilihat dengan kasat
mata, di dalam pergaulan kehidupan.
f. Nilai Gender
Untuk memahami konsep gender dibedakan dengan kata kata seks jenis kelamin, pengertian jenis kelamin ditentukan secara biologis. Misalnya,
jenis laki-laki memiliki penis, memiliki jakala
ka la menjing
sedangkan perempuan memiliki rahim, saluran untuk melahirka, memproduksi sel telur.
Konsep gender juga suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki meupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya
perempuan dikenal; lemah lembut, cantik, emosional, keibuan sementara laki- laki dianggap; kuat, jantan, perkasa. Sifat-sifat itu dapat dipertukarkan dengan,
terjadinya dari waktu ke waktundan dari tempat ke tempat lain. Fakih, 2012:8- 9.
commit to user
Menurut Riant Nugroho, 2011:171-172, bahwa perempuan dengan segala dinamikanya seakan menjadi sumber inspirasi, yang tak akan pernah
habis. Banyak kajian-kajian membahas tentang isu-isu perempuan merupakan hal yang lazim, dibanding mencuatnya permasalahan yang membahas tentang
isu laki-laki. Posisi perempuan dalam bidang kebudayaan kita tidak seberuntung kaum laki-laki, dalam sejarah peradaban manusia perempuan
seakan di
feta kompli
untuk selalu menempatkan posisi belakang. Lebih lanjut dijelaskan Fakih 2012:12, perbedaan gender tidaklah menjadi masalah
masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender inequa lities.
Menurut Fakih 2012:132, tafsir keagamaan tetap memegang peran penting dalam melegitimasi dominasi atas kaum perempuan. Persoalan di sini,
mengapa al- -olah menempatkan kedudukan laki-laki di atas
perempuan. Ali Engineer 1992 mengusulkan dalam memahami ayat berbunyi
laki-
hendaknya dipahami sebagai deskripsi keadaan struktur dan norma sosial masyarakat pada waktu itu, bukan
suatu norma ajaran. Sejarah Islam keadaan kaum perempuan berubah seiring makin berkembangnya kesadaran hak kaum perempuan, dan konsep hak juga
makin meningkat. Petikan tafsir keagamaan dalam Fakih, 2012:133-134, sebagai
berikut; Bisakah seorang perempuan menjadi kepala negara, atau kepala rumah
tangga? Kalau kita telaah melalui al- tegas untuk melarang perempuan memiliki posisi seperti itu, kecuali
sebuah
hadis Aha t
riwayat Abu Bakar yang menjadi dasar pendukung
commit to user
pandangan ini. Hadis tersebut sangat berlawanan dengan peristiwa Perang Unta di mana Aisyah istri Nabi memimpin Komando Perang,
peristiwa yang justru terjadi setelah hadis itu diriwayatkan. Mengapa Abu Bakar sebagai periwayat hadis tidak memberontak atau desersi
atas kepemimpinan Aisyah? Kalau beliau memang percaya bahwa perempuan menurut Nabi tidak sah memimpin? Ataukah bahkan Nabi
sendiri justru tidak membedakan peran laki-laki atau perempuan? Dari petikan tersebut ingin ditandaskan bahwa tafsir, terhadap ajaran
agama sangat dipengaruhi oleh kacamata pandang yang digunakan oleh penafsirnya, yang sering juga berkaitan dengan seberapa jauh keuntungan
spiritual dan material yang bisa diperoleh. Artinya tafsir agama erat kaitanya dengan aspek ekonomi, politik, kultural, dan ideologi.
Bertitik tolak dari uraian tersebut, bahwa nilai pendidikan gender tidak dipermasalahkan sebatas dapat menerapkan kedudukan antara laki-laki dan
perempuan. Pendidikan gender terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat satu ke tempat lainnya.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:
1. Nugraheni Eko Wardani. 2007.
Fiksi Ka rya P enga ra ng Perempuan Muda Indonesia 2000 da la m Perspekstif Gender
. Vol. 5, No 1. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. UNS Surakarta.
commit to user