Volume Limas Segi- Kajian Teori
38 Berdasarkan ide dari Freudenthal Van den Heuvel-Panhuizen,
2003, matematika seharusnya dikoneksikan dengan realita, tetap dekat dengan siswa dan harus relevan untuk lingkungan. Freudenthal
menyakini bahwa struktur matematika bukan acuan yang selalu tetap, melainkan muncul dari realitas dan terus meluas dalam proses belajar
individual maupun kolektif. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi siswa jika proses
belajar melibatkan masalah nyata. Penekanan pembelajaran dengan cara hafalan dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam mentransfer
pengetahuannya ke situasi lain. Pendekatan berimbang dengan penekanan pada konteks-konteks riil oleh karenanya sangat esensial
Muijs Reynolds, 2008: 339. Pembelajaran dengan diawali dengan konteks yang nyata tersebut menjadi salah satu ciri pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik. Pendidikan Matematika Realistik merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai peserta aktif dalam proses belajar mengajar. Pendidikan
Matematika Realistik adalah teori instruksi khusus untuk matematika yang dikembangkan di Belanda tahun 1970-an dengan berlandaskan pada
filosofi matematika sebagai aktivitas manusia yang dicetuskan oleh Hans Freudenthal Wijaya, 2012. Di Indonesia, Pendidikan Matematika
Realistik mulai diterapkan sejak tahun 2001 dengan nama Pendidikan Matematika Realitstik Indonesia PMRI.
39 Salah satu konsep dasar Pendidikan Matematika Realitstik adalah
ide dari Freudenthal yang menempatkan matematika sebagai “human activity
”. Menurut Freudenthal Van den Heuvel-Panhuizen, 2003, matematika bukan hanya sebagai bagian dari pengetahuan matematika,
tetapi merupakan aktivitas manusia dalam menyelesaikan suatu permasalahan, mencari permasalahan, serta sebuah aktivitas dalam
mengorganisir permasalahan realistik maupun permasalahan matematika – yang disebut ‘matematisasi’. Seperti yang dikatakan Freudenthal,
“mathematics can best be learned by doing”. Matematika seharusnya tidak hanya diajarkan sebagai sebuah sistem tertutup, melainkan sebagai
sebuah aktivitas, proses matematisasi dari konteks riil. Dalam Pendidikan Matematika Realitstik, permasalahan realistik
digunakan sebagai fondasi untuk memulai pengembangan konsep-konsep matematika, alat, dan prosedur, serta sebagai konteks dimana dalam
tahap selanjutnya siswa dapat menerapkan pengetahuan matematika mereka sendiri Van den Heuvel-Panhuizen Drijvers, 2014. Van den
Heuvel-Panhuizen 2003, menyatakan bahwa i stilah ‘realistis’ lebih
mengacu pada situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa sehingga permasalahan yang disajikan kepada siswa dapat diambil dari kehidupan
nyata, dari dunia fantasi, ataupun dari dunia formal matematika selama permasalahan tersebut nyata dalam pikiran siswa. Oleh karenanya,
penting bagi guru untuk menyesuaikan masalah kontekstual dengan