Variabel Penelitian Teknik Analisis Data

78 keperluan memberi perlakuan ataupun alat untuk melakukan tes setelah perlakuan. b. Peneliti memberikan perlakuan c. Setelah peneliti memberikan perlakuan pada akhir perlakuan subjek diberikan tes Tes berbentuk soal listening yang serupa dengan soal tes pada EPS Topik bagian listening dengan beberapa modifikasi, yang terdiri dari 15 soal Tabel 7. Kriteria Soal Tes Hasil Belajar Peserta Pelatihan H a s i l pre test dan post test akan dianalisis dengan nilai presentase dengan menggunakan acuan penilaian yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto 1994: 102 analisis nilai dinyatakan dengan presentase sebagai berikut Keterangan NP: Nilai Presentase yang dicari R : Skor mentah yang diperoleh peserta pelatihan Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah No Butir soal Dikte Pengenalan Memilih jawaban yang benar setelah menyimak kata 5 1, 2, 3, 4, 5 Memilih jawaban yang benar setelah menyimak kalimat 5 6, 7, 8, 9, 10 Dialog Pemahaman awal Melengkapi bagian yang hilang setelah menyimak dialog percakapan antara dua orang 5 11, 12, 13, 14, 15 79 SM : Skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap Selanjutnya hasil analisis prosentase dapat dikategorikan dengan tabel pedoman penilaian menurut M. Ngalim Purwanto 1994: 24 sebagai berikut Tabel 8. Penilaian Hasil Tes Tingkat Penguasaan Kategori predikat 86-100 Sangat Baik 76-85 Baik 60-75 Cukup 55-59 Rendah ≤54 Sangat Rendah Dalam penelitian ini metode penilaian yang digunakan oleh peneliti adalah analisis nilai yang dinyatakan dengan presentase dari M. Ngalim Purwanto.

2. Pedoman Observasi

a. Observasi aktivitas instruktur dan peserta pelatihan

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dengan mencatat aktivitas peserta pelatihan dalam pembelajaran keterampilan menyimak bahasa Korea. Observer mengamati kemudian mencatat gejala-gejala atau ciri- ciri yang muncul dalam pengamatan, ke daftar-daftar pengecek yang tersedia. Lembar observasi ini dilakukan pada observasi tahap pertama, yaitu pembelajaran keterampilan menyimak bahasa Korea tanpa menggunakan metode permaianan kooperatif, dan observasi pada tahap kedua, yaitu pembelajaran 80 keterampilan menyimak bahasa Korea mengunakan permainan kooperatif. Obsever adalah instruktur mata pelajaran bahasa Korea yang mendampingi peneliti selama melakukan uji coba dalam kelas dengan mengisi daftar-daftar pengecek. Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, observer diminta untuk memberikan nilai pada masing-masing pertanyaan, sesuai dengan apa yang telah diamati dengan memberi tanda √ pada pernyataan yang observer anggap sesuai dengan pengamatan. Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Soal Pre test dan Post test No Variabel Sub Variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data Tes Tertulis Observ asi 1 Permainan Kooperatif Faktor yang mempengaruhi saat melakukan permainan kooperatif 1. Ketertarikan peserta pelatihan pada permainan kooperatif - √ 2. Minat siswa melakukan permainan kooperatif - √ 3. Respon peserta pelatihan saat melakukan permainan kooperatif - √ 4. Kemampuan peserta pelatihan memahami perintah saat melakukan permainan kooperatif - √ 2 Keterampilan Menyimak Bahasa Korea Kemampuan Pengenalan Peserta pelatihan mampu memilih kata yang sesuai √ - Peserta pelatihan mampu memilih kalimat yang sesuai √ - Kemampuan pemahaman Peserta pelatihan dapat mengisi teks percakapan yang kosong sesuai dengan yang didengarkan √ - 81

I. Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dalam penelitan ini menggunakan teknik expert judment pendapat ahli yaitu dosen pengajar bahasa Korea Universitas Gajah Mada yaitu Bapak Ahmad Rio Desiar, B.A. M.A. Uji validitas instrumen berupa lembar tes kemampuan menyimak bahasa Korea.

J. Teknik Analisis Data

Setelah melalui proses pegumpulan data dan data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah diperoleh untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yang menggunakan perhitungan statistik non parametrik dengan alasan karena: 1 subjek penelitian sedikit, 2 data-data yang dikumpulkan berupa rangking, 3 data data yang diukur hanya klasifikasi sementara yaitu yang diukur dalam skala nominal. Adapaun untuk menguji hipotesis digunakan tes U-Mann Whitney karena tes tersebut dianggap sesuai oleh peneliti bila digunakan dalam penelitian yang memiliki subyek yang sedikit. Adapun langkah-langkah menganalisis data adalah 1. Mencari beda peningkatan kemampuan menyimak dengan permaianan kooperatif yang berarti menghitung beda antara nilai pre test dan post test pada kelompok yang bersangkutan. 2. Membuktikan hipotesis kerja analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik dengan alasan data harus 82 berdistribusi normal tidak dapat terpenihi karena subjek yang sedikit yaitu kurang dari 30 atau 3 orang maka untuk menguji hipotesis yang digunakan tes U-Mann Whitney dari Sidney Siegel 1994: 150. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan U-Mann Whitney dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: n1 : jumlah subyek sebelum dilakukan treatment n2 : jumlah subyek setelah dilakukan treatment R1 : rangking sebelum dilakukan treatment R2 : rangking setelah dilakukan treatment Metode untuk menentukan signifikansi harga U tergantung pada n2 a. Jika n2 adalah 8 atau kurang, kemungkinan yang berkaitan dengan satu harga terkecil harga U observasi ditunjukan pada tabel J b. Jika n2 antara 9-20 maka signifikansi harga observasi U ditentukan dengan tabel K c. Jika n2 lebih besar dari pada 20 maka signifikansi harga observasi untuk U ditentukan tabel A d. Karena dalam penelitian ini n2 adalah 8 maka untuk menentukan harga observasi untuk U digunakan tabel J 83 3. Memutuskan Jika harga observasi U mempunyai kemungkinan yang sama besar dengan atau lebih kecil dari A, maka menolak Ho dan menerima Ha, tetapi jika jarga observasi U lebih besar dari A maka menerima Ho dan menolak Ha Dalam kaitanya dengan data pokok atau data hasil tes keterampilan menyimak yang akan dianalisis melalui uji hipotesis menggunakan tes U- Mann Whitney seperti yang telah dipaparkan diatas, data hasil observasi ini dapat berfungsi sebagai data pendukung atau penguat untuk menguatkan hasil penelitian saat penarikan kesimpulan. Data observasi ini berisi tentang data subjek saat subjek melakukan permainan kooperatif sebagai treatment dalam penelitian ini serta kemampuan anak saat treatment ini berlangsung. Hipotesis yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan maka, hipotesis juga masih perlu diuji kebenarnnya. Apabila hipotesis dalam penelitian ini sudah diputuskan, maka permainan kooperatif ini baru dapat dikatakan efektif atau tidaknya. Permainan kooperatif ini dapat dikatakan efektif apabila terbukti dapat mempengaruhi nilai keterampilan menyimak bahasa Korea peserta pelatihan. Peningkatan keterampilan menyimak tersebut ditunjukan oleh kemampuan anak dalam memahami materi yang diberikan peneliti pada saat treatment berlangsung adapun materi tersebut antara lain mengenali pendiktean dalam bentuk kata dan kalimat dan memahami percakapan 84 dalam bahasa Korea.Sehingga peserta pelatihan mampu menjawab soal evaluasi yang diberikan oleh peneliti. Kemampuan peserta peserta pelatihan meningkat jika peserta pelatihan mampu menjawab soal post test lebih banyak dari soal pre test. 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Seting dan Subjek Penelitian

Lembaga pendidikan Bina Insani merupakan lembaga pelatihan keterampilan. Lembaga Bina Insani berlokasi di jl. Babaran no. 21, Batikan Umbulharjo Yogyakarta. Program yang dikembangkan adalah komputer, bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Mandarin dan bahasa Korea. Selain meakukan proses belajar di lembaga, Bina Insani juga aktif meakukan kerjasama dengan berbagai instansi dan sekolah dalam melakukan program-program kursus dan diklat. Lembaga Bina Insani sejak awal tahun 2008 telah membuka tiga cabang yaitu, cabang Megelang, cabang Malang dan cabang Solo. Dengan dukungan sarana pembelajaran yang lengkap seperti: ruang kelas ber-AC, semua ruang kelas terkoneksi internet, hotspot area, meja dan kursi belajar ergonomik, laboratorium komputer- audiovisual-bahasa, perpustakaan, mushola dan tersedianya tenaga pengajar yang berkualifikasi S-1 dan S-2 serta penekanan pada pengembangan kurikulum dan silabus sesuai perkembangan masyarakat dan kebutuhan pasar kerja. Lembaga Bina Insani memiliki beberapa program unggulan seperti 1 english conversation, 2 persiapan magang Jepang, 3 diklat bahasa Korea untuk CTKI, 4 kursus diklat komputer dan bahasa asing untuk instansi sekolah. Sampai maret 2015 tercatat siswa dan alumni Bina Insani berjumlah 5.818 orang dari program kursus yang ada, disamping itu 86 juga ada siswa dari proyek-proyek kerjasama dengan instansi sekolah yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.500 orang. Pada kelas reguler 22 ada 8 orang peserta yang mengikuti treatment dari peneliti. Kedepalan peserta tersebut memiliki latar belakang yang berbeda-beda sebagian besar merupakan karyawan yang bekerja. Pada saat pembelajaran kelas ini juga menggunakan sistem moving class sehingga peserta belajar tidak menetap pada satu ruang kelas saja namun berpindah-pindah.

2. Kemampuan Awal Pre-test

Berdasarkan data kemampuan awal menyimak bahasa Korea yang didapatkan dari hasil observasi yang dilaksanakan pada senin 17 Oktober 2016 di kelas reguler 22 lembaga pendidikan Bina Insani Yogyakarta. Diperoleh dari keterangan tentor dan assisten pengajar bahwa pembelajaran bahasa Korea untuk kelas reguler 22 dilakasanakan setiap hari senin sampai dengan jumat dari pukul 08.30 hingga 11.30 WIB. Kelas ini diikuti oleh 8 peserta. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran bahasa Korea merupakan materi yang ada dalam buku text book EPS TOPIK yang diterbitkan oleh pihak HRD Korea. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti juga didapatkan bahwa setiap peserta memiliki motivasi yang besar dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang paling banyak disampaikan adalah mereka ingin untuk dapat lulus dalam ujian EPS TOPIK yang diadakan oleh pihak HRD Korea. Karena hal ini merupakan salah satu 87 persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon tenaga kerja Indonesia yang ingin mencari pekerjaan di Korea. Dalam pembelajaran, setiap peserta cenderung aktif mengikuti instruksi yang disampaikan oleh tentor mereka. Hanya saja dibeberapa kesempatan siswa merasa bosan, pasif dan sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Metode yang banyak digunakan adalah metode ceramah, pemberian tugas dan drill test. Selain dari data observasi yang telah diperoleh, kemampuan awal peserta pelatihan juga terlihat dalam hasil pre-test keterampilan menyimak bahasa Korea. Kegiatan pre-test ini dilaksanakan pada hari Selasa 18 Oktober 2016 dengan hasil dari pre-test tersebut: a. Deskripsi Data Kemampuan Awal pada Subjek R Data kemampuan awal peserta pelatihan sebelum dilakukan treatment yang menggunakan permainan kooperatif dapat diketahui melalui hasil pre-test yang berbentuk soal pilihan ganda dan tes isian yang berjumlah 15 soal yang terbagi menjadi 3 indikator pencapaian. Indikator tersebut antara pendiktean dalam bentuk kata berjumlah 5 soal dengan total poin 5, subjek mendapatkan 5 poin pendiktean dalam bentuk kalimat yang berjumlah 5 soal dengan total poin 5, subjek mendapat 5 poin dan juga tes isian dengan indikator ketercapaian mengisi bagian yang kosong dalam teks percakapan yang berjumlah 5 soal dengan total poin 20 poin, subjek mendapat 3 dengan menjawab 3 jawaban benar. 88 Dari hasil tes yang berjumlah 15 soal tersebut, peserta pelatihan mendapatkan poin 13 dari total 30 poin. Nilai pre-test yang diperoleh subjek R yang menggambarkan kemampuan awal subjek R adalah 43,3 dengan presentase 43,3 dengan predikat sangat rendah b. Deskripsi Data Kemampuan Awal pada Subjek Rf Data kemampuan awal peserta pelatihan sebelum dilakukan treatment yang menggunakan permainan kooperatif dapat diketahui melalui hasil pre-test yang berbentuk soal pilihan ganda dan tes isian yang berjumlah 15 soal yang terbagi menjadi 3 indikator pencapaian. Indikator tersebut antara lain mengenali pendiktean dalam bentuk kata berjumlah 5 soal dengan total poin 5, subjek mendapatkan 4 poin mengenali pendiktean dalam bentuk kalimat yang berjumlah 5 soal dengan total poin 5, subjek mendapat 5 poin dan juga tes isian dengan indikator ketercapaian mengisi bagian yang kosong dalam teks percakapan yang berjumlah 5 soal dengan total poin 20 poin, subjek mendapat 5 dengan menjawab 5 jawaban benar. Dari hasil tes yang berjumlah 15 soal tersebut, peserta pelatihan mendapatkan poin 15 dari total 30 poin. Nilai pre-test yang diperoleh subjek Rf yang menggambarkan kemampuan awal subjek Rf adalah 50 dengan presentase 50 dengan predikat sangat rendah.