Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 EPS-Topik yang dinyatakan tidak lulus maka peserta dengan terpaksa harus mengulang kembali ujian pada test EPS-Topik berikutnya sumber: www.info-menarik.com. Selain itu berdasarkan UU RI nomor 39 tahun 2004 paragraf 3 menyebutkan bahwa calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan. Selain itu dalam pasal 45 juga ditegaskan bahwa pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerjasumber: UU RI No. 39 tahun 2004. Ujian ini biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali juga tergantung dari pihak pemerintah Korea yang menentukan waktu pelaksanaan ujian EPS-Topik ini. Daftar kelulusan ujian EPS-Topik PBT 13 tahun 2015 adalah sebanyak 6.280 orang dari jumlah peserta pendaftar sekitar 30.000 orang lebih. Nilai standar kelulusan SKL ujian EPS-Topik PBT tahun 2015 adalah 152. Artinya hanya peserta yang jumlah benarnya minimal sebanyak 38 nomor saja yang dinyatakan lulus ujian EPS-Topik PBT ke 13 www.info-menarik.com. Seperti halnya bahasa negara China, India, Thailand, Jepang dan negara lainya. Bahasa Korea memiliki karakter fonetiknya sendiri yang disebut dengan “HanGeul” jadi untuk mempelajari bahasa Korea maka harus mempelajari huruf-huruf Hangeul agar dapat membaca dan menulis dalam bahasa Korea. Dalam ujian EPS-Topik bentuk soal juga ditulis dengan menggunakan karakter huruf hangeul sehingga perlu adanya pelatihan bagi para calon TKI yang ingin bekerja di Korea karena peserta 5 ujian yang tidak dapat membaca huruf hangeul dapat dipastikan tidak lolos karena tidak ada terjemahan dalam naskah soal ujian. Pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi para calon TKI untuk negara manapun karena melalui bahasalah mereka dapat berkomunikasi dengan penduduk sekitar negara tersebut. Bahasa dari negara lain merupakan bahasa asing, dan menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar pembelajaran bahasa kedua akan lebih berat lagi kalau bahasa kedua itu memiliki struktur fonetis, morfologis, dan sintaksis yang sangat berbeda dengan bahasa pertama. Oleh karena itu masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa kedua akan meliputi semua tataran bahasa Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2013:89. Dalam pembelajaran bahasa ada keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis Daeng Nurjamal,dkk, 2011: 2. Setiap aspek keterampilan dalam pembelajaran bahasa saling terkait. Seseorang dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu menguasai keempat aspek itu dengan sama baiknya Daeng Nurjamal,dkk, 2011: 2. Salah satu bahasa asing yang memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda dengan bahasa Indonesia adalah bahasa Korea. Dengan kondisi demikian menjadi alasan menjamurnya lembaga-lembaga pelatihan bahasa Korea baik untuk para calon TKI, pelajar dan mahasiswa dan umum. Untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri dapat ditemui berbagai lembaga pelatihan bahasa Korea seperti Bina Insani, 6 LPK Sejong, LPK HanGeul, LPK Hakuko, Jogja Language School dan masih ada beberapa yang lainya. Kebanyakan dari lembaga pelatihan bahasa tersebut membuka 2 jenis kelas yaitu kelas untuk Calon TKI dan juga kelas umumpelajar, mahasiswa dan umum. Salah satu lembaga pelatihan bahasa yang membuka dua kelas yaitu kelas untuk Calon TKI dan juga kelas umum adalah Lembaga Pendidikan Bina Insani yang beralamat di Jl. Babaran No. 21 Umbulharjo Kota Yogyakarta. Kedua kelas pelatihan bahasa Korea tersebut memiliki perbedaan selain dari peserta juga dari tujuannya. Kelas pelatihan untuk calon TKI lebih ditujukan untuk persiapan menghadapi ujian EPS-Topik yang diselenggarakan oleh pihak HRD Korea. Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan di Bina Insani dapat disimpulkan bahwa untuk kelas calon TKI waktu pelaksanaan pelatihan adalah 1,5 bulan untuk diklat intensif dan 3 bulan untuk diklat reguler dengan waktu per satu pertemuan adalah 3,5 jam. Selain itu kelas calon TKI memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta menghadapi ujian EPS-Topik. Secara materi pembelajaran untuk kelas calon TKI materi berhubungan dengan kebudayaan dan kehidupan sehari-hari yang terkait dengan dunia pekerjaan. Metode yang banyak digunakan dalam pelatihan disesuaikan dengan materi pelatihan apa yang sedang diikuti. Seperti dalam pelatihan bahasa Korea, untuk kelas calon TKI dengan tujuan pembelajaran mempersiapkan peserta pelatihan untuk menghadapi ujian EPS Topik 7 lebih banyak dalam pembelajaran ini menggunakan metode driil test atau latihan soal-soal. Berbeda dengan kelas umum yang lebih banyak variasi metode pembelajaranya. Kelas calon TKI diarahkan untuk terbiasa dengan soal-soal EPS Topik sehingga dapat mengerjakan dengan baik pada saat ujian nantinya. Kurang bervariasinya metode pelatihan bagi kelas calon TKI perlu menjadi perhatian bagi lembaga dan pengajar. Dalam ujian EPS-Topik menurut peserta pelatihan dalam ujian EPS-Topik dibandingkan soal reading, tingkat kesalahan pengerjaan soal lebih banyak pada pengerjaan soal listening. Selain itu berdasarkan hasil analisis yang dilakukan ada dua jenis kebutuhan terutama untuk kelas calon TKI yaitu kebutuhan akan keterampilan membaca dengan cepat dan juga kebutuhan akan kemampuan mendengarkan menyimak peserta pelatihan bahasa. Untuk memenuhi kedua kebutuhan penting ini, maka perlu adanya pengembangan pembelajaran baik dari segi model, metode maupun media dalam proses pembelajaran. Dari kedua kebutuhan tersebut peneliti memilih untuk melakukan penelitian efektifitas metode pembelajaran permainan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan menyimak peserta pelatihan. Alasan pemilihan adalah karena menurut para peserta pelatihan soal listening mendengarkan adalah bagian yang cukup sulit karena suara yang digunakan adalah suara “native speaker” dan hanya diputar sebanyak 2 kali sehingga tidak dapat diulang jika terlewat dan juga peserta pelatihan banyak mengalami kesulitan dalam mengenali bunyi pengucapan 8 kata ataupun kalimat yang hampir sama, selain itu secara skor, skor untuk sesi listening lebih rendah dibandingkan dengan reading. Berdasarkan kebutuhan akan kemampuan menyimak maka penelitian yang dilakukan adalah menguji efektifitas metode pembelajaran permainan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan menyimak peserta pelatihan bahasa Korea kelas calon TKI.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi berbagai masalah dalam penelitian ini seperti 1. Bahasa Indonesia dan bahasa Korea memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda sehingga banyak orang merasa kesulitan apabila mempelajari bahasa asing yang memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berebeda 2. Jumlah peserta ujian yang mengikuti ujian EPS Topik pada 2015 sekitar tiga puluh ribuan orang sedangkan peserta ujian yang lulus ujian hanya sekitar enam ribuan saja 3. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi karena untuk meningkatkan keterampilan menyimak hanya berbetuk latihan soal biasa 4. Kurangnya keterampilan menyimak listening peserta pelatihan dibandingkan dengan keterampilan reading 9 5. Peserta pelatihan mengalami kesulitan dalam pengerjaan soal listening yang memiliki persamaan bunyi pengucapan kata ataupun kalimat bahasa Korea

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada poin 3 dan 5 yakni tentang kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak bahasa Korea kelas calon TKI dan peserta pelatihan yang mengalami kesulitan dalam mengenali bunyi yang hampir sama pengucapanya.

D. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi permasalahanya yang telah dibatasi di atas maka dapat ditarik suatu perumusan masalah yaitu “Apakah metode permainan kooperatif efektif berpengaruh terhadap keterampilan menyimak bahasa Korea peserta pelatihan bahasa Korea kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani Yogyakarta? ” E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas metode pembelajaran permainan kooperatif terhadap keterampilan menyimak bahasa Korea peserta pelatihan kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani. 10

F. Manfaat

Dengan melakukan analisis masalah dalam penelitian ini maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini a. Peneliti lain 1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti lain yang ingin mengkaji tentang metode permainan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan bahasa khususnya menyimak 2 Memberikan pengalaman dalam penerapan metode permainan kooperatif dalam pembelajaran bahasa b. Guru Instruktur pelatihan bahasa asing 1 Guru instruktur pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Korea dapat menggunakan metode permainan kooperatif sebagai referansi dalam pembelajaran keterampilan menyimak bahasa Korea 2 Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengalaman mengenai penggunaan metode pembelajaran permainan kooperatif dalam pembelajaran bahasa untuk meningkatkan keterampilan menyimak. c. Peserta pelatihan bahasa Korea 1 Mengoptimalkan pemahaman terhadap materi dalam keterampilan menyimak bahasa Korea sehingga membantu dalam penyelesaian ujian bahasa Korea bagian listening. 11 2 Meningkatkan prestasi belajar peserta pelatihan kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani dalam pembelajaran bahasa Korea terutama pada materi listening menyimak

G. Definisi Operasional

1. Permainan Kooperatif

Permainan kooperatif adalah permainan yang ditandai dengan adanya kerjasama antar angota kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Permainan kooperatif dilakukan secara beregu berkelompok dan dapat dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan. Permainan kooperatatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan kooperatif yang diperuntukan bagi peserta pelatihan yang berusia dewasa yang dilakukan di dalam ruangan.

2. Keterampilan Menyimak Bahasa Korea

Menyimak dalam bahasa Korea disebut ”듣기” deud ki. Menyimak merupakan keterampilan yang kompleks yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan. Sebagai salah satu kompetensi yang diujian dalam ujian keterampilan berbahasa Korea yaitu EPS Topik. Menyimak bahasa Korea dengan konten rekaman meliputi sound and noting dalam kata dan kalimat, dan deskripsi, obrolan, dan cerita termasuk didalamnya materi visual seperti gambar dan foto. Dalam penelitan ini kompetensi menyimak