Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-

Untuk memenuhi seluruh kebutuhan Pesantren, dibutuhkan dana lebih dari Rp52 jutabulan. Sementara, Pesantren Hidayatullah Medan belum memiliki perencanaan pendanaan tahunan maupun bulanan yang jelas dan terperinci. Pemasukan keuangan belum menentu dan jauh dari cukup secara hitungan matematis, dana BOS dan sumbangan masyarakat yang hanya sekitar Rp8jtbulan belum mencukupi. Pernah juga terjadi masa-masa sulit dimana pemasukan sangat minim, sementara pengeluaran untuk uang makan santri saja seharusnya Rp300.000,-bulan per orang, belum termasuk biaya kebutuhan lainnya yang juga dipenuhi oleh pesantren. Namun pihak pesantren menilai bahwa akan selalu ada pertolongan dari Allah swt sehingga mereka masih mampu bertahan dan berkembang. Karena santri hanya membayar murah atau bahkan gratis, maka sebagai gantinya untuk memenuhi kebutuhan pesantren, santri dikaryakan. Dengan dikordinasikan oleh Dewan Santri organisasi santri, hampir seluruh operasional pesantren dilakukan oleh santri. Dengan demikian Pesantren Hidayatullah Medan mempunyai peran yang cukup signifikan dalam upaya pemberdayaan santrinya. Berdasarkan fenomena di atas, dan mengacu pada beberapa hasil penelitian lainnya diantaranya Studi Potensi Ekonomi dan Kebutuhan Pondok Pesantren Se Karesidenan Kedu Jawa Tengah Arifin: 2008, Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Faozan: 2006, Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Dauroh Kebudayaan Malik, 2005, dan Hubungan Kapital Sosial dengan Tingkat Partisipasi Santri Dalam Program Pertanian Pesantren Kasus: Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tasbichah: 2011, maka analisis terhadap pemberdayaan santri dalam upaya meningkatkan kemandirian pesantren di Pondok Pesantren Hidayatullah Medan dipandang menarik untuk diteliti mengingat dalam tumbuh kembangnya Pesantren Hidayatullah Medan tidak terlepas dari peran serta santri.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Bagaimana metode pemberdayaan yang berbasis santri di Pesantren Hidayatullah Medan? 2. Apa saja faktor pendorong dan penghambatnya? 3. Apa saja bentuk programnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis metode pemberdayaan yang berbasis santri di Pesantren Hidayatullah Medan 2. Menganalisis faktor pendorong dan penghambat program tersebut. 3. Menganalisis bentuk-bentuk programnya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1. Manfaat Teoritis Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan sosiologi pendidikan. 1.4.2. Manfaat Praktis a. Peneliti ingin mengkaji lebih jauh mengenai metode pemberdayaan berbasis santri di Pesantren Hidayatullah Medan, faktor pendorong dan penghambat program tersebut, serta bentuk-bentuk programnya. b. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah dalam program penyelenggaraan pendidikan Islam dan menentukan kebijakan di bidang pendidikan Islam.

c. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-

lembaga yang membutuhkannya khususnya dunia pesantren, serta memberikan kontribusi bagi pesantren dalam meningkatkan kemandirian sosial ekonominya. Universitas Sumatera Utara 1.5.Definisi Konsep 2. Pemberdayaan dan Pengkaryaan Suatu usaha untuk melakukan penyadaran, pengapasitasan, dan pendayaan terhadap santri yang akan diberdayakan. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa bahwa para santri memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kemandirian sosial ekonomi Pesantren Hidayatullah Medan. Sebagaimana dikatakan Faozan 2006: 3 bahwa sasaran akhir dari pemberdayaan ekonomi pondok pesantren adalah kemandirian pesantren. Di Pesantren Hidayatullah Medan pemberdayaan disebut juga sebagai “pengkaryaan” artinya mengkaryakan para santri pada berbagai hal di pesantren agar pesantren dapat menjalankan fungsinya dan dapat terus berkembang dengan melibatkan para santri dalam mencapainya. 3. Pengabdian Pengabdian di Pesantren Hidayatullah Medan merupakan kewajiban bagi seluruh santri yang telah lulus dari kelas III Madrasah Aliyah, pengabdian tersebut dilakukan selama satu tahun setelah kelulusan, adapun aktivitas alumni selama pengabdian adalah membantu para ustadz dan guru untuk mengelola pesantren. 4. Alumni Yang dimaksud dengan alumni di Pesantren Hidayatullah Medan ada dua macam, yang pertama adalah alumni yang telah lulus dari pesantren Hidayatullah Medan dan sedang menjalankan tugasnya untuk berdakwah di masyarakat. Kedua, Alumni yang baru lulus secara pendidikan formal Madrasah Aliyah namun belum dinyatakan lulus oleh pesantren karena masih harus menimba ilmu di pesantren, melakukan pengabdian, dan mengamalkan ilmunya bersama dengan program-program pesantren Hdiayatullah Medan. 5. Kemandirian Sosial Ekonomi Merupakan suatu kondisi dimana pondok pesantren memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya. Menurut Malik 2005: 61 Kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri yang diwujudkan dalam aspek kreativitas dan kemampuan mencipta. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana menurut World Bank bahwa kemandirian dapat mencakup material, intelektual, dan ketatalaksanaan. Adapun kebutuhan ada yang bersifat pokok 1995 dalam Arifin, 2008: 7 yang mencakup kebutuhan akan pangan, sandang, papan, layanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ada pula kebutuhan yang bersifat sekunder. 6. Pesantren Merupakan lembaga pendidikan agama Islam, lembaga pesantren disebut juga “surau” Sumatera Barat, “dayah” Aceh. Dan “pondok” Jawa dan daerah lain Armando, 2005: 296. Menurut Nurcholis Majid dalam Yasmadi, 2005: 63 pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok yaitu: kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Dalam hal ini penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Medan yang merupakan pesantren modern. 7. Santri Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernahlulus dari Pondok Pesantren X. Panggilan Santri Kiai KH artinya ia pernah diajar oleh Kiai KH. Umumnya, sebutan santri Kiai juga berarti ia pernah menjadi anak asuh, anak didik, kadang-kadang mengabdi biasanya di rumah kediaman kiai yang bersangkutan. Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam santri adalah santri yang masih aktif secara pendidikan formal dan yang sedang menjalankan program pengabdian di Pesantren Hidayatullah Medan. 8. Kiai, Ustadz, dan Guru Di Pesantren Hidayatullah Medan terdapat perbedaan pada ketiga konsep tersebut walaupun ketiganya memiliki peran utama sebagai pengajar. Kiai merupakan pimpinan utama Pondok Pesantren, kiai dipandang memiliki ilmu agama yang lebih tinggi. Kiai biasanya hanya memberikan ceramah-ceramah umum dan melakukan manajemen pesantren. Ustadz merupakan pengajar dibidang keagamaan seperti mengajar Alquran dan Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun Guru bertugas mengajarkan ilmu-ilmu umum, kebanyakan guru bukan berasal dari kalangan pesantren, tetapi berasal dari lulusan pendidikan umum. Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Prespektif Sosiologis