Potret Pemberdayaan dan Kemandirian Sosial Ekonomi Pesantren

Gambar 2.4. Potensi Ekonomi Pendidikan Pondok Pesantren Halim, 2005: 230 Apabila ketiga pilar utama ini terpenuhi, pondok pesantren telah memenuhi tiga fungsi utamanya, yaitu: Pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama center of excellence. Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia human resource. Ketiga, sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan pada masyarakat agent of development. Faozan, 2006: 9

2.3.2. Potret Pemberdayaan dan Kemandirian Sosial Ekonomi Pesantren

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa pesantren adalah salah satu institusi sosial yang mempunyai potensi ekonomi cukup besar dan sampai saat ini masih belum dimaksimalkan. Hal tersebut terjadi di kebanyakan pesantren seperti hasil penelitian Arifin 2008: 9 di wilayah Kedu. Oleh karena itu penguatan ekonomi pondok pesantren diyakini dapat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitarnya, Universitas Sumatera Utara baik di sekitar pondok pesantren maupun di wilayah yang lebih luas lagi di mana pondok pesantren tersebut berada. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh Arifin 2008: 9 usaha ekonomi yang dilakukan pesantren umumnya menyangkut empat hal pokok, yaitu: a. Pertanian; b. Peternakan; c. Koperasi Pesantren; dan d. Kerajinan. Keempat usaha yang dilakukan oleh pesantren tersebut, bervariasi antara satu pesantren dengan yang lainnya, tergantung pada luas lahan yang dimiliki dan besar jumlah santri yang ada. Demikian pula mengenai jenis produk pertanian yang dihasilkan juga bervariasi. Namun secara umum produk pertanian yang dihasilkan antara lain meliputi: padi, ketela, sayuran, kedelai, dan jagung. Namun hasil pertanian maupun peternakan pesantren secara umum tidak begitu banyak. Dilihat dari segi sarana dan prasarana pesantren, maka kelayakan sarana dan prasarana pesantren dapat mengacu pada UU Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, khususnya Pasal 1 Ayat 5 dan 6. Dalam ketentuan tersebut mencakup dua hal persyaratan kelayakan bagi sebuah pemukiman pesantren, yaitu prasarana lingkungan dan sarana lingkungan. Persyaratan pokok, yaitu prasarana lingkungan yang menunjang berfungsinya lingkungan pesantren seperti asrama santri, masjid, musholla, dapur, dan kamar mandi merupakan kebutuhan vital dari keberlangsungan pesantren yang harus ada. Namun, kuantitas dan kualitas dari jenis-jenis prasarana tersebut, dari masing-masing pesantren berbeda-bebeda. hal itu tidak terlepas dari kemampuan pesantren masing-masing dalam pengadaannya. Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan oleh Arifin 2008: 13 rata-rata ketersediaan prasarana lingkungan pesantren, seperti tersebut di atas sudah memadai. Sementara dari sisi sosial kemasyarakatan, pesantren pesantren turut mengembangkan masyarakat sekitar baik dari sisi spriritualitas keagamaan dengan program pembinaan agama terhadap masyarakat, maupun sisi sosial ekonomi seperti hasil penelitian Muchsin 2009 tentang pemberdayaan masyarakat sekitar hutan yang dilakukan oleh pondok pesantren. Dorongan ibadah dalam upaya pemberdayaan masyarakat merupakan dasar bagi para santri dalam kegiatan Universitas Sumatera Utara pemberdayaan masyarakat. Para santri ini mewakili kiai dengan tanggung jawab yang tinggi terhadap keberhasilan suatu kegiatan. Namun demikian, dalam pemberdayaan santri yang sudah mengakar sejak lama tersebut tidak terdapat kelemahan dan kendala. Adapun jika mengacu pada hasil penelitian Malik 2011: 30, masalah terkait pemberdayaan yang dihadapi oleh pondok pesantren di Indonesia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kultur di dalam pondok yang sudah terlanjur terekam para calon santri bahwa nyantri di pondok pesantren ya belajar ilmu-ilmu agama. 2. Sumber Daya Manusia pengelola pondok pesantren terhadap usaha bisnis yang benilai ekonomi tinggi sangat terbatas. Cenderung hanya mengelola usaha-usaha tradisional. 3. Fasilitas dan peralatan yang berteknologi terbatas. 4. Dana yang terbatas. Sementara menurut Suhartini dalam Halim, 2005: 234, jika mengacu pada peran dan fungsi pondok pesantren dalam usahanya membangun sosial ekonomi umat, setidaknya ada tiga problem mendasar yang harus disadari bersama dan segera dicari solusinya. Ketiga problem tersebut yaitu: Sumber Daya Manusia SDM, kelembagaan, dan terobosaninovasi dan networking pondok pesantren yang masih kurang. Dalam bagian lain, Malik 2011: 30 mengatakan adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pemberdayaan santri diantaranya: 1. Para santri akan lebih mandiri dan lebih percaya diri, hal ini dikarenakan selain memiliki ilmu agama yang akan disampaikan dakwahkan kepada masyarakat, para alumni ini juga mempunyai bekal untuk memenuhi kebutuhan dunia ekonomi secara mandiri atau kebutuhan ekonomi tidak lagi menggantungkan kepada orang lain. 2. Pondok pesantren akan lebih mandiri dan cepat berkembang karena sumber dana yang selama ini hanya mengandalkan dari para santri dan para donatur, sekarang mempunyai sumber dana baru. Universitas Sumatera Utara 3. Pondok pesantren akan lebih mendapat kepercayaan dari masyarakat, sehingga dengan demikian akan meningkatkan minat orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya ke pondok pensantren.

2.4. Metode Pendidikan Islam dalam Prespektif Sosiologis