Kurikulum Khas dalam Pendidikan Pemberdayaan

Beringin pake mobil. Yang diternaknya kambing sama sapi. Wawancara dengan Manik, 17 Februari 2013 Pemaparan Informan yang mengikuti program pengabdian di satu tempat: Tugas yang saya kerjakan di pengabdian ya paling nukang, ngajar, kalau ada panggilan khotib ya jadi khotib. Kalau ngajar saya dapat ngajar Aliyah malam Senin sama malam Sabtu, dua kali seminggu. Kalau yang di sini ada enam alumni yang pengabdian. Ini firman, itu Muhammad Zul Arifin, Waspada, Khoirussani, satu lagi tugas di Percut, tapi tinggalnya di sini juga. Saya baru belajar nanam jagung, yang dibelakang itu, yang di depan sana gak tumbuh, Wawancara dengan Dinul Hak, 19 Februari 2013 Program pengabdian alumni adalah salah satu metode pesantren agar santri dapat diberdayakan dengan maksimal. Ide awalnya adalah idealisme pesantren agar santri tidak lepas dari jaringan Hidayatullah sehingga di masa depan nanti lulusan dapat memberikan umpan balik feedback kepada Hidayatullah. Pengkaryaan pada saat santri masih MTs atau MA belum bisa dilakukan secara maksimal karena sebagian besar waktu digunakan untuk belajar materi pendidikan formal dan kediniyahan yang sudah terjadwal dengan ketat. Adapun tugas program pengabdian berangam disesuaikan dengan minat, bakat, dan kebutuhan SDM dari yayasan. Pada perkembangannya pengabdian santri juga menjadi tujuan pragmatis yaitu untuk pengembalian biaya-biaya yang sudah digunakan santri selama mondok.

4. Kurikulum Khas dalam Pendidikan Pemberdayaan

Menurut Huda 2003: 99, harus ada kurikulum yang seimbang antara trilogi keilmuan yang berlandaskan Islam, 1 Islamic Natural Sciences, 2 Islamic Social Sciences, 3 Religion Sciences. Diharapkan dengan kurikulum yang demikian, santri dapat menggabungkan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dan yang terpenting, dari kurikulum ini dapat ditanamkan kepada anak tentang esensi dari sebuah proses pembelajaran mengingat hal ini merupakan yang paling substantif bagi santri sebagai pelajar. Secara umum pesantren terbagi ke dalam dua jenis yaitu salafiyah dan modern. Kedua jenis tersebut menggunakan kurikulum yang berbeda seperti dipaparkan informan berikut: Universitas Sumatera Utara Kalau yang modern ini kurikulumnya mengikuti SKB 3 Menteri, mereka belajar, mereka mondok di situ, dan mereka belajar Tsanawiyah dan Aliyah. Kalau yang salafiyah ini mereka khusus belajar kitab kuning, nah yang kitab kuning ini mereka dididik orientasinya kepada ta’lim. Setelah mereka tamat mereka dapat menjadi ustadz. Sedangkan yang SKB 3 Menteri ini mereka dapat melanjutkan ke universitas dan sebagainya. Wawancara dengan Abdul Rajak, 14 Maret 2013 Kurikulum pelajaran umum untuk pesantren dan sekolah umum tidak dibedakan, mereka menggunakan buku dan materi yang sama. Bila di pesantren dimasukkan muatan-muatan keislaman dalam penyampaiannya itu adalah kreativitas pesantren. Bedanya hanya dalam pelajaran keagamaanya, di pesantren dan madrasah porsinya diperbanyak. Kurikulumnya sama saja, kalau ditambahi muatan Islam itu kan hanya elaborasi aja ya, itu tidak apa-apa, saya kira wajar itu di dunia pesantren. Wawancara dengan Torang Rambe, 16 Maret 2013 Kemenag tidak memasukkan program pemberdayaan berbasis santri sebagai bagian dari kurikulum pesantren walaupun diakui bahwa banyak pesantren yang melakukan program pemberdayaan santri. Pesantren dibebaskan untuk menambahkan kurikulum khasnya masing-masing seperti dipaparkan informan berikut: Kurikulum tambahannya itu pesantren diberi kebebasan, tidak diatur. Tapi kita hanya memberikan legalitas di situ dan memberikan sosialisasi, misalnya ini kurikulum dan silabus yang ada di pemerintahan kita.Wawancara dengan pak Abdul Rajak, 14 Mei 2013 Dari sisi kurikulum, pesantren Hidayatullah menerapkan kurikulum gabungan antara KTSP dari pemerintah dan kurikulum tambahan yang khas dari pesantren Hidayatullah yang dapat dirincikan sebagai berikut: 1 Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan kurikulum pesantren murni Hidayatullah. 2 Menggunakan sistem pendidikan boarding school berasrama di mana pembelajaran dilakukan secara indoor maupun outdoor activity. 3 Memiliki materi pengembangan diri ekstrakurikuler meliputi: keterampilan gardening, tata busana, desain grafis, seni kaligrafi, dunia Universitas Sumatera Utara teatre, nasyid, pengembangan diri, dan character building. Profil Pesantren Hidayatullah 2013 Pesantren Hidayatullah menggunakan kurikulum SKB tiga menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, dan Menteri Agama. Hidayatullah tetap mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, ada tambahan kurikulum yang namanya “Kehidayatullahan”, Kehidayatullahan itu yang mencakup pemantapan materi tauhid, aqidah, dan fiqih, serta ada namanya tsaqofah Islamiyah. Selain itu, ada pula target minimal santri hafal Quran 1 Juz yaitu juz 30. Kedua kurikulum itu, yaitu KTSP dan Kehidayatullahan diintegrasikan, bila ada salah satunya yang tidak tercapai maka konsekwensinya adalah bisa tidak naik kelas, bisa juga tidak lulus. Jadi santri harus menyelesaikan dua kompetensinya, kompetensi pendidikan umum harus diselesaikan dan Kehidayatullahan juga harus diselesaikan. Jika tidak, maka santri tidak bisa mengikuti ujian nasional. Santri memiliki dua rapot, pertama rapot dari Diknas untuk mengisi kurikulum KTSP-nya, dan yang kedua kurikulum Kehidayatullahan-nya. Wawancara dengan Ust Ali Ibrahim Akbar, 10 Maret 2013 Keterpaduan antara KTSP dan Kehidayatullahan menjadikan proses pemberdayaan berbasis santri dapat dilakukan. Santri harus mampu mengikuti dua kompetensi sekaligus yaitu kompetensi pendidikan umum dan kompetensi Kehidayatullahan. Pesantren juga menerapkan sistem dua rapor yang terdiri dari rapor pendidikan formal dan rapor kediniyahan, hal inilah yang menyebabkan santri harus menyelesaikan kedua kompetensi tanpa mengabaikan salah satunya. Sebagai contoh santri tidak dapat melakukan ujian nasional jika program kediniyahannya belum tuntas, santri belum bisa melanjutkan kuliah sebelum melalui kelas tujuh atau kelas pengabdian. Menurut informan lain, kurikulum KTSP mengalami adaptasi sesuai kebutuhan pesantren, kurikulum KTSP dikemas dan disampaikan dengan berbasiskan tauhid yang merupakan idealisme pesantren. Kita punya dua kurikilum, Pertama kurikulum pendidikan nasional “mana” yang kita pilih itu dari DEPAG, tapi kurikilum ini diberikan warna yang sangat kental, namanya kurikulum berbasis tauhid. Contoh kurikulum yang berbasis tauhid itu, semua guru adalah da’i dan murobbi, seandainya guru IPS, dia mengajar tentang IPS itu semuanya harus mengantarkan anak- anak bertauhid, belajar biologi juga demikian. Semua materi kita gali untuk menggali kesadaran bertauhid. Wawancara dengan Ust Chairul Anam, 25 Februari 2013 Universitas Sumatera Utara Sinkronisasi kedua kurikulum tersebut selalu dievaluasi dan diinovasikan agar dapat berjalan serasi. Guru-guru Hidayatullah se-Indonesia melakukan konsolidasi rutin setiap tiga bulan sekali untuk evaluasi dan proyeksi. Kurikulum Kehidayatullahan memang sudah memiliki standarisasi dari Hidayatullah Pusat, akan tetapi pada tataran teknis diserahkan kepada kreativitas masing-masing cabang, disesuaikan dengan kebutuhan karena kondisi pesantren yang berbeda- beda. Misalnya, Program pengabdian saat ini hanya dilaksanakan di Pesantren Hidayatullah Medan, tidak di cabang lain. Kurikulum DEPAG itu kita modifikasi, makanya setiap tiga bulan kita adakan rapat konsolidasi guru-guru, kualifikasi guru-guru kami harus da’i dan murobbi. Pastikan dia shalat, tidak merokok, dan perempuan berbusana muslimah yang baik. Rata-rata guru itu dari luar semua, tapi untuk masuk jadi guru kami punya kesepakatan peraturan. Wawancara dengan Ust Ali Hermawan, 18 Februari 2013 Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan kurikulum yang sudah dimodifikasi menjadi kurikulum khas adalah salah satu metode pesantren agar program pemberdayaan dapat berjalan. Kurikulum yang diterapkan di pesantren Hidayatullah Medan merupakan gabungan dari kurikulum yang mengacu kapada SKB 3 Menteri dan Kehidayatullahan. Namun, selain kurikulum keagamaan, kurikulum mata pelajaran umum pun diberikan warna tauhid yang sangat kental untuk menanamkan kesadaran bertauhid. Adapun kurikulum khas yang menyokong pemberdayaan yang berbasis santri diantaranya mewajibkan pengabdian, gardening, dan life skill yang akan dirincikan pada sub-bab berikutnya.

5. Kordinasi Buttom Up