Faktor Pendorong Program Pemberdayaan Santri

secara mandiri. Kurikulum yang diwarnai dengan kurikulum khas Hidayatullah tidak hanya mencakup masalah pengetahuan, tetapi juga terkait tiga ranah utama seperti yang dijelaskan di atas. Program WAPOSI Wadah Apresiasi Potensi Santri sangat tepat karena dalam konsep pemberdayaan harus disesuaikan dengan potensi yang ada, akan tetapi pembagian tugas yang terlalu ketat bisa menyebabkan santri mengalami meaningless atau menurut Karl Marks disebut teralienasi. Namun pesantren Hidayatullah Medan memiliki program khas yaitu pengabdian santri atau kelas tujuh yang bertujuan untuk mengikat santri agar tidak lepas, tataran penghayatan dan tanggung jawab, serta secara ekonomi bisa mengembalikan biaya pendidikannya selama mondok.

4.3.3. Faktor Pendorong Program Pemberdayaan Santri

Pemberdayaan bertujuan guna meningkatkan kemampuan diri dalam mencapai penguatan diri dalam meraih keinginan yang ingin dicapai. Menurut Rafiq A 2005:33 pemberdayaan akan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, tindakan yang bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik. Program pemberdayaan berbasis santri di Pesantren Hidayatullah Medan dilatarbelakangi oleh tiga tuntutan utama yaitu tuntutan pendidikan, tuntutan untuk meringankan beban operasional pesantren, dan tuntutan dakwah. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini: ... faktornya yang pertama ya memenuhi kebutuhan operasional. Kemudian itulah gaya dan pola pendidikan kita, satu pendidikan formal di kelas, yang kedua pendidikan informal, keteladanan di lapangan, dan harapannya alumni menjadi kader dakwah Islam di lembaga Hidayatullah, Wawancara dengan Ust. Chairul Anam, 24 Februari 2013 Pertama, Tuntutan Pendidikan. Menurut Durkheim dalam Maliki, 2008: 92 pendidikan adalah satu kesatuan utuh dari masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan sebagai dasar masyarakat menentukan proses alokasi dan distribusi sumber-sumber perubahan. Pendidikan juga dipandang sebagai institusi yang berfungsi sebagai “baby-setting”, yang bertugas agar warga masyarakat tidak ada yang memiliki perilaku menyimpang, misalnya menjadi anak jalanan, Universitas Sumatera Utara pengangguran, dan berperilaku social deviant lainnya. Pendidikan harus bisa memaksimalkan bakat siswa. Pendidikan juga harus didekatkan kepada masyarakat luas. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren Hidayatullah harus melakukan perkembangan dari dalam atau development from within, untuk itu perlu beberapa model pengembangan pendidikan pesantren. Pertama, mengembangkan keaneka ragaman pendidikan, sesuai dengan pilihan, minat dan bakat santri. Di sinilah kelebihan sistem pesantren, yang perlu sekali dikembangkan secara lebih kreatif. Kedua, mengembangkan pendidikan yang bukan menghasilkan alumni yang siap pakai ready for use, yang pada dasarnya tidaklah ada, karena lembaga bukanlah sebuah pabrik atau siap belajar lagi ready to learn saja, melainkan pendidikan yang menyiapkan tamatan yang siap untuk dilatih kembali dengan keahlian yang berbeda retrainable. Ketiga, mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan keilmuan, seperti bahasa, metodologi, dan penelitian. Keempat, mengembangkan pendidikan yang beraspek pelayanan dan bimbingan sosial keagamaan, termasuk menyiapkan da’i dan guru agama yang mumpuni sesuai dengan kebutuhan umat. Pesantren Hidayatullah Medan memiliki gaya pendidikan yang terintegrasi, tidak hanya belajar di dalam kelas tetapi juga beajar di lapangan lewat pengkaryaan dan keteladanan yang disampaikan dalam proses pengkaryaan tersebut. Kiai lebih mentitikberatkan aspek pendidikan daripada pengajaran, artinya pendidikan yang mengarah kepada pengalaman dan keteladanan daripada hanya sekedar transfer of klowledge. Kiai memperagakan akhlakul karimah dalam praktek hidup sehari-hari dan santri menyerap secara otomatis apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dilakukan. Pendidikan di Hidayatullah dirancang untuk mencapai tiga kriteria output seperti yang telah dijelaskan dalam profile pesantren di atas. Salah satunya adalah dari sisi p sikomotor, santri diharapkan terbiasa dengan kerja keras gardening, mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan, memiliki kemampuan leadership, mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris sehari- hari. Profil Pesantren Hidayatullah 2013 Universitas Sumatera Utara Dalam konsep pendidikan integral ini, setiap apa yang dikerjakan selama 24 jam muatannya adalah pendidikan, termasuk ketika santri dikaryakan dalam berbagai aktivitas sosial ekonomi. Seperti yang dituturkan oleh informan berikut: Kalau di sekolah belajar itu kan terbatas pengertiannya, kalau kita lebih besar lagi. Pendidikan itu kan tidak hanya mengisi pengetahuan saja, bisa juga life skill-nya. Misalnya untuk apa Matematika? Digunakan untuk apa? Aplikasinya ya di lapangan, bagaimana mengukur sudut bangunan ini. Itu namanya pembelajaran terintegrasi, kalau di kelas aja kan aplikasinya di mana, akhirnya cuma jadi sampah di otak aja. Wawancara dengan Ust Chairul Anam, 24 Februari 2013 Program pemberdayaan berbasis santri didorong oleh faktor pola pendidikan yang dijalankan oleh pesantren Hidayatullah itu sendiri seperti yang dipaparkan informan berikut: ...kalau di sini santri dibangun etos kerjanya, jadi memang ada kemandirian santri. Kita ingin santri itu punya jiwa pertama leader, kedua entrerpreneur... Wawancara dengan Ust Chairul Anam, 24 Februari 2013 Para santri juga memiliki motivasi pendidikan keterampilan yaitu keinginanya dalam meningkatkan keahlian melalui program pengkaryaan santri. Santri menganggap bahwa pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan di pesantren akan membantu mereka memiliki keahlian untuk hidup di masyarakat. Motivasi awalnya ingin mengembangkan bakat ya, mungkin ya bakat saya di situ, mau menjadi arsitek mungkin, awalnya ya di sini dulu. Sekarang sudah bisa, sudah nambah keahliannya, dulu saya masang batu aja gak bisa, sekarang bisa. Itulah makanya saya mau ikut pengkaryaan. Wawancara dengan Milza, 24 Februari 2013 Pendidikan harus menjawab tuntutan masyarakat terutama masyarakat industri. Kurikulum disusun agar siswa bisa menggali pengetahuan, sehingga dengan demikian siswa bisa menjadikan dirinya bagian dari ekspertis untuk ambil bagian dalam kehidupan. Santri harus melek ekonomi untuk itu pesantren melakukan pedidikan entrepreneur dan etos kerja. Dari sisi orang tua santri, pemberdayaan santri dianggap baik bagi santri dalam proses pendidikan, bahkan orang tua yang tidak tega menyuruh anaknya ketika di rumah pun sepakat dengan program pemberdayaan santri. Universitas Sumatera Utara Kalau menurut saya bagus ya, itu kan untuk mendidik dia juga. Kalau di rumah kan disuruh kayak gitu kita gak sampai hati. Tapi kalau di pesantren memang itu lah yang kita harapkan. Wawancara dengan Pak M. Amin, 12 Mei 2013 Melalui program pemberdayaan santri, pesantren mengajarkan santri tiga jenis keterampilan yaitu terampil di lapangan, terampil di belakang meja, dan terampil di atas mimbar. Pertama, terampil di lapangan yaitu santri mempunyai keahlian seperti peternakan, komputer, pertanian, dan pertukangan. Kedua, terampil di belakang meja di mana santri diajari administrasi, membuat proposal, dan surat-menyurat. Kemudian yang ketiga, terampil di atas mimbar, setiap malam rabu santri latihan ceramah, kemudian setiap Jumat kelas 3 disuruh khutbah Jumat. Adapun bukti keterampilan santri di depan mimbar seperti yang dipaparkan informan berikut: Kita tidak pernah khotib, di sini khusus santri. Di kampungnya itu kan nyari khotib susah, kalau di kampunygnya sana adik-adik sini itu hebat betul. Masyarakat sudah merasakan nilai positifnya. Wawancara dengan Ust Chairul Anam, 24 Februari 2013 Dari pemaparan di atas diketahui bahwa, program pemberdayaan santri dilakukan karena tuntutan pendidikan salah satunya agar santri memiliki life skill yang dapat diterapkan dan memiliki kematangan jiwa. Menurut Suwendi 2004: 171 tujuan pendidikan adalah mendidik budi pekerti, mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan. Maka, aktivitas harian santri dirancang agar sibuk dengan berbagai kegiatan karena menurut Ust. Chairul Anam jika santri tidak ada kegiatan maka akan berpikir macam-macam apalagi ketika tersedia banyak waktu luang. Saat ini para santri Hidayatullah Medan terbiasa taat dan bertanggung jawab karena mereka sendiri yang mengurus segala sesuatunya untuk pesantren. Misalnya santri sangat menjaga kebersihan dan keamanan karena mereka sendirilah yang diberikan tugas untuk mengelolanya, sementara di pesantren lain hal seperti itu dikerjakan oleh karyawan. . Kedua, pengkaryaan santri bertujuan untuk meringankan beban operasional pesantren. Ini merupakan tuntutan pragmatis yang mau tidak mau harus dipenuhi di tengah usaha untuk mempertahankan idealisme pesantren. Salah Universitas Sumatera Utara satu hal penting dalam pendidikan adalah biaya, sumber penerimaan biasanya terdiri dari beberapa sumber: pemerintah, non-pemerintah, maupun sumber- sumber kreatif dari para penyelenggara lembaga pendidikan. Kemandirian pesantren tidak hanya dalam konsep pendidikan, tetapi juga dalam pengelolaan pesantren termasuk pendanaannya. Mastuhu 1994: 146 melukiskan dengan tegas bahwa pesantren punya konsep biaya berapapun cukup, biaya berapapun tidak cukup. Ini menunjukan fleksibelitas pendidikan yang sangat tingi. Bandingkan misalnya dengan konsep pembiayaan perguruan tinggi yang punya hukum biaya berapapun harus dihabiskan Bowen, 1981: 19-20. Program pemberdayaan santri adalah kreativitas pensantren dalam meringankan beban operasional pesantren. Pesantren Hidayatullah memiliki 400 orang santri, dari jumlah tersebut 90 masih berasal dari keluarga kurang mampu sehingga pesantren harus memberikan subsidi. Adapun secara hitungan matematis, kebutuhan santri per orang sekitar Rp500.000, dengan jumlah 400 orang santri maka kebutuhan pesantren mencapai Rp200.000.000,- per bulan. Seperti yang diungkapkan Ust Ali Akbar berikut: Anak yang tidak membayar tadi, dia harus membayar kepada ummat dengan yang namanya pengkaryaan tadi. Kita membutuhkan dana operasional itu minimal perbulannya Rp200 juta. Jadi satu anak dihitung Rp500.000,- sudah termasuk makannya, pendidikannya, dan kebutuhan sehari-harinya. 50 ribu x 400 orang itu aja sudah 200 juta kan. Padahal kutipan dari anak-anak cuma sedikit, kan ada juga sedikit anak-anak yang bayar ini paling-paling kita dapat perbulannya sekitar Rp15 juta. Dari yayasan Baitul Mall Hidayatullah BMH sekitar 10 juta, terus dana BOS kita Rp35 juta. Total pemasukan yang pasti baru 60 juta. selebihnya kita berusaha dan berdoa saja. Caranya termasuk dengan mengkaryakan anak- anak untuk mengurangi beban operasional, terus anak-anak ini sering puasa juga tiap Senin dan Kamis. Kita tidak paksa anak-anak itu untuk shalat duha dan puasa, tapi kesadaran sendiri aja. Wawancara Ust Ali Akbar, 19 Februari 2013 Santri dikaryakan dalam berbagai kegiatan sosial ekonomi pesantren dan pada tahun ke tujuh mereka diwajibkan untuk melakukan pengabdian. Meskipun sebagian besar santri yang dipungut bayaran, pesantren Hidayatullah tidak mau dikatakan memberikan pendidikan gratisan karena kesannya jika “gratis” identik dengan kualitas yang rendah. Selain itu menurut informan, tidak mungkin pesantren bisa dijalankan dengan “gratisan” karena banyak biaya-biaya yang Universitas Sumatera Utara harus dikeluarkan sementara pemasukan pesantren masih terbatas. Oleh karena itu, pengabdian adalah salah satu cara pengembalian dana dari santri. Selama ini santri sudah memanfaatkan dana ummat, maka sudah sewajarnya santri mengabdi untuk ummat. Karena secara hitung-hitungan, pengabdian santri dapat melunasi biaya-biaya yang dihabiskan selama mondok. Meskipun diwajibkan, namun santri juga diperbolahken untuk tidak melakukan pengabdian dengan syarat harus membayar kelulusannya sebesar uang yang dihabiskan selama nyantri atau sekitar Rp6 juta. Akan tetapi, hingga saat ini hanya sedikit santri yang tidak mengikuti pengabdian, rata-rata santri memilih untuk mengikuti program pengabdian karena tidak punya uang untuk membayar. Selain itu, santri bisa memahami adanya manfaat dari program pengabdian dan pengkaryaan tesebut. Bukan sekedar untuk mengurangi beban operasional, Pesantren Hidayatullah juga memiliki targetan untuk menjadi pesantren yang benar-benar mandiri 10 tahun ke Depan. Hal itu berdasarkan pada usaha-usaha yang sudah mulai dirintis oleh santri, di antaranya memiliki kebun sawit yang mulai berbuah, dan sedang proses penenanaman karet seluas 20 hektare di Padang Sidempuan. Di Padang Sidempuan kita dikasih lahan 20 hektare sama jamaah, itu kita tanam karet di sana, tapi belum penuh ya, baru sebagian. Itu alumni dan mayarakat yang mengelola, tapi SDM-nya terbatas. Pesantren itu kan gak punya modal, jadi kita harus menyertakan investasi, nanti bagi hasil. Wawancara Ust Chairul Anam, 24 Februari 2013 Hal ini senada dengan yang dikatakan Ust. Ali Hermawan, usaha-usaha tersebut diharapkan kedepannya dapat menjadi sumber pendapatan utama pesantren sehingga pesantren bisa lebih mandiri secara ekonomi. Obsesi kami sebagai pengelola, menjadikan pondok pesantren ini sebagai pondok yang mandiri, makanya orientasi ke depan kami sudah membuka lahan agro bisnis. Ada menanam sawit di lahan yang dikasih jamaah, ada juga lahan 20 hektare di Padang Sidempuan mau ditanami karet. Jadi Insha Allah 10 tahun mendatang pesantren sudah mandiri. Untuk tanaman tersebut sudah ada petugasnya, dan sawit sudah mulai berbuah, di sana ada satu rumah tangga yang kami tempatkan. Wawancara dengan Ust Hermawan, 18 Februari 2013 Universitas Sumatera Utara Pesantren Hidayatullah sudah pernah menjadi pesantren yang mandiri secara ekonomi, hal ini dibuktikan dengan menjuarai LM3 Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat di bidang ketahanan panggan pada tahun 2009 seperti yang disampaikan informan berikut ini: Kita pernah menjuarai LM3 di bidang ketahanan panggan. Itu karena kita nanam pisang barangan, jagung manis juga pernah, dan pepaya juga pernah. Wawancara Ust Chairul Anam, 19 Februari 2013 Hal ini juga disampaikan oleh informan lainnya yaitu: Kita dulu pernah menjadi kampus ketahanan pangan tingkat nasional untuk propinsi kita juara umumnya. Waktu 4 tahun yang lalu itu kan murid kita tidak begitu banyak, Cuma 150 orang. Maka kita mengembangbiakkan lembu dan kambing, itu kotorannya bisa buat menyuburkan tanaman pisang, pisang barangan itu menghasilkan sangat luar biasa. Terus jantung pisangnya itu dicerca, dicampur dedak dan pelet itu dikasih makan ikan, dulu ini kan masih kolam, di sini kolam lele. Terus bekas-bekas rumputnya kita tumpuk terus itu kan jadi ulat-ulat, itu jadi makanan ikan juga. Wawancara Ust Ali Akbar, 19 Februari 2013 Mayoritas pesantren di Indonesia sudah memiliki Kopontren Koperasi Pondok Pesantren, Pesantren Hidayatullah Medan yang belum memiliki Kopontren juga merencanakan untuk membuat kopontren guna memenuhi kebutuhan civitas akademika pesantren dan sekaligus masyarakat sekitarnya. Berikut adalan pemaparan informan: Rencananya kita juga mau buka koperasi di depan jalan sana, kemarin sudah dimusyawarahkan dan tanahnya sudah dibeli. Koperasi serba ada itu untuk kebutuhan santri dan warga sekitar tapi masih terkendala pendanaan. Wawancara dengan Ust. Muhktasim, 19 Februari 2013 Usaha-usaha konkrit di bidang ekonomi untuk saat ini sedang dihentikan sementara. Hal ini karena Pesantren sedang memfokuskan SDM-nya dalam pembuatan bangunan-bangunan baru. Pesantren juga menghentikan kegiatan- kegiatan sosial ke masyarakat sejak bulan Ramadhan tahun 2012 dikarenakan minimnya SDM, SDM yang ada difokuskan pada kegiatan-kegiatan di dalam pesantren yang semakin padat. kegiatan utama di dalam pesantren difokuskan Universitas Sumatera Utara pada pembuatan bangunan karena tuntutan yang mendesak dari pemerintah. Contohnya pemerintah memberikan tenggang waktu satu bulan untuk pembuatan laboratorium MIPA. Walaupun pengkaryaan difokuskan ke pertukangan, hal itu masih untuk tujuan meringankan beban operasional pesantren agar pesantren tidak membayar upah tukang. Cuma kita ganti-ganti terus ya, sekarang lagi fokus bangunan, jadi tidak ngurusi pertanian lagi gitu, kita lihat anu kebutuhannya gitu. Tapi pokoknya tidak boleh tidak ada kegiatan untuk santri, harus ada terus biar santri terarah dan terkendali. Lab ini kan harus selesai satu bulan, terus ini, ini kita lagi gencar-gencarnya di bangunan memang, kebetulan ada dananya dari pemerintah. Wawancara Ust Chairul Anam, 25 Februari 2013 Diketahui bahwa pemberdayaan santri Pesantren Hidayatullah Medan mengikuti sekala prioritas jangka pendek yaitu meringankan beban operasional pesantren. Ini merupakan tuntutan pragmatis yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh pesantren agar bisa tetep menjalankan peran dan fungsinya. SDM yang masih terbatas menyebabkan ketika fokus ke suatu kegiatan maka pesantren menghentikan kegiatan yang lainnya. Turunnya bantuan dana dari pemerintah yang memiliki target penyelesaian berbatas waktu menyebabkan berjalannya pengkaryaan santri di luar kemampuan SDM yang tersedia sehingga pesantren harus menghentikan kegiatan-kegiatan lainnya yang sudah lama berjalan seperti pengelolaan desa binaan. Di sini hendaknya pesantren melakukan filterisasi dan adaptasi kreatif terhadap pengaruh dari luar seperti bantuan dana pemerintah agar idealisme sekaligus pragmatisme dapat berjalan dengan seimbang. Ketiga, Tuntutan Dakwah, Perintisan awal Hidayatullah di Balikpapan adalah Obsesi Ust. Abdullah Sa’id, beliau berobsesi bahwa di dunia ini perlu kehadiran Islam. Ketika itu, Ust Abdullah Sa’id yang juga merupakan seorang trainer, membingkai gerakan dakwah supaya tampak profesional, dimulai dari kursus bahasa Inggris kemudian setelah berjalan beberapa bulan materi-materinya diganti dengan pencerahan spiritual. Keluaran yang diharapkan dari pesantren Hidayatullah terutama santri diharapkan bisa membawa dakwah, membawa kebaikan, dan yang kedua santri bisa profesional di bidangnya, santri bisa membawa kesejahteraan. Saat ini alumni Hidayatullah banyak yang sudah membuka pesantren- Universitas Sumatera Utara pesantren baru, kalau tidak, maka dia akan menjadi pengelola di pesantren- pesantren yang sudah ada yang saat ini berjumlah 350 cabang. Wawancara dengan Ust Ali Ibrahim Akbar, 10 Maret 2013 Masyarakat sekitar juga menyampaikan bahwa pesantren sering mengadakan kegiatan dakwah ke masyarakat seperti diungkapkan berikut ini: “Sering lah ke sana, kan ikut pengajian di sana seminggu sekali. Pengajiannya itu ada ceramah dakwah dan tadarus tiap Kamis,” Wawancara dengan Halimah, 10 Maret 2012. Hal senada juga disampaikan oleh informan masyarakat sekitar lainnya, “...wah sering, dakwah-dakwah itu sering, ngajar juga di masyarakat yang puteranya, yang puterinya juga, udah banyak lah orang ini yang pandai- pandai semuanya. Enak loh sama orang ini, bagus. Orang ini kan tukang dakwah,” Wawancara dengan Yatinem, 5 Maret 2013 Pemerintah Desa juga merasakan adanya manfaat dakwah dari Pesantren Hidayatullah Medan seperti dipaparkan oleh Sekretaris Desa, Pak Suyatno pada 14 Mei 2013, “...memang bantuan mereka itu terhadap desa itu sangat besar sekali, terutama tentang keagamaan, jadi masyarakat sebelah itu ikut ngaji di sana gratis,”. Tujuan dakwah Pesantren Hidayatullah juga sudah di internalisasi dan dipahami oleh para santri sehingga tujuan para santri menuntut ilmu di pesantren juga untuk mempelajari Islam dan mendakwahkannya. Berikut adalah pemaparan informan santri: Motivasi masuk Hidayatullah karena di sini itu kan bergeraknya untuk perjuangan Islam ya, jadi saya suka dengan hal yang seperti itu dan pergerakan. wawancara dengan Farhan Fadlullah, 24 Februari 2013 Motivasi saya ingin mendalami Islam secara kaffah lalu mendakwahkannya kepada orang-orang, ini keinginan saya sendiri tidak dipaksa-paksa Wawancara dengan Meti Handayani, 10 Maret 2013 Tuntutan dakwah adalah tujuan utama lahirnya Pesantren Hidayatullah Medan. Mulai dari pertama didirikan idealismenya adalah untuk dakwah. Kemudian pada pelaksanaannya pesantren bukan hanya berdakwah kepada santri saja, akan tetapi mempersiapkan santri untuk menjadi kader dakwah. Target Universitas Sumatera Utara dakwahnya juga adalah warga sekitar pesantren sehingga warga sudah merasakan manfaat pesantren terutama dari sisi spiritualitas keagamaan. Program pemberdayaan santri didorong oleh tujuan dakwah. Santri diharapkan punya keterampilan agar lebih mudah diterima di masyarakat. Dakwah bukan hanya dalam artian ceramah, akan tetapi menyampaikan nilai-nilai Islam sesuai dengan bakat dan profesinya masing-masing. Untuk mewujudkan tercapainya tuntutan dakwah maka program diarahkan untuk memperhatikan aspek pelayanan dan bimbingan sosial keagamaan, termasuk menyiapkan da’i dan guru agama yang mumpuni sesuai dengan kebutuhan umat guna tercapainya miniatur masyarakat madani.

4.3.4. Faktor Penghambat Pengkaryaan Santri