Peneliti menjumpai dia ketika sedang mengerjakan bangunan laboratorium komputer bersama para santri pada hari minggu tanggal 24 Februari 2013.
Dijumpai pada pukul 11.00, namun wawancara baru bisa dilakukan setelah shalat Dzuhur di masjid karena masih ada pekerjaan yang tanggung untuk diselesaikan.
13. Ust. Chairul Anam
Ust. Chairul Anam adalah seorang kali-laki, lahir 9 Agustus 1962 di Jombang Jawa Timur. Dia menjabat sebagai Ketua Yayasan Hidayatullah Medan
sekaligus sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah Sumatera Utara. Menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Jombang dan S-1 di Surabaya.
Dia ikut merintis Hidayatullah cabang Surabaya selama 3 tahun, pada 18 Februari 1991 pindah ke Balikpapan sampai tahun 2006. Kemudian pada 2007
bergabung di Hidayatullah Medan dan ditugaskan merintis di Polonia, di Polonia itu dahulu hutan, kemudian dia membangunnya. Adapun cabang Polonia dan
Bandar Labuhan adalah satu kesatuan, hanya perluasan wilayah dengan diberikan nama “kampus I” yang di Bandar Labuhan dan “kampus II” di Polonia.
Kemudian berdasarkan hasil musyawarah para ustadz, dia ditunjuk untuk menjadi ketua yayasan dan harus tinggal di Hidayatullah Desa Bandar Labuhan.
14. Ust. Ali Ibrahim Akbar
Ust. Ali Ibrahim Akbar merupakan seoran guru laki-laki, lahir di Tanjung Morawa, 18 Januari 1973. Ust. Ali Ibrahim Akbar sudah menikah dan memiliki 4
orang anak. Status di Pesantren sebagai kepala sekolah MA dan Kepala bagian pendidikan MTs dan MA. Beliau menyelesaikan Sekolah Dasar di SD 1 Kiri
Hulu. Melanjutkan ke SMP bersubsidi di SMP Swasta di Tanjung Morawa, kemudian melanjutkan ke SMAN 1 Tanjung Morawa dan menyelesaikan S-1 di
IAIN Sumatera Utara. Ia juga telah lulus S-2 di Universitas Negeri Medan jurusan Manajemen Pendidikan.
Dia bergabung di Hidayatullah sejak 1997, mulanya pesantren itu didirikan 1994, pada waktu itu beliau punya teman namanya Adnan Ginting dan Pak
Daiman. Pak Daiman adalah perintis pendidikan. Pada waktu itu Pak Adnan
Universitas Sumatera Utara
Ginting membawanya ke Hidayatullah karena satu kampus. Pak Adnan ketika itu mengajaknya untuk beribadah dan melakukan perbaikan ummat melalui
pendidikan. Karena itu gerakan dakwah, maka Ust. Ali Ibrahim Akbar sangat bersemangat mengikuti ajakan Pak Daiman dan Pak Adnan Ginting. Waktu itu
sekolahnya belum mapan sehingga para ustadz ketika itu harus memburu anak- anak untuk sekolah. “Dahulu itu para ustadz mendidik anak-anak yang lebih liar
tidak seperti saat ini,” kata Ust. Ali Ibrahim Akbar. 4.2.4.
Informan dari Masyarakat Sekitar
15. Ibu Halimah
Halimah adalah seorang perempuan suku Jawa campur Melayu. Lahir di Tanjung Morawa, Tanggal 3 Maret 1958. Halimah mempunyai tujuh anak,
semuanya sudah berkeluarga. Dia bekerja sebagai penjual nasi di pinggir jalan, lokasi tempat jualannya merupakan yang paling dekat dengan pesantren. Dia
sudah tinggal di depan Pesantren Hidayatullah Selama 8 Tahun. Halimah sering berkunjung ke pesantren karena dia mengikuti pengajian rutin seminggu sekali.
Adapun pengajian yang diikutinya berupa ceramah dakwah dan tadarus pada hari Kamis.
Mayoritas pelanggan warung nasi Halimah adalah orang tua santri yang berkunjung ke pesantren. Meskipun dia sering berkunjung ke lingkungan
pesantren, dia mengaku tidak banyak tahu tentang kehidupan santri. Dia datang ke pesantren hanya jika ada acara-acara besar dan saat mengaji rutin. Halimah juga
pernah punya saudara di kampung itu yang bersekolah di Hidayatullah, akan tetapi keluar dari sekolah karena merasa tidak betah.
16. Ibu Yatinem