Kementerian Koperasi dan UMKM. Kementrian agama yang bertanggung jawab terhadap lembaga pendidikan pesantren tidak berperan dalam program yang
bersifat pemberdayaan berbasis santri. Kementerian Agama hanya memberikan izin dan legalitas untuk pondok pesantrennya dan memberikan panduan silabus
kurikulum yang mengacu kapada SKB 3 Menteri untuk madrasahnya. Tidak ada, kalau masalah pertanian, peternakan itu bukan dari kita, itu dari
pesantren sendiri. Kadang mereka kerjasama langsung dengan dinas terkait mislnya Kementrian Pertanian. Wawancara dengan Abdul Rajak, 14 Mei
2013 Pesanren Hidayatullah Medan memiliki kreativitas tersendiri dalam
melaksanakan program pemberdayaan berbasiskan santri, metode yang dijalankannya sebagian diadopsi dari Hidayatullah Pusat, dan sebagian lain khas
hanya ada di Hidayatullah Medan. Agar pemberdayaan berbasis santri dapat berjalan sesuai harapan maka pesantren melakukan metode-metode berikut:
1. Dewan Santri Sebagai Penggerak Program
Dewan Santri merupakan organisasi santri intra pesantren, sejenis dengan OSIS di sekolah-sekolah umum, namun Dewan Santri lebih besar cakupannya
karena mengatur santri selama 24 jam, pada jam sekolah dan di luar jam sekolah. Dewan Santri putera dan Dewan Santri Puteri terpisah kordinasinya dan
kepengurusannya karena memang tidak ada interaksi apapun antara santri putera dan santri puteri. Dewan Santri dibentuk oleh pesantren dengan tujuan pendidikan
organisatoris santri sekaligus untuk membantu meringankan pekerjaan para ustadz, Jumlah ustadz yang terbatas dan kesibukannya menyebabkan peran ustadz
tidak bisa sepenuhnya membina santri. Sesuai dengan prinsip pemberdayaan ustadz berperan sebagai fasilitator.
Dewan santri merupakan wadah pemberdayaan dalam sisi organisatorisnya. dewan santri harus mengetahui prinsip manajemen yaitu
planning, organizing, actuating, dan controlling. Wawancara Ust Ali Hermawan
Pembentukan Dewan Santri merupakan salah satu pemberdayaan santri dari sisi organisatorinya, santri belajar fungsi manajemen yaitu perencanaan
Universitas Sumatera Utara
planning, perorganisasian organizing, pelaksanaan kebijakan actuating dan fungsi pengawasan controlling. Dewan Santri dapat mengurangi keterlibatan
para ustadz dalam program pemberdayaan, di mana para santri dari kelas 1 MTs sampai kelas 2 MA semester 1 berada di bawah manajemen Dewan Santri.
Huda 2003: 107 menjelaskan bahwa organisasi merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh pesantren. Setiap santri di pondok diberi
kesempatan untuk berorganisasi karena organisasi itu dapat membentuk jiwa kepemimpinan dan kedewasaan santri. Dewan Santri juga harus menjadi
pengayom adik-adiknya. Saat ini saya menjabat sebagai ketua umum Dewan Santri. Tugas Dewan
Santri itu untuk mengayomi adik-adiknya, nanti kan Dewan Santri itu ada bagian bagiannya, kalau ada perintah dari pembimbing itu ke saya, dari
saya ke kawan-kawan, habis dari kawan-kawan itu langsung ke adik-adik. Wawancara dengan Farhan Fadlullah, 24 Februari 2013
Pada tahun sebelumnya Dewan Santri belum memiliki struktur yang formal
dikarenakan khawatir semua tanggung jawab dibebankan kepada ketuanya saja. Akan tetapi, dalam kepengurusan periode tahun 2013 Dewan Santri sudah
memiliki struktur yang formal dengan Farhan Fadlullah Sebagai ketua umumnya kemudian ada bidang-bidang kerjanya yaitu: Bidang Keamanan, Bidang
Kemasjidan, Bidang Pendidikan, dan Bidang Kesehatan seperti dijelaskan oleh informan di bawah ini:
Nanti kan ada Bagian Keamanannya, bagaimana mengkondisikan pesantren itu tertib, bagaimana ke masjidnya cepat, tidak ada yang keluar
malam, tidak ada yang keluar tanpa izin. Jadi semuanya ada tahapannya, misalnya saya mau izin, nanti ke sini dan ke sini. Jadi aman dia, tau kita.
Kalau orang tuanya nelpon nati, kok anak saya pulang, kan tinggal jawab, “oh sudah izin”.
Ada Bagian Kesehatan, kalau ada yang sakit dibawa ke Rumah Sakit Bina Kasih. Ada Bagian Pendidikan itu untuk wilayah sekolah, untuk mengatur
adik-adiknya, jadi kalau ada yang tidak teratur nanti orang itu yang menindak, bagaimana keadaan kelas itu harus nyaman untuk belajar.
Termasuk untuk muhadorohnya, latihan pidatonya itu sama bagian pendidikan. Total Dewan santri itu ada 20 orang, itu semuanya kelas 2
Aliyah. Wawancara Farhan Fadlullah, 24 Februari 2013
Universitas Sumatera Utara
Dewan Santri puteri juga memiliki bidang-bidang kerja masing-masing walaupun Dewan Santri puteri baru menginjak kepengurusan periode yang kedua.
Ada ketuanya ada bidang-bidangnya, ada bidang kebersihan, kemamanan, kesehatan, kehumasan, yang menyambut tamu, logistik, ibadah. Tapi yang
paling menonjol kali ibadahnya sama kesehatannya, dan kebersihannya. Wawancara dengan Kuswah, 10 Maret 2013
Informan lain mengatakan bahwa tugas utama Dewan Santri adalah membina santri saat berada di luar jam sekolah:
Tugas Dewan Santri itu mengatur kegiatan yang diluar jam sekolah, lalu membangun kreativitas santri. Misalnya kreativitas seni, di sini ada grup
seninya SATO Santri at the Opera, jadi itu akan ditampilkan ketika ada event-event. Terus kreativitas di bidang olahraga, bola, voli, takraw,
badminton, bela diri, termasuk outbond. Juga kebersihan dan keamanan ini tugas Dewan Santri semua. Kebersihan itu sehari 3 kali, habis subuh semua
dibagi oleh Dewan Santri, misalnya bagian lapangan kelas berapa yang mungut sampah, terus bagian Aliyah, dan bagian payungan sana. Terus
memobilisasi pelaksanaan ibadah dan belajar mandiri. Termasuk juga membuat mading santri di sekolah dan asrama. Wawancara dengan Ust
Chairul Anam, 25 Febrari 2013
Dewan Santri memiliki sistem pertanggungjawaban kepada penangung jawab di kalangan ustadz sesuai dengan bidangnya secara linear. seperti yang
dipaparkan informan di bawah: Dewan santri itu bertanggung jawabnya bagian diniyah dan kemasjidan itu
ke Kepala Asrama, Pak Sihombing. Yang bagian kreativitas seni itu tanggung jawabnya ke Pembina OSIS, bagian kreativitas olah raga,
tanggung jawabnya ke Pak Sugiono. Wawancara dengan Ust Chairul Anam, 25 Februari 2013
Terkait dengan pergantian pengurus Dewan Santri, menurut Huda 2003: 107 Setiap tahun diadakan serah terima amanat dari kakak kelas kepada adik
kelas. “Padat tumbuh hilang berganti sebelum patah sudah diganti sebelum hilang sudah tumbuh lagi”. Pribahasa di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya
regenerasi yang ada di pondok. Hal itu sejalan dengan yang terjadi di Pesantren Hidayatullah Medan,
Dewan Santri diganti setiap tahun. Yang menjadi Dewan Santri adalah kelas 2 MA sejak awal semester 2 hingga kelas 3 MA akhir semester 1. Kebijakan ini
diambil karena kelas 3 MA difokuskan untuk persiapan Ujian Nasional pada satu
Universitas Sumatera Utara
semester terakhir. Selama satu semenster sebelum lulus, kelas 3 MA turut membimbing Dewan Santri dalam Menjalankan tugasnya.
Kelas 3 Aliyah itu mungkin sudah seperti pemimpinnya di sini. Ada Dewan Santri, pemimpinnya itu lah kelas 3. Dewan Santrinya kelas 2 sampai kelas
3 semester pertama, kan kelas 3-nya persiapan UAN. Wawancara dengan Milza, 24 Februari 2013
Informan lainnya mengatakan sebagai berikut:
Kemarin baru kita lantik Dewan Santri, semua tugas pengkaryaan pesantren itu sudah menjadi tugas Dewan Santri, kita tinggal manggil
ketuanya saja. Wawancara dengan Ust Mukhtasim, 25 Februari 2013 Dapat disimpulkan bahwa pembentukan Dewan Santri merupakan upaya
pendelegasian wewenang dan pembagian tugas mulai dari tingkat manajemen yang melimputi planning, organizing, actuating, dan evaliating. Berjalannya
pengkaryaan santri tidak lepas dari manajemen Dewan Santri. Memberikan pendidikan organisatoris termasuk ke dalam ranah peningkatan kafaah atau
psikomotor yang secara praktis dapat melakukan fungsi manajemen seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat dan secara idealis dapat melakukan misi dakwah
yang tepat ala Rosulullah. Menurut Ust. Ali Hermawan dakwah akan mudah diterima jika dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan organisatoris.
2. Wadah Apresiasi Potensi Santri WAPOSI