Milza Mardan Taga Farhan Fadlullah Nazrin Lubis

Dinul Hak merupakan seorang alumni pengabdian laki-laki, Lahir di Palembang 14 April 1994. Dia Menyelesaikan SD dan SMP di Palembang, kemudian bergabung di Hidayatullah Medan sejak kelas 1 MA. Wawancara dilakukan pada 19 Februari di ruangan pondok alumni, ketika itu seluruh alumni yang mengabdi di Tanjung Morawa juga ikut berkumpul karena sedang jam istirahat setelah nukang, mereka mendengarkan proses wawancara. Alasan Dinul Hak masuk ke Hidayatullah karena orang tuanya pengurus di Hidayatullah, menurutnya, “kalau orang tuanya pengurus otomatis harus melanjutkan estafet kepengurusan”. Dia sudah satu tahun mengikuti program pengabdian dan setelah itu ia berencana melanjutkan kuliah di cabang Hidayatullah Batam. Tugas utamanya saat ini adalah nukang dan mengajar pada malam hari.

4.2.2. Profil Informan dari Santri

3. Milza Mardan Taga

Milza Mardan Taga merupakan sorang santri laki-laki, lahir di Langsa, 20 Februari 1995. Saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia berasal dari Kuala Simpang Aceh Tamiang, menempuh pendidikan SD di Takengon, SMP di Hidayatullah Banda Aceh dan bergabung di Hidayatullah Medan mulai kelas 1 MA. Orang tuanya bekerja sebagai petani kopi. Milza masuk ke Hidayatullah Medan karena direkomendasikan oleh pimpinan Hidayatullah Banda Aceh, motivasinya masuk Hidayatullah Medan karena mau menjadi orang baik, menurutnya Hidayatullah beda dari pesantren lain karena dia juga pernah mondok di pesantren lain. Saat menjelang kelulusannya ini tugas pengkaryaan utama Milza adalah di bangunan. Sejak kelas 3 semester 2 tidak lagi mendapatkan tugas-tugas lain, kelas 3 MA lebih konsentrasi mempersiapkan UN. Universitas Sumatera Utara

4. Farhan Fadlullah

Farhan Fadlullah merupakan sorang santri laki-laki, lahir di Kalimantan, 19 Maret 1995. Awalnya dia sekolah di Jawa tapi ada masalah pribadi sehingga pindah ke Hidayatullah Medan, kepindahannya didorong pula oleh orang tuanya yang merupakan pengurus Pesantren Hidayatullah Medan. Orang tuanya berharap ada regenerasi pengurus dari keluarganya. Farhan menyelesaikan Sekolah Dasar di Medan, melanjutkan SMP di Gontor, dan SMA masuk ke Hidayatullah Medan. Adapun motivasi Farhan sendiri karena dia menyukai hal yang berbau perjuangan Islam dan pergerakan. Saat ini dia menjabat sebagai ketua umum Dewan Santri. Tugas utama Dewan Santri adalah untuk mengayomi adik-adik kelasnya. Adapun jumlah seluruh anggota Dewan Santri putera adalah 20 orang yang terdiri dari kelas 2 MA. Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Februari 2013 di Asrama Santri. Ketika proses wawancara berlangsung, beberapa orang teman Farhan yang merupakan sesama Dewan Santri, turut duduk dan menyimak proses wawancara. Terkadang mereka turut menambahkan jawaban-jawaban Farhan.

5. Nazrin Lubis

Nazrin Lubis merupakan seorang santri laki-laki, lahir tanggal 2 Maret 1998 di Nias. Dia menyelesaikan SD di Nias kemudian melanjutkan kelas 1 MTs di pesantren Hidayatullah Medan. Saat ini dia sedang duduk di kelas 3 MTs. Nazrin masuk ke Hidayatullah atas rekomendasi orang tuanya karena ada saudara laki- lakinya abang yang merupakan alumni Hidayatullah Nias. Menurut dia, abang- nya punya pertimbangan bahwa jika sekolah di luar akan banyak godaan. Nazrin memiliki motivasi untuk meningkatkan pemahaman agamanya sehingga saat ini dia merasa nyaman di pesantren. Orang tua Nazrin bekerja sebagai nelayan di sebuah pantai di Nias dan memiliki perahu sendiri, sementara ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga. Di Universitas Sumatera Utara Pondok, Nazrin tidak membayar biaya mondok, dia hanya infak uang buku Rp300.000,- per tahun karena orang tuanya kurang mampu. Tugas pengkaryaan Nazrin adalah amal shalih yaitu ngutip sampah dan dia memiliki tugas khusus sendiri yaitu membersihkan kantor. Tugas khusus itu akan diembannya sampai tamat dari pesantren, Nazrin tidak dibebani tugas lainnya seperti piket dan pertanian. Tugas khusunya itu dilaksanakan setiap hari biasanya pada pagi dan malam hari. Adapun yang dibersihkan yaitu lantai, meja, piring- piring, dan buku-buku. Menurut Nazrin tugasnya lebih ringan dibandingkan dengan tugas piket yang dilakukan oleh santri lainnya.

6. Erwin Siniks Manik