Wadah Apresiasi Potensi Santri WAPOSI

semester terakhir. Selama satu semenster sebelum lulus, kelas 3 MA turut membimbing Dewan Santri dalam Menjalankan tugasnya. Kelas 3 Aliyah itu mungkin sudah seperti pemimpinnya di sini. Ada Dewan Santri, pemimpinnya itu lah kelas 3. Dewan Santrinya kelas 2 sampai kelas 3 semester pertama, kan kelas 3-nya persiapan UAN. Wawancara dengan Milza, 24 Februari 2013 Informan lainnya mengatakan sebagai berikut: Kemarin baru kita lantik Dewan Santri, semua tugas pengkaryaan pesantren itu sudah menjadi tugas Dewan Santri, kita tinggal manggil ketuanya saja. Wawancara dengan Ust Mukhtasim, 25 Februari 2013 Dapat disimpulkan bahwa pembentukan Dewan Santri merupakan upaya pendelegasian wewenang dan pembagian tugas mulai dari tingkat manajemen yang melimputi planning, organizing, actuating, dan evaliating. Berjalannya pengkaryaan santri tidak lepas dari manajemen Dewan Santri. Memberikan pendidikan organisatoris termasuk ke dalam ranah peningkatan kafaah atau psikomotor yang secara praktis dapat melakukan fungsi manajemen seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat dan secara idealis dapat melakukan misi dakwah yang tepat ala Rosulullah. Menurut Ust. Ali Hermawan dakwah akan mudah diterima jika dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan organisatoris.

2. Wadah Apresiasi Potensi Santri WAPOSI

Pesanteren Hidayatullah melakukan pembagian kerja berdasarkan minat dan bakat. Pesantren Hidayatullah memiliki Wadah Apresiasi Potensi Santri WAPOSI. Menurut Halim 2005: 227 perlu dikembangkan WAPOSI, wadah semacam ini, mungkin sudah ada di beberapa pondok pesantren, tinggal bagaimana mengaturnya supaya produktif. Perlu juga ditambahkan, penggalian potensi diri santri-murid ini merambah pada potensi-potensi, semisal politisi, advokasi, jurnalistik, dan seterusnya. Karenanya, untuk ke depan wajah pondok pesantren menjadi semakin kaya ragam dan warna. Pesantren Hidayatullah memetakan santri ke dalam 3 kelompok berikut: a. Tafakur fiddin: diproyeksikan menjadi tokoh spiritual b. Tokoh Intelektual: ini untuk yang pengetahuan agamanya minim Universitas Sumatera Utara c. Kelompok profesional: orientasinya bekerja Berikut penjelansan dari informan: Jadi mereka kita salurkan sesuai bakatnya masing-masing, tidak harus semuanya menjadi da’i dalam artian penceramah. Mereka ada juga yang menjadi da’i agro-preneur seperti yang mengelola kebun pepaya di sana. Bakat mereka terakomodir, sehingga mereka tidak dibebani harus pintar bahasa arab semuanya, tapi sesuai bakatnya. Wawancara dengan Ust Ali Hermawan, 18 Februari 2013. Menurut Durkheim dalam Maliki, 2008: 95 pembagian kerja tidak bisa dielakkan. Saat ini sedang menuju masyarakat dengan solidaritas organik sehingga diperlukan pembagian kerja. Namun, menurut Durkheim spesialisasi dan pembagian kerja yang ketat bisa menyebabkan individu tereduksi dan terisolasi, bahkan rasa tidak berguna lagi meaningless. Pendapat lain mengatakan bahwa pesantren mengalami perkembangan dari dalam salah satunya karena keanekaragaman pendidikan, sesuai dengan pilihan, minat dan bakat santri. Inilah kelebihan sistem pesantren yang dipandang perlu untuk dikembangkan lebih kreatif. Di Pesantren Hidayatullah terdapat pembagian kerja salah satunya dengan adanya “tugas khusus”. Contoh tugas khusus diberikan kepada petugas masak sebanyak tiga orang santri dan petugas kantor sebanyak dua orang santri. Santri yang mendapatkan tugas khusus tidak dibebani tugas lainnya seperti piket 24 jam dan kerja nukang. Salah satu santri yang mendapatkan tugas khusus adalah Nazrin, dia mendapatkan tugas khusus yaitu merapikan kantor bersama satu orang rekannya. Tugas khusus itu menjadi tanggung jawabnya sampai dia tamat dari Pesantren Hidayatullah. Dia membersihkan kantor setiap hari, biasanya dilaksanakan pada pagi dan malam hari. Adapun yang dibersihkan yaitu lantai, meja, piring-piring dan buku-buku. Menurut Nazrin tugasnya lebih ringan dibandingkan dengan tugas piket yang dilakukan oleh santri lainnya. Gak berat kali, lebih ringan lah kalau dibandingkan sama yang piket, lebih enak yang tugas khusus. Mendapat tugas khusus ini diajak sama orang yang duluan kerja di situ, mungkin dilihatnya aku agak bisa gitu kan, pertamanya Universitas Sumatera Utara sih gak mau. Perasaan berat kali kan. Pas sudah dirasakan enak juga. Wawancara dengan Nazrin, 24 Maret 2013. Pemberian tugas khusus menyebabkan santri hanya melakukan hal yang itu- itu saja selama menjadi santri sehingga ia tidak memiliki pengalaman dalam bidang lainnya. Inilah yang oleh Durkheim dikatakan dapat menyebabkan individu tereduksi dan terisolasi, bahkan rasa tidak berguna lagi meaningless. Secara pragmatis pemberian tugas khusus adalah untuk memudahkan manajemen. Farhan Fadlullah selaku ketua Dewan Santri mengatakan bahwa tugas khusus memasak diberikan kepada tiga orang karena memasak itu sulit dan beresiko, memasak berhubungan dengan peralatan-peralatan seperti gas yang mudah meledak. Ada pula santri yang tidak mendapat tugas khusus: Saya gak pernah ditunjuk piket dapur, memang harus orang-orang tertentu itu. Harus sabar orangnya, nanti datang ade-ade itu “apa ini nasinya gak enak?” udah susah-susah bagun subuh kan malah dibilang begitu. Wawancara dengan Farhan Fadlullah, 24 Februari 2013 Selain itu, santri diberikan kebebasan untuk mengelola usaha sendiri selama mereka nyantri seperti menanam tanaman milik sendiri dan memelihara ternak milik sendiri. Manik adalah seorang santri yang memiliki tanaman pisang di Polonia, dia meminta izin kepada ustadz untuk menanami lahan kosong milik pesantren. Manik pun sudah beberapa kali menjual hasil tanamannya ke pasar dan keuntungannya digunakan untuk biaya hidup dia. Kalau pisang itu punya aku sendiri, itu di depan gedung kantor pojok sana. Bisa nanam situ karena waktu itu kosong di situ tanahnya kan, bisa minta izin sama pak Ustadz untuk nanam, diizinin kemudian digarap tanahnya. Wawancara dengan Manik, 17 Februari 2013 “Sering nyumbang sayur juga ini bang” kata teman Manik lainnya menimpali. Artinya Manik juga memiliki tanaman sayuran dan hasilnya biasa disumbangkan ke Pesantren. Contoh lainnya adalah santri puteri kelas 3 Aliyah yang menam sayur-mayur atas idenya sendiri. Sebagian santri yang mau menanam gitu, itu ide santri. Nanti kalau misalnya ada hasilnya bisa dijual ke dapur umum. Hehehe, sebenarnya itu untuk makan bersama juga. Memang dirasakan hasilnya itu. Belum ada Universitas Sumatera Utara rencana nanam lagi karena kami kan sibuk anu mau ujian. Wawancara dengan Kuswah, 10 Maret 2012. Dalam hal pemeliharaan hewan ternak, santri juga diberikan kebebasan selagi lahan yang dimiliki masih memungkinkan contohnya adalah ternak ayam dan bebek oleh santri yang bernama Kamisin, Kamisin sudah mendapat izin dari para ustadz untuk mengelola ternak pribadinya, ternak ini menurut Kamisin untuk menambah-nambah biaya mondok dan untuk ongkos pulang. Ternak yang dikelola Kamisin adalah beberapa ekor ayam dan bebek yang teretak di bawah pohon di lingkungan pesantren. Dengan demikian, diketahui bahwa Pesantren Hidayatullah Medan mewadahi potensi santri sesuai dengan minat dan bakatnya caranya dengan pemberian tugas khusus kepada santri tertentu, pemetaan potensi santri, dan memberikan keleluasaan untuk menuangkan ide wirausaha di pesantren. Pesantren Hidayatullah Medan sebaiknya tidak melakukan pembagian tugas yang terlalu ketat karena dapat menyebabkan meaningless atau teralienasi hal tersebut merupakan ciri masyarakat organik sementara pesantren merupakan masyarakat dengan solidaritas mekanik.

3. Program Pengabdian Alumni