Pondok, Nazrin tidak membayar biaya mondok, dia hanya infak uang buku Rp300.000,- per tahun karena orang tuanya kurang mampu.
Tugas pengkaryaan Nazrin adalah amal shalih yaitu ngutip sampah dan dia memiliki tugas khusus sendiri yaitu membersihkan kantor. Tugas khusus itu akan
diembannya sampai tamat dari pesantren, Nazrin tidak dibebani tugas lainnya seperti piket dan pertanian. Tugas khusunya itu dilaksanakan setiap hari biasanya
pada pagi dan malam hari. Adapun yang dibersihkan yaitu lantai, meja, piring- piring, dan buku-buku. Menurut Nazrin tugasnya lebih ringan dibandingkan
dengan tugas piket yang dilakukan oleh santri lainnya.
6. Erwin Siniks Manik
Erwin siniks Manik merupakan seorang santri laki-laki, lahir di Laubalang, 5 Oktober 1997. Dia duduk di kelas 1 MA, bergabung dngan Hidayatullah sejak
kelas 1 MA. Sebelumnya Erwin merupakan lulusan dari sebuah pesantren di Sidikalang. Erwin sempat berniat untuk berhenti dari pesantren dan masuk ke
SMK, namun setelah melihat kondisi SMK yang dimaksud, orang tuanya tidak setuju sehingga dia memilih masuk ke Hidayatullah Medan. Sebelumnya ada juga
saudaranya yang nyantri di Hidayatullah Medan. Motivasi Erwin ingin mendalami pemahaman tentang Alquran, ia beranggapan bahwa di Hidayatullah membahas
Alquran secara mendalam. Karena masih baru di Hidayatullah, Erwin baru mengikuti kegiatan gotong-
royong di pesantren saja, belum pernah di masyarakat. Dia juga termasuk santri yang pernah ditugaskan megurusi pertanian pesantren. Erwin mendapatkan tugas
seperti santri pada umumnya seperti piket 24 jam.
7. Dodi Ferdiansyah
Dodi Ferdiansyah merupakan seorang santri laki-laki, lahir di Sidikalang, 9 Juni 1999, dan sedang duduk di kelas 2 SMP. Adapun orang tuanya bekerja
sebagai petani di kebun sendiri. Dia masuk ke Hidayatullah karena diajak kawan- kawannya. Dari kampungnya di Sidikalang sudah banyak santri yang mondok di
Hidayatullah Medan sehingga dia ikut-ikutan.
Universitas Sumatera Utara
Informan Santri Puteri
Pesantren Hidayatullah Medan memiliki peraturan ketat yang mengatur interaksi antara puteri dan putera. Peneliti mulanya mengalami kesulitan untuk
mendapatkan data-data penelitian terkait puteri. Akan tetapi, setelah memberikan penjelasan terkait hal-hal yang akan ditanyakan serta didampingi langsung oleh
Kepala Bagian Pendidikan, Ust Ali Ibrahim Akbar, akhirnya proses wawancara pun dapat dilakukan. Wawancara dilakukan bersamaan kepada tiga informan
sekaligus karena waktu yang disediakan Ustadz dibatasi. Proses wawancaranya dilakukan di Mushola puteri pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 09.00-12.00 wib.
Adapun profil ketiga informan puteri adalah sebagai berikut:
8.
Meti Handayani
Lahir di Gunuk Pakpak tanggal13 Mei 1994. Dia duduk di kelas 3 MA dan dia masuk ke Hidayatullah sejak kelas 1 MTs. Dia menyelesaikan Sekolah Dasar
di Gunuk Pakpak di SD Swasta Sadaarih. Masuk ke pesantren Hidayatullah karena sebelumnya abang-nya mondok di Hidayatullah. Setelah diajak berkunjung
ke Hidayatullah Medan, Meti tertarik untuk nyantri di sana. Motivasinya masuk Hidayatullah yaitu ingin mendalami Islam secara kaffah, dia tidak merasa dipaksa
oleh orang tua. 9.
Kuswah
Lahir di Takengon Aceh, saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia menyelesaikan SD Negeri di Takengon. Orang tuanya bekerja sebagai petani kopi. Dia masuk ke
Hidayatullah karena ada kenalannya yang tahu tentang Pesantren Hidayatullah sehingga dia pun ikut tertarik untuk nyantri di Hidayatullah. Dia memiliki
motivasi nyantri untuk mencari ilmu setinggi-tingginya. 10.
Meni
Lahir di Besitang, Saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia menyelesaikan SD di SDN Lhok Sukon Aceh. Dia mengetahui Hidayatullah dari tetangga, ibunya
diberitahukan oleh tetangga bahwa ada pesantren yang bagus di Medan. Setelah taman SD, ada tentangga yang datang dan mengajak Meni untuk sekolah di
Universitas Sumatera Utara
Pesantren Hidayatullah. Dia nyantri di Hidayatullah motivasinya adalah untuk mencari ilmu dan menegakkan syarat Islam.
4.2.3. Profil Informan dari Ustadz