Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal kalideres Jakarta Barat)

(1)

INVESTASI SOSIAL

(Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NITA CHAIRUNNISA NIM 1112015000016

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk cheklist, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Uji T-test Independent Sample Test. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil signifikasi mengenai Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat). Hasil ini ditunjukan pada nilai Sig sebesar .0,145 > 0,05, perbedaan persentase 3,21% dan thitung > ttabel 2,296 > 2,002. Maka dalam

penelitian ini Ha = diterima dan Ho = ditolak. Dengan demikian terdapat Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)

Kata kunci : Persepsi, Kelas Menengah, Kelas Bawah, Pendidikan, Investasi Ekonomi, Investasi Sosial


(7)

ii

Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t table 2.296 > 2.002. So in this research

Ha = received and Ho= rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta).

The Key Words: Perseption, Middle Class, Low Class, Education, Economic Invest, Social Invest)


(8)

Social Invest. (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). Thesis, Department of Social Education, Study Program Economy, Faculty of Tarbiyah and Teachers, The State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was done with aim in order to know there is different perception middle class social from low class social toward education as economic invest and social invest. The method is used in this research is descriptive quantitative method. Sample taking was done with purposive sampling technic. The research instrument used is questionnaire formed checklist, interview. and documentation. And data analysis technic used is T-test Independent Sample Test. The result of this research showed significant result about Perception Middle Class Social and Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta). This result was showed at value Sig to run at 0.145 > 0.05, the different of percentage 3.21% and t count > t table 2.296 > 2.002. So in this research

Ha = received and Ho= rejected. So that is the different Perception Middle Class Social from Low Class Social toward Education as Economic Invest and Social Invest (Study at Society Kamal Village Kalideres West Jakarta).

The Key Words: Perseption, Middle Class, Low Class, Education, Economic Invest, Social Invest)


(9)

iii Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menmberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial “.

Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada pemimpin umat Islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menjadi umat yang berakhlakul karimah, berpengetahuan dan berintelektual.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT dan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, rektor Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.


(10)

iv

petunjuk, serta motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan (P.IPS) yang

telah memberikan ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan sangat berguna.

6. Seluruh Civitas Akademik dan Staf Administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama Perpustkaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari referensi yang terkait dengan skripsi ini.

8. Bapak Abdul Karim Yunis selaku Lurah Kamal Kalideres Jakarta Barat beserta Stafnya, Bapak Hidayat M selaku Ketua RT 008/01, dan seluruh masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat yang sekiranya telah mengizinkan dan menerima penulis dengan baik untuk melakukan penelitian, sehingga penulis memperoleh data-data dan kepada seluruh masyarakat Kelurahan yang dapat mendukung dalam penulis skripsi ini. 9. Teristimewa Kedua orang tua penulis Abi Drs. H. Ahmad Uluwan Zein

dan Ummi Hj. Neneng Salwati yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, kesabaran, semangat, nasihat, motivasi, pengorbanan baik dari segi moril, maupun material kepada penulis tiada henti dan tiada lelah sampai pada saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka diberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah.Aamiin. Love you more dad and mom!

10.Kakak dan Adik penulis tersayang, H. Akmal Nurullah, S.Pd.I dan Hatta Nurullah terima kasih buat do’a dan dukungannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Sukses untuk Hatta yang sedang pesantren tahfidz di Sukabumi!


(11)

v

Mumun Muntiyah yang senantiasa semasa hidup memberikan kasih sayang kepada penulis semoga di tempatkan di sisi yang layak oleh Allah SWT.

12.Aulia Rofi yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, do’a, dukungannya dan selalu bersedia meluangkan waktu, pikiran untuk mendengarkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga urusan kita diperlancar.

13. Sahabat penulis para Babons Maimunah Permata Hati Hasibuan, S.Sos dan Ana Mariana Ulfah Rahayu yang selalu mendengarkan keluh kesah, menemani dalam setiap kesulitan, memberikan motivasi yang tiada henti, serta mengajarkan arti persahabatan yang keren dan tak ternilai kepada penulis.

14. Sahabat penulis KAL1AN Gajah ”Aida Sri Rahayu”, Mega Dhaniswara, Arifa, Sheila Muria Prihatini, S.Pd. Ardhana Erviani, Hanni Khairunisa, Nurits Nadia Khafiyah, Fikri Kautsar Afdholi,S.Pd. Muhamad Fadilah, dan Ikhsan Tila Mahendra, yang saling membantu dan menjalin silahturrahmi, semoga sampai akhir hayat.

15.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012, terutama Wulan Permatasari, Nurhikmalasari, Nur Aini, dan Ismah yang telah sering direpotkan, menemani bimbingan dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Annisa yang telah membantu penulis dalam ide judul skripsi, Kak Nining Astriani, S.Pd.I yang selalu mensupport dari awal pembuatan proposal hingga skripsi ini selesai, Mar’atul Qibtiyah sahabat semasa MTs hingga sekarang, Kak Lia Yuliawati, Vio Gemifany dan Arie Wiranti yang bersedia mendengarkan keluh kesah penulis, serta murid-murid penulis khususnya Habita Septiyani dan Dita Ermawati yang telah menemani penulis dalam penyebaran instrumen angket.


(12)

vi

18.Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun material yang penulis tidak ddapat sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Atas do’a, bantuan, dan semangat yang sangat berharga. Penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kepada kalian. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai yang beguna bagi pembacanya.

Wa’alalaikum sallam Wr.Wb

Jakarta, 07 Oktober 2016


(13)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEM PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……… v

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 8

C. Batasan Masalah ……… 8

D. Rumusan Masalah ……….. 8

E. Tujuan Masalah ……….. 9

F. Manfaat Masalah ……… 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ………. 10

1. Persepsi ……… 10

a. Pengertian Persepsi ……… 10

b. Aspek Persepsi ………... 11

c. Faktor-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi…. 12

B. Konsep Kelas dalam Masyarakat ……….. 13

1. Masyarakat ……….. 13

a. Pengertian Masyarakat ……….. 13


(14)

viii

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah ……… 20

3. Masyarakat Kelas Sosial Bawah ………. 23

a. Pengertian Kelas Sosial Bawah ………. 23

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah ………. 23

C. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……….. 26

1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan……. 26

a. Pengertian Pendidikan ………... 26

b. Tujuan Pendidikan ………. 28

c. Komponen Pendidikan ……….. 29

2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 30

a. Investasi Ekonomi ………. 30

b. Investasi Sosial ……….. 35

D. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 37

E. Kerangka Berpikir ………. 40

F. Hipotesis Penelitian ……… 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 44

B. Metode Penelitian ……….. 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 45

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 45

1. Observasi ……… 45

2. Kuesioner ………... 46

3. Interview (Wawancara) ………. 46

4. Studi Dokumenter ……….. 46

E. Instrumen Penelitian ………. 46


(15)

ix

Investasi Sosial ……… 47

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 44

F. Teknik Pengelolaan Data ………. 50

1. Tahap Pra-Lapangan ……….. 50

2. Tahap Editing dan Skoring ………. 50

3. Tabulasi ……….. 51

4. Interval ………... 52

5. Persentase ……….. 53

G. Teknik Analisis Data ……… 53

1. Validitas ………. 53

2. Reabilitas ……… 53

3. Uji Asumsi Klasik .……… 54

a. Uji Normalitas ………. 54

b. Uji Linearitas ……… 54

c. Uji Homogenitas ……….……… 55

d. Uji Hipotesis Komperatif ………. 56

H. Hipotesisi Statistik ……… 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………. 58

1. Wilayah Kelurahan Kamal ……… 58

a. Kondisi Geografis ……… 58

b. Kondisi Demografi ……….. 59

c. Kondisi Sosial ……….. 60

d. Pendidikan ……… 62

e. Data Sarana dan Prasana ……….. 64

2. Karakteristik Responden ……… 64

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 64


(16)

x

Penghasilan Per Bulan ………. 67

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan Pasangan Responden …. 69

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak ……… 71

3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah Dan Kelas Bawah ………. 74

b. Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial ………. 79

B. Pengajuan Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 90

1. Pengajuan Persyaratan Analisis ………. 90

a. Uji Validitas ……… 90

b. Uji Reabilitas ………... 92

c. Uji Normalitas ………. 93

d. Uji Linearitas ……… 94

e. Uji Homogenitas ………. 95

2. Pengujian Hipotesis ……….. 96

C. Pembahasan Penelitian ……… 98

D. Keterbatasan Penelitian ……….. 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 104

B. Implikasi ………. 104

C. Saran ……… 104 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xi

Gambar 4.1 Kondisi Geografis ……….. 56

Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres

Jakarta Barat ………..……… 60

Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Kamal Kalideres

Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 60

Gambar 4.4 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres

Jakarta Barat ……… 62

Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di

Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……….. 63

Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di

Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat

Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 63

Gambar 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Kelas Menengah ……… 65

Gambar 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Kelas Bawah ………. 66

Gambar 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Pasangan Responden Kelas Menengah ……. 66

Gambar 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Pasangan Responden Kelas Bawah ……….. 67

Gambar 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….……. 68

Gambar 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….…. 69

Gambar 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah …….. 70

Gambar 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan


(18)

xii

Pendidikan Anak Kelas Bawah …….…….…….……. 73

Gambar 4.17 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ……… 76

Gambar 4.18 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah …………. 78

Gambar 4.19 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Menengah ………. 82

Gambar 4.20 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Bawah ..…….…….…….……. …….…….……… 84

Gambar 4.21 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial

Kelas Menengah …….…….…….…….…….…….……. 87

Gambar 4.22 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial

Kelas Bawah ……….. 89


(19)

xiii

Kamal Kalideres Jakarta Barat …….…….…….……. 4

Tabel 1.2 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres

Jakarta Barat ……….. 7

Tabel 2.1 Penelitian Relevan ………. 39

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ……… 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Perbedaan

Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi

Ekonomi dan Investasi Sosial ……… 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawaancara Penelitian Perbedaan

Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi

Ekonomi dan Investasi Sosial ………. 49

Tabel 3.4 Skor Angket ……… 51

Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah Kelurahan Kamal Kalideres ……. 58

Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga

Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat……… 59

Tabel 4.3 Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres

Jakarta Barat ………. 61

Tabel 4.4 Data Tingkat Pendidikan Terakhir Masyarakat di

Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat ……… 62

Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Kelurahan

Kamal Tahun 2015 ……… 64

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Kelas Menengah ……… 64

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Kelas Bawah ……….. 65


(20)

xiv

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Kelas Menengah …….…….…….…….……... 68

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Kelas Bawah …….…….…….…….…….….. 69

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Pasangan Responden Kelas Menengah ... 70

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Per Bulan Pasangan Responden Kelas Bawah …….……. 71

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Anak Kelas Menengah …….…….…….……. 72

Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Anak Kelas Bawah ……… 73

Tabel 4.16 Skor Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah…… 74

Tabel 4.17 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Menengah ………. 75

Tabel 4.18 Skor Variabel Skor Variabel Persepsi Masyarakat

Kelas Bawah ……… 77

Tabel 4.19 Kategori Persepsi Masyarakat Kelas Bawah ... 78

Tabel 4.20 Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Menengah ……….. 80

Tabel 4.21 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Menegah ……… 81

Tabel 4.22 Skor Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Bawah ……… 82

Tabel 4.23 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi

Kelas Bawah ……… 84

Tabel 4.24 Pendidikan sebagai Investasi Sosial

Kelas Menengah ... 85


(21)

xv

Tabel 4.27 Kategori Pendidikan sebagai Investasi Sosial

Kelas Bawah ………... 89

Tabel 4.28 Variabel Persepsi Masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Bawah ………. 90

Tabel 4.29 Variabel Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi ……… 91

Tabel 4.30 Variabel Pendidikan sebagai Investasi Sosial ………….. 92

Tabel 4.31 Uji Reliabilitas ... 92

Tabel 4.32 Kolmogorov-Smirva ………. 93

Tabel 4.33 Uji Linearitas ANOVA Table ………. 94

Tabel 4.34 Test of Homogeneity of Variance ……… 95

Tabel 4.35 Group Statistics ………. 96

Table 4.36 Independent Samples Test ……….. 97

Table 4.37 Uji Hipotesis ………. 97


(22)

xvi Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 Uji Analisis Data

Lampiran 8 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 11 Dokumentasi


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Di zaman era globalisasi seperti saat ini, tentunya pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia dalam memperbaiki hidup, baik dalam skala pribadi, masyarakat, maupun bangsa.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1

Selanjutnya, dalam pandangan Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2

Dalam menjalankan pendidikan sesuai dalam Undang-undang perlu adanya kajian ekonomi yang menyatu (inheren) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan. Menurut Theodere Schultz dalam Agus Irianto.

1

Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet. 1, h, 62

2


(24)

bahwa nilai-nilai ekonomi pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berpodusen dan konsumen dilakukan dengan cara berinvestasi sendiri dan pendidikan merupakan investasi terbesar dalam pengembangan modal manusia. Menurutnya, pendidikan bukan hanya konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan bentuk investasi.3

Pendidikan dapat dipandang sebagai konsumsi dan investasi, tergantung dari persepsi individu itu sendiri. Pendidikan sebagai konsumsi adalah pendidikan sebagai hak manusia, seperti aturan pemerintah yang mewajibkan masyarakat belajar 9 tahun pada tingkat satuan pendidikan, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan, pendidikan sebagai investasi menegaskan bahwa manusia sebagai modal dan biaya pendidikan sebagai jumlah yang ditanam, untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar di masa yang akan datang.4

Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu investasi ekonomi dan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi ekonomi menurut Hector Corea, sebagaimana dikutip oleh Agus Irianto bahwa permintaan pendidikan penggambarkan kebutuhan dan dimanifestasikan oleh keinginan untuk diberi pelajaran tertentu.5 Lebih lanjut ditegaskan bahwa, pendidikan sebagai investasi ekonomi adalah di mana masyarakat semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin luas cakrawalanya, maka kondisi tersebut mampu untuk meraih atau mendapatkan pekerjaaan yang layak dan tingkat sosialnya pun akan lebih berbeda. Penghargaan yang diberikan kepada seseorang tergantung pada tingkat pendidikan, apabila tingkat pendidikannya tinggi, maka tinggi pula kinerjaya. Konsekuensinya, pemberian penghargaan berupa gaji dikaitkan dengan tinggiya tingkat pendidikan seseorang sesuai dengan propesionalismenya.6

3

Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Suatu Pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Cet. 2, h. 3

4

Ibid., h. 52-54

5

Ibid., h. 51

6


(25)

Pendidikan selain sebagai investasi ekonomi, pendidikan juga merupakan investasi sosial. Pendidikan sebagai investasi sosial menurut Caroline Pascarina dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa investasi sosial yang terbaik adalah pada bidang pendidikan. Investasi pada pendidikan seumur hidup (life long learning), kesehatan dan pengembangan komunitas sebagai basis modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang.7

Dalam hal pendidikan, tidak pandang bulu. Siapun dia berasal baik masyarakat kelas atas, menengah maupun bawah, semua berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini sesuai dengan landasan hukum (yuridis) pendidikan menurut UUD 1945, yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, yang diatur dengan undang-undang”.8

Tidak wajar apabila di zaman yang serba canggih, serta modern ini, masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan buta huruf. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan taraf hidup semua masyarakat dengan mewajibkan masyarkat untuk mengenyam pendidikan, dan memberikan bantuan kepada sekolah, berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), dan untuk pelajar di Jakarta dengan golongan tidak mampu, mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Namun saat ini yang terjadi di dalam masyarakat rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat. Hal ini dibuktikan dengan data berikut ini:

7

Rusli Yusuf, Pendidikan dan Investasi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 3

8


(26)

Tabel 1.1

Data Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat

Kelurahan Kamal

Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah

Tidak Sekolah

Tidak Tamat SD/MI

SD/ MI

SMP /MTs

SMA/ MA

PT

Laki-laki 4.351 2.461 5.482 6.893 8.756 739 28.682

Perempuan 3.776 2.758 5.613 5.389 8.124 907 26.563

Jumlah 8.127 5.219 11.095 12.278 16.880 1.646 55.245

Sumber : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.

Dari data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat pendidikan terakhir masyarakat di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat dalam jumlah persentase sebagai berikut: Tidak sekolah 14,7%, Tidak Tamat SD/MI 9,4%, Tamat SD/MI 20,1%, Tamat SMP/MTs 22,2%, Tamat SMA/MA 30,6% dan Tamat PT 3%. Sehingga penulis dapat menyimpulkan pendidikan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih rendah, sangat sedikit masyarakat yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Tetapi angka tertinggi per-tama dan ke-dua ada pada tingkat pendidikan SMA/MA 30,6% dan SMP/MTs 22,2%.9

Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi arti pentingnya pendidikan bervariasi seperti budaya, politik, dan ekonomi. Adapun faktor-faktor permintaan individu secara agregat (keseluruhan), antara lain: pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, biaya pendidikan, kebijaksanaan umum (pemerintah), kebijaksanaan lembaga, dan persepsi individu terhadap tiap-tiap jenis pendidikan10.

9

Sumber dari : Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.

10


(27)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makhsus, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung penjamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo.11

Peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres yang berasal dari masyarakat kelas menengah salah satunya keluarga Ibu Hj. Neneng yang anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dengan alasan pendidikan itu penting dan sangat berguna buat masa depan anak dan mempunyai penghasilan yang lebih sehingga cukup untuk membiayai anak dalam mengenyam pendidikan. Berbeda dengan keluarga Ibu Cartini yang keluarga dan anak-anaknya hanya sampai di sekolah dasar dengan alasan lulusan sekolah dasar sudah cukup yang penting langsung dapat pekerjaan waktu lulus sekolah dasar dan tidak memiliki penghasilan yang cukup, sehingga anak putus sekolah. 12

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat sekitar, baik dari kelas menengah maupun dengan kelas bawah diperoleh kesimpulan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di antaranya, persepsi dan pendapatan masyarakat tersebut.

Persepsi Menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.13

Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang berbeda antara satu sama lain, baik dari golongan kelas atas, menengah maupun bawah. Di dalam masyarakat tentunya kita sering menjumpai keadaan yang

11

Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. iii

12

Wawancara dengan Ibu Hj. Neneng Salwati dan Ibu Carlita masyarakat kelurahan kamal Rt 008/01 Kalideres Jakarta Barat

13

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 117


(28)

bervariasi dan tidak sama. Masyarakat merupakan sekumpul manusia hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan kesatuan di mana mereka merupakan sistem hidup bersama. Di dalam masyarakat sering kita temui kategori masyarakat berpendapatan rendah, mayarakat yang berpendapatan sedang, dan masayarakat yang berpendapatan tinggi14 dan menyebut sebagian masyarakat dengan sebutan orang kaya, orang biasa dan orang miskin.

Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat.15

Menurut Pitrim A. Sorikin dalam Yesmil Anwar dan Adang yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah”.16

Istilah kelas ekonomi mempunai arti kelas relatif sama dengan kelas sosial, kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan, atau kedua-duanya.

Dalam kehidupan sosial menunjukkan perbedaan serta pengalaman pendidikan antara keluarga yang berada di kelas menengah lebih tinggi tingkat pendidikan dan mempunyai persepsi bagus terhadap pendidikan. Sedangkan, masayarakat kelas bawah memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan mempunyai persepsi buruk terhadap pendidikan.

Keluarga yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah adalah mereka yang hidupnya tidak miskin dan tidak juga kaya. Kebutuhan primer dan sekunder mereka terpenuhi dengan baik. Berbeda, apabila dibandingkan dengan keluarga yang berada di kelas bawah untuk

14

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), Cet. 1, h. 215

15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205

16


(29)

memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari itu sangat kesulitan. Mereka yang termasuk masyarakat kelas menengah biasanya terdiri dari: pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan, guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan. Sedangkan, mereka yang termasuk kelas bawah terdiri dari: buruh tani, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran.17

Berikut merupakan data berbagai pekerjaan masyarakat kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Tani 17 4 21

Karyawan Swasta/ Pemerintah/Abri

8.671 6.354 15.025

Pedagang 4.372 4.821 9.193

Nelayan 342 95 437

Buruh Tani 24 7 31

Pensiun 94 69 163

Buruh Harian Lepas 4.732 4.180 8.912

Pengangguran 2.352 3.169 5.521

Fakir Miskin 4.971 5.193 10.164

Lain-lain 3.107 2.671 5.778

Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.

Berdasarkan dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berdomisili di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, terdiri dari masyarakat kelas menegah dan kelas bawah. Masyarakat kelas menengah berjumlah 24.128 orang (43,8%) dan masyarakat kelas bawah berjumlah 31.117 orang (56,3%).18

Dari latar belakang di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul: “Perbedaan Persepsi

17

Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 85

18

Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.


(30)

Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)”

B.

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak, dan menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka masalah yang dapat diidentifiksi adalah :

1. Kurangnya perhatian masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat terhadap pendidikan yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

2. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat masih relatif rendah yang ditandai dengan data pekerjaan.

C.

Batasan Masalah

Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas seluruh permasalah yang ada, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi pada: “Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)”

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan dalam penelitian ini, yaitu: “Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat)?”


(31)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial (Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat).

F.

Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pendidikan

2. Manfaaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, di harapkan dapat member arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara.

b. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam

merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

c. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

d. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan, pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat dan dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.


(32)

10

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.

Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”.1

Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”.2 Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi yang masuk melalui panca indra kita.

Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.3

Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif.

1

Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press),h. 513

2

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119

3


(33)

11

Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium.5

Dari beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, dapat dipahami bahwa persepsi adalah Proses individu mengenali atau mengartikan objek melalui bantuan alat indra seperti indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi merupakan keadaan menerima stimulus, apa yang ada dalam diri individu baik perasaan, pengalaman akan ikut berperan aktif dalam proses persepsi oleh individu dalam memaknai objek tersebut.

b. Aspek Persepsi

Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut Mc Dowwel & Newel, yaitu :

1) Kognisi

Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan bagaiman cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indra, serta pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa selain aspek kognitif berdasarkan atas suatu konsep informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang telah dipelajari.6

2) Afeksi

Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afeksi mencakup cara individu dalam merasakan,

4

Ibid.,

5

Ben Fauzi Ramadhan,“ Persepsi siswa/i SMA terhadap keselamatan berkendara sepeda motor”, Skripsi, pada Universitas Indonesia, h. 6-7

6

Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang), Skripsi, Jakarta. 2013,h. 8


(34)

12

faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito W. Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:

1) Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

2) Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start”terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

3) Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebakan pula perbedaan persepsi.

4) Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat yang dilakukan oleh Bruner dan Goddam tahun 1947, Carter dan Schooler tahun 1949 dikutip dalam Sarlito Wirawan Sarwanto, menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.8

5) Ciri kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi kepercayaan dirinya akan berbeda dalam mempersiapkan atasannnya.9

7

Ibid.,

8

Sarlito Wirawan Sarwanto, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta, bulan bintang, 2003) h. 49-50

9


(35)

13

B.

Konsep Kelas dalam Masyarakat

1. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya”.10

Adapun definisi masyarakat menurut para ahli sosiologi, sebagai berikut :

1) Ralph Linton mengemukakan, bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosila dengan batas-batas tertentu.

2) Menurut Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.

3) Mac Iver dan Page, mengatakan, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat11

4) Menurut Koentjoroningrat, istilah masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat berasal dari akar bahasa arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.”.12. Maka definisi masyarakat secara khusus adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem tertentu sistem adat-istiadat tertentu

10

Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Gitamedia Press), h. 438

11

Basrowi, Pengantar Sosiologi, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. 1, h. 37-39

12

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet. 9, h. 115-116


(36)

14

sosiologi dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama hidup bersama dan berinteraksi dalam jangka waktu yang lama dan merupakan sistem sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Ciri-ciri Masyarakat

Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antarmereka (anggota keluarga), sehingga menampilkan suatu realita tertentu mempunya ciri-cirinya sendiri.

Berikut merupakan ciri-ciri masyarakat menurut para ahli : a) Menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat, antara lain

sebagai berikut:

1) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritas, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

2) Bercampur dengan waktu yang cukup lama. Manusia berkumpul akan menimbulkan manusia baru, Manusia juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya, sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbul peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dengan kelompok tersebut.14

3) Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan.

4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupannya bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lain.15

b) Abu Ahmadi menambahkan bahwa ciri-ciri masyarakat sebagai berikut :

13

Ibid., h. 118

14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 44, h. 22

15


(37)

15

mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.16

Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kumpulan orang yang di dalamnya hidup bersama dalam waktu cukup lama, memiliki kesadaran bahwa mereka satu kesatuan, dan menciptakan nilai, norma, dan kebudayaan bagi kehidupan mereka.

c. Lapisan masyarakat (Stratifikasi Sosial)

1) Pengertian Kelas Sosial

Di dunia tentunya kita akan menjumpai masyarakat yang bervariasi dan dalam suatu masyarakat pasti ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Bagi negara agraris, tanah merupakan sesuatu yang paling dihargai, sedangkan bagi masyarakat industri uang yang paling di hargai, dan untuk masyarakat kota, pendidikan hal yang paling dihargai. Dari sumber-sumber tersebut baik tanah, uang, maupun pendidikan tinggi akan menempati lapisan atas dalam suatu masyarakat.17

Dalam ilmu sosiologi, pelapisan sosial dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Stratifikasi berasal dari kata stratum (jamaknya adalah strata yang berarti lapisan).18

Menurut Soerjono Soekanto dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, menjelaskan bahwa di dalam setiap masyarakat di mana pun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Baik berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status

16

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet.5, h. 107

17

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 215

18


(38)

16

selalu sama. Misalnya, di lingkungan masyarakat pedesaan bahwa tanah dan sawah lebih berharga dibandingkan gelar pendidikan akademis atau perguruan tinggi, sedangkan di masayarakat modern pendidikan gelar akademis atau perguruan lebih berharga.19

Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Max Weber tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di bagi nya lagi ke dalam sub yang bergerak dalam bidang ekonomi.20

Adapun definisi dari kelas sosial menurut para ahli sosiologi, yaitu:

a) Max Weber menyatakan, bahwa sebuah kelas terdiri atas orang-orang yang life chances nya sama, ialah kepentingan ekonomis dalam milik barang-barang dan kesempatan mendapatkan penghasilan, menurut syarat-syarat pasaran barang dan tenaga buruh.21

b) Hassan Shadily, menyatakan bahwa kelas sosial adalah sebagai golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas itu masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain.22

19

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 152

20

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012), Cet .44, h. 205

21

Ibid.,

22

Abdulsyani, Sosilogi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet. 4, h. 89


(39)

17

d) Peter Berger, mendefinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determinate by economic criteria“.24 Seperti yang dirumuskan Max dan Weber, konsep kelas dikaikan dengan posisi seorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Apabila semakin tinggi perekonomian seserang maka semakin tinggi pula kedudukannya dan bagi mereka perekonomiannya bagus termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup, termasuk kategori kelas menengah (middle class), mereka yang perekonomiannya rendah termasuk kategori kelas bawah (lower class).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi di atas penulis menyimpulkan bahwa kelas sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat (hierarchis) yang didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan keterkitan (jabatan). Adapun perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah.

2) Ukuran atau Kriteria Kelas Sosial

Ukuran atau kriteria yang biasa di pakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan masyarakat sebagai berikut :

a) Kekayaan dan penghasilan

Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak akan menempati kelas teratas. Kekayaan tersebut bisa dilihat seperti, mobil pribadi, rumah, cara berpakaian atau kebiasaan berbelanja. 25

23

Anwar dan Adang. loc.cit

24

Komanto Sunarto, Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2012), h. 93

25


(40)

18

becak, kuli bangunan, buruh pabrik, dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih, berpenampilan rapi, berdasi dengan mengendarai mobil, selalu membawa Hp tentu memiliki perbedaan status sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penarik becak. c) Pendidikan

Jenjang pendidikan seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di dalam struktur sosial. Maka tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola-pola kehidupan orang tersebut. Oleh karena itu, seseseorang yang berpendidikan tinggi hingga dokter akan berstatus lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lulusan SD.26

3) Macam-macam Kelas Sosial

Dikalangan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penentuan kelas. Marx, membagi kelas dalam dua kelompok, yaitu Borjuis dan Proletar.27 Namun sejumlah ilmuan sosial membedakan menjadi tiga kelas atau lebih, yakni:28

a) Kelas atas, kelas ini ditandai oleh kekayaan, pengaruh baik dalam sektor-sektor masyarakat perorangan ataupun umum, berpenghasilan tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga.

b) Kelas menengah, kelas ini ditandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan

26

F. Zahroh , “Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Dersa Murocalan Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan” Skripsi pada UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011, h. 25

27

Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 85

28


(41)

19

depan, berpendidikan rendah, dan penerima dana kesejahteraan dari pemerintah.

Adapun Daniel Rossidies mengungkapkan adanya lima kelas masyarakat, yaitu :

a) Kelas atas, terdiri dari keluarga kaya dan berkuasa, yang diperolehnya secara turun-temurun. Anggota kelas ini biasanya menduduki jabatan-jabatan kunci dalam perusahaan, bank, asuransi dan lainnya. Mereka menikmati prestise tinggi dan sangat berorientasi pada budaya konsumsi elit seperti musik dan kesenian lainnya.29

b) Kelas menengah atas, terdiri dari manajer bisnis yang sukses, para profesional (dokter, arsistek, pengacara), dan pejabat-pejabat tinggi sipil dan militer. Anggotanya berpenghasilan tinggi dan menghimpun kekayaan melalui investasi dan tabungan.

c) Kelas menengah bawah, terdiri dari pengusaha kecil, profesi rendahan (guru sekolah, pekerja sosial, perawat), salesman, dan karyawan. Pendapatan mereka umumnya hanta dapat menabung sedikit.

d) Kelas pekerja, terdiri dari pekerjaan yang terampil, atau tanpa keterampilan, dan pelajar. Kelompok ini memiliki angka pengangguran yang tinggi, tidak memiliki tabungan, dan prestise rendah.

e) Kelas bawah, terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemisikinan, misalnya para pengangguran, penganggur tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang-orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memiliki prestise sosial yang sangat rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna. 30

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas bawah.

29

Philipus dan Aini, op.cit., h. 84

30


(42)

20

atas pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan atau Kelas menengah terdiri dari guru sekolah, pekerja sosial, perawat, salesman, dan karyawan.31

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Menengah

1) Kekayaan

Dalam hal kepemilikan lahan atau tanah pertanian kelas sosial menengah pada umumnya menguasai separuh bagian lahan pertanian dari kelas sosial atas. Fakta sosial yang lain juga terlihat antara lain pada bentuk rumah, dari strata atas adalah bagi kelas menengah mereka memilki desain rumah yang kebalikan dari strata atas (berbentuk sederhana, lantai keramik) bagi strata menengah ini juga mereka ada yang berumah panggung belakangnya dan Rumah batu depannya yang disatukan (semi permanen)32. Luas bangunan ruangan 8 M2 per orang, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi tidak campur dengan rumah tangga lain.33

2) Pendidikan

Dalam hal tingkat pendidikan yang dalam hal stratifikasinya, yang strata menengah adalah yang bertamatan S1, D3 dan D2. Dalam pergaulan dengan masyarakat juga terlihat di mana kelas menengah adalah tokoh-tokoh masyarakat.34

31

Ibid.,

32

Zahroh, op.cit., h. 29-30

33

Dunia Iptek, Indikator Keluarga Sejahtera, 2016, (http://duniaiptek.com/indikator-keluarga-sejahtera)

34


(43)

21

sebenarnya masih abstrak dalam artian tidak ada patokan apakah masyarakat yang mempunyai penghasilan dengan jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Akan tetapi klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dari gaya hidup masyarakat tersebut, seperti masyarakat kelas sosial atas kebutuhan hidup selalu terpenuhi dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier semuanya serba berkecukupan, dan untuk golongan kelas sosial menengah biasanya kebutuhan primer dan sekunder mereka bisa terpenuhi.35 Biasanya hampir setiap hari mengkonsumsi daging, ikan, atau susu.36

4) Gaya hidup (life Style)

Menurut Horton dan Hunt Gaya hidup (life Style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial bawah berbeda dengan jelas sosial. Sebuah keluarga yang berasal dari kelas menengah, tempat untuk berlibur biasanya tidak di luar negeri, tetapi cukup di Bali, Lombok, Yogyakarta, atau Jakarta, biasanya paling kurang rekreasi sekali dalam tiga bulan, serta dalam hal berpakaian biasanya kelas menengah memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan berpergian dan akan gengsi atau malu bila sebagai penggemar musik dangdut atau penonton setia film India.37

5) Peluang Hidup dan Kesehatan

Studi yang dilakukan oleh Brooks, semakin tinggi kelas sosial orang tua, semakin kecil kemungkinan terjadinya

35

Ibid.,

36

Dunia Iptek. loc.cit

37


(44)

22

jatuh sakit mereka biasanya mempunyai tabungan yang biasanya disisihkan dari penghasilan untuk berobat.38 Biasanya anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan, serta biasanya memiliki asuransi kesehatan.39

6) Respons Terhadap Perubahan

Setiap kali terjadi proses perubahan, Kelas menengah di mana sebagian besar berpendidikan relatif memadai cenderung lebih responsive terhadap ide-ide baru, sehingga lebih sering bisa memetik manfaat dengan cepat atau program baru atau inovasi yang di ketahui.40

7) Peluang Bekerja dan Berusaha

Tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki akan lebih mudah untuk membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. 41

8) Kebahagiaan dan Sosialisasi dalam Keluarga

Menurut Horton dan Hunt, Orang-orang kaya umumnya lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga lebih kemungkinan untuk merasa bahagia daripada orang-orang yang kurang berada perselisihan dan terjadinya tindakan kekerasan di antara anggota keluarga dalam satu sama lainnya di kalangan keluarga yang berada dalam banyak hal relatif kecil.

9) Perilaku Politik

Kelas menengah yang berafiliasi merasa karir politiknya tengah menanjak biasa akan cenderung bersika sama seperti

38

Ibid., h.185

39

Dunia Iptek, loc. cit

40

Ibid., h.186

41


(45)

23

a. Pengertian Kelas Sosial Bawah

Definisi kelas bawah adalah lapisan masyarakat yang terdiri Kelas terdiri dari orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, seperti: buruh tani, buruh bangunan, buruh perkebunan, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran, pengangguran tak kentara, ibu-ibu terlantar, dan orang miskin yang sakit-sakitan. Kelompok ini menderita karena tekanan ekonomi dan memili prestise sosial yang rendah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat, pemalas, dan tak berguna.43

b. Ciri-ciri Kelas Sosial Bawah

1) Kekayaan

Masyarakat kelas bawah adalah mereka biasanya yang berumah gedek yang pondasinya sudah dibangun tapi belum jadi (ditembok)44 dan luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 m2 dan memiliki fasilitas kamar mandi bersama rumah tangga lainnya.45

2) Pendidikan

Dalam pendidikan masyarakat Kelas bawah adalah tamatan SMA,SMP, SD, dan buta huruf. Sedangkan dalam pergaulan kelas bawah adalah dari kalangan masyarakat biasa.46 Dalam pendidikan anak mereka tidak mampu untuk membiayai anak dan mendapatkan bantuan pendidikan dari pemerintah.47

3) Ekonomi

42

Ibid., h. 189-190.

43

Philipus dan Aini. loc.cit

44

Ibid.,

45

Dunia Iptek. loc.cit

46

Zahroh. loc.cit

47


(46)

24

jumlah uang tertentu dapat menjadikan patokan untuk dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu. Namun, klasifikasi dari faktor ekonomi ini dapat kita lihat dalam memenuhi kebutuhan primer pun mereka harus berjuang lebih keras untuk memenuhinya.48 Biasanya mereka mengkonsumsi daging, ikan dan susu seminggu sekali atau bahkan ssetahun sekali dan makan dalam sehari hanya sekali atau dua kali. 49

4) Gaya hidup (life Style)

Kalau kelas bawah, biasanya mereka hanya berlibur di kota-kota terdekat yang tempatnya lebih sejuk atau sekedar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk menghabisi waktu luang, bahkan hanya mengisi waktu uang dengan menonton televisi di rumah atau sesekali pergi ke Kebun Binatang, pantai ancol,. Masyarakat kelas bawah terkadang meniru pakaian yang dikenakan gaya hidup kelas sosial di atasnya dengan membeli barang-barang tiruan.50 Biasnaya membeli pakaian baru setahun sekali

5) Peluang Hidup dan Kesehatan

Studi yang dilakukan oleh Robert Chambers pada tahun 1987 menemukan bahwa di lingkungan keluarga yang miskin, tidak berpendidikan dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani, dan mudah terserang penyakit. 51

Studi yang dilakukan oleh Brooks pada tahun 1975 menemukan bahwa kecenderungan terjadinya kematian bayi ternyata dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kelas sosial. Kaum

48

Zahroh. loc.cit

49

Dunia Iptek. loc.cit

50

Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 183-184

51


(47)

25

biasanya masyarakat bawah ketika mereka jatuh sakit tidak mempunyai tabungan karena upah mereka cukup untuk makan sehari-hari.52 Biasanya mereka mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah.53

6) Respons Terhadap Perubahan

Setiap kali terjadi proses perubahan, berbeda-beda respons kelas menengah dan kelas bawah. Kelas bawah cenderung yang paling lambat dalam menerapkan ha-hal baru, khususnya dalam hal mengambil keputusan. Menurut I.B Irawan dalam J. Dwi Narwono dan Bagong Suyanto petani miskin dan berpendidikan rendah, umumnya mereka cenderung lebih lambat program KB mandiri daripada kelas sosial di atasnya. 7) Peluang Bekerja dan Berusaha

Kelas bawah akibat belitan atau perangkap kemiskinan dan pendidikannya rendah, mereka umumnya rentan, dan tak berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai atau kemungkinan untuk melakukan diversikasi.

Orang-orang miskin sering mendapatkan bantuan kredit permodalan baik lewat KUD (Koperasi Unit Desa), BRI Unit Desa, tetapi sering kali tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dengan tuntas. Tunggakan kredit terus meningkat dan ada kecenderungan untuk tidak bisa terbayar. Banyak ternyata digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

52

Ibid.,

53


(48)

26

Horton dan Hunt pada tahun 1984, menyatakan bahwa tindak kekerasan paling besar di alami oleh keluarga-keluarga yang serba susah artinya mengalami berbagai macam masalah dan kemiskinan yang mencekik.55

Menurut Staus, Gelles, dan Stainmets pada tahun 1980 figur ayah dalam keluarga biasanya kasar, tidak berpendidikan pengangguranm atau terjepit oleh pekerjaan yang rendah gaji. 9) Perilaku Politik

Di lingkungan orang yang tidak berpendidikan, khususnya kalangan kelas bawah, cenderung kuran berpendidikan dan kurang sikap kritis mereka. 56

C.

Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Sosial

1. Pengertian, Tujuan, dan Komponen Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara mendidik karena perkembangan pikirannnya. Demikianlah banyak ragam mendidik orang tua terhadap anak.

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu:

“Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.57

54

Narwoko dan Suyanto, op.cit., h. 185

55

Ibid, h. 186-189

56

Ibid., h. 190

57


(49)

27

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 58

Para ahli pendidikan memberikan pengertian pendidikan dengan bermacam-macam pengertiannya, diantaranya adalah 1) Mudyahardjo, mengatakan bahwa pendidikan adalah segala

situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup.

2) J. J Rousseau, berpendapat pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi diperlukan masa dewasa.59

3) Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.60

4) Zamroni dalam Rusli Yusuf mengatakan bahwa, pendidikan memegang peranan penting dalam usaha keras untuk menciptakan pembangunan kehidupan yang lebih beradab dan berbudaya tinggi peranan pendidikan dalam pembangunan guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan semakin penting.61

Dari definisi tersebut, ternyata ada yang membatasi pendidikan pendidikan sampai dewasa. Artinya, kalau seseorang sudah dewasa dalam arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan yang dipilihnya sendiri, baik untuk

58

Abdul Kadir, op.cit., h. 62

59

Ibid., h. 59

60

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.2, h. 10

61

Rusli Yusuf, Pendidikan sebagai Investasi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet.1,h. 7


(50)

28

pendapat yang berlainan tentang pendidikan, namun pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu proses usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang yang merupakan kegiatan manusiawi guna untuk mencapai tujuan.

b. Tujuan Pendidikan

Menurut Abdul Kadir Tujuan pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan individu secara optimal dengan tujuan-tujuan yang bersifat sosia untuk dapat memainkan perannya sebagai warga dalam lingkungan dan kelompok sosial.62

Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.63

Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencangkup ketiga ranah perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teri pendidikan, yaitu perkembangan :

1) Afeksi 2) Kognisi 3) Psikomotorik

62

Abdul Kadir, op.cit., h. 61

63

Departmen Agama, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, 2015, h. 3, (http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf).


(51)

29

c. Komponen-Komponen Pendidikan

Pendidikan membentuk batang tubuh ilmu bergantung pada komponen-komponen, sebagai berikut :

1) Kurikulum

Kurikulum merupakan ilmu pendidikan yang dijadikan sebagai bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit.65 Perubahan kurikulum untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat.66

2) Guru dan Tenaga Pengajar

Jumlah guru dan siswa yang diperlukan untuk setiap kelas tergantung pada standar yang diterapkan. Peningkatan jumlah disertai dengan peningkatan jumlah guru secara seimbang. Untk meningkatkan mutu pendidikan, maka mutu guru juga harus ditingkatkan, baik melalui pelatihan atau pengembangan lembaga pendidikan.

3) Sarana dan Prasarana

Untuk mengakomodasi jumlah dan pengembangan murid serta pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, konsekuensinya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana seperti buku dan alat sekolah prasarana seperti gedung sekolah, ruang kelas, dan laboratorium. Sarana dan prasarana memegang penting dalam pembangunan pendidikan dan merupakan instrumen pendidikan.67

4) Lingkungan Pendidikan

64

Made Pidarta, op.cit., h. 15-20

65

Nanang Fatah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 5, h. 14

66

Ace Suryadi, Pendidikan Investasi SDM, dan Pembangunan : Isu, Teori, dan Aplikasi, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. 2, h. 105

67


(52)

30

kebijakan ekonomi, dan ekonomi pendidikan.

2. Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial

Konsep pendidikan sebagai suatu investasi (education as investment) telah berkembang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara, bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan syarat kunci untuk pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Konsep tentang investasi Sumber Daya Manusia (Human Capital invesment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) sudah di pikirkan Adam Smith pada tahun 1776, lalu pada tahun 1875 oleh Heirinch Von Thuner, namun baru mengemuka tahun 1960 setelah pidato Thodero Shchutz yang berjudul "Investment in humman capital" di hadapan The American Economic Association”. Pidato Thodore Schultz yang dikutip Agus Irianto mengatakan bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi merupakan sebagai bentuk investasi.69

Kebijakan investasi ekonomi dan investasi sosial yang intensif dan berkelanjutan diharapkan dapat membawa perubahan masyarakat menjadi masyarakat madani atau lebih di kenal dengan istilah civil society. Di mana masyarakat civil society merupakan masyarakat yang mandri dan dinamis dalam menerima berbagai perubahan-perubahan zaman.

a. Investasi Ekonomi

1) Pengertian Investasi

Pendidikan sebagai investasi menurut pendapat para ahli, di antaranya :

68

Fatah, op. cit., h. 15

69

Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Cet. 2, h. 3


(53)

31

juga berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja. Oleh karena, itu tidaklah mengherankan apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat ekonomi yang pesat”.70

b) Menurut Ace Suryadi “ Pendidikan dapat dianggap sebagai investasi yang dianggap mampu membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan pengasilan di masa yang akan datang. Pengaruh pemikiran bahwa pengembangan SDM adalah suatu sarana investasi terus berkembang sepanjang zaman”.71

2) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Modal Sumber Daya Manusia (human capital) merupakan saham yang berupa keterampilan, serta pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan serta pengalaman dan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Sehingga, dapat menghasilkan nilai ekonomi atau pendapatan yang menunjang.

Mengingat sumber daya manusia merupakan komponen faktor produksi yang paling tinggi mobilitasnya maka perlu adanya peningkatan kemampuan mereka melalui jalur pendidikan baik secara formal dan informal.

Dalam zaman era globalisasi ilmu, teknologi serta seni berkembang begitu pesat. Perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan perilaku tenaga kerja. Untuk itu pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusia perlu ditingkatkan, agar menciptakan tenaga kerja yang profesional.72

70

Fatah, op. cit.,h. 77

71

Suryadi, op. cit., h. 32

72


(54)

32 pendidikannya.

Adapun jalur untuk melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia, di antaranya pendidikan, pelatihan kerja, peningkatan gizi dan kesehatan, serta mobilitas tenaga kerja.

a) Pendidikan

Melalui pendidikan, sikap dan nilai sumber daya manusia ditanamkan lalu dikembangkan secara sistematis dan terprogram melalui proses tertentu, sehingga sumber daya manusia akan semakin yang tinggi nilainya baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, serta nilai-nilai pembangunan. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi juga keterampilan dan kemampuannya yang dapat di sumbangkan produktivitas dimilikinya terhadap kesejahteraannya dan terhadap masyarakat atau bangsa. 74

b) Pelatihan Kerja

Kursus/lembaga yang menangani pelatihan yang bersifat khusus, untuk menampung tenaga kerja yang butuh didikan.75 Program pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kompensasi atas rendanya tingkat pendidikan dan kualitas tenaga kerja. c) Peningkatan Gizi dan Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh ketersediaan rumah sakit, klinik, jumlah dokter, serta perawat dan hasilnya terlihat dalam bentuk angka harapan hidup. Penghasilan mempengaruhi konsumsi, tabungan, dan investasi namun rata-rata tingkat penghasilan masyarakat tergolong rendah dan

73

Suryadi. loc. cit

74

Ibid.,

75


(55)

33

Konsep mobilitas tenaga kerja digunakan untuk meningkatkan poduktivitas tenaga kerja.

3) Penghargaan terhadap Sumber Daya Manusia

Pemberian penghargaan/ kontra prestasi kepada sumber daya manusia merupakan salah satu bentuk balas jasa terhadap produktivitas yang telah mereka sumbangkan ke lembaga. Manusia yang berkualitas merupakan modal terpenting dalam lembaga di

mana mereka bekerja, untuk mempertahankan mereka

lembaga/perusahaan menaiki kontra prestasi.

Jika penghargaan yang diberikan tidak dapat mencukupi harkat hidup minimum mereka, maka kinerja mereka akan turun dan jika penghargaan yang diberikan kepada mereka dapat mencukupi, maka kinerja mereka akan naik. Penghargaan yang diberikan sering tergantung pada tingkat pendidikan tenaga kerja karena mempunyai hubungan positif terhadap kinerja. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar peneliti yang menyatakan bahwa kenaikan atau besaran pendapatan sejalan dengan tingkat pendidikan, setiap tahun tambahan dari pendidikan di perkirakan menambah pendapatan sebesar 5%-16%.77

4) Nilai Balikan Pendidikan

Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa manfaat balikan yang jelas (rate of return). 78

76

Payaman J. Simanjuntak, Manajemen & Evaluasi Kinerja, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011), h. 89-90

77

Irianto, op. cit., h. 67

78


(56)

34

ekonomi dibandingkan dengan Tingkat Hasil balikan terhadap investasi kapital atau modal fisik.79 Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Schultsz dan Harbison membuktikan bahwa pendidikan berperan dibidangya dan berdampak pada produktivitasnya, hal ini berdampak pada produktivitas dalam nasional.80

5) Masalah Investasi Ekonomi

a) Kurangnya kualiatas pendidik dan kesejahteraannya

Pendidik merupakan salah satu yang berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia pada bidang pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka seorang pendidik juga harus meningkatkan kualitasnya terlebih dahulu. Pendidik, baik Guru dan dosen merupakan pekerjaan yang berprofesi khusus, yaitu mendidik dan mengayomi, hal ini ditegaskan dalam UU No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan profesioanal guru di Indonesia yaitu mengharuskan para guru dan dosen memiliki sertifikasi guru, hal ini semata-mata untuk meningkatkan akademik dan kompetensi mereka.81 Namun, masalah yang terjadi guru dan dosen yang memiliki sertifikasi kadang tunjangan tambahan itu tidak keluar, hal ini disebabkan tuntutan tambahan 24 jam guru tidak seimbang dengan jumlah guru dan kelas di wilayah tersebut. tidak berimbang dengan pendaapatan

79

Suryadi, op. cit., h. 253

80

Irianto, op. cit.., h. 30

81


(57)

35

Salah satu permasalahan penghambat investasi adalah Kemiskinan. Menurut Gregorius Sahdan mengatakan kemiskinan telah membatasi beberapa hak rakyat. Bentuk usaha untuk memberantas kemiskinan adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakatyang dibantu oleh pemerintah dalam bentuk kesejahteraan sosial.83

b. Investasi Sosial

1) Pengertian Investasi Sosial

Salah satu keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat pada fisik semata, namun pada sektor non fisik juga harus diperhatikan, seperti investasi sosial.

Menurut Carlonie Pascarina yang dikutip oleh Rusli Yahya Yusuf mengatakan bahwa investasi sosial yang terbaik adalah pada bidang pendidikan. Investasi pada pendidikan seumur hidup (life long learning), kesehatan, dan pengembangan komunitas sebagai modal sosial merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang.84

2) Pengembangan Investasi Sosial

Masyarakat Indonesia yang berkualitas harus memiliki komitmen terhadap pembangunan nasional, yang didukung oleh landasan moral dan kepribadian bangsa. Untuk itu di sekolah perlu adanya pendidikan pancasilauntuk memperkuat moral mereka. Selain itu, era globalisasi menimbulkan pemudaran nilai kemanusiaan karena dituntut untuk penguasaan iptek.85

82

Irianto, op. cit., h. 66-123

83

Yusuf, op. cit., h. 108-110

84

Ibid., h. 3

85


(58)

36

Tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.86

Insan kompetitif, sebagai berikut:87

a) Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan b) Bersemangat juang tinggi

c) Jujur d) Mandiri

e) Pantang menyerah

f) Pembangun dan pembina jejaring g) Bersahabat dengan perubahan

h) Inovatif dan menjadi agen perubahan i) Produktif

j) Sadar mutu

k) Berorientasi global

l) Pembelajaran sepanjang hayat m) Menjadi rahmat bagi semesta alam.

Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruknya, memelihara apa yang baik, serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.88

3) Masalah Investasi Sosial

Masalah investasi sosial,antara lain : a) Minum-minuman keras

86

Departmen Agama. loc. cit

87

LPM Jateng, Kurikulum 2013 Membangun Pendidikan Karakter, 2015,

(http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/artikel/915-kurikulum-2013-membangun-pendidikan-karakter)

88


(59)

37

d) Korupsi yang dilakukan oleh para petinggi negara, dan mereka berasalah dari kalangan berpendidikan.89

D.

Hasil Penelitian yang Relevan

1. Makhsus. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Judul skripsi: “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang)”, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negarif 52,5%, dan persepsi 47,5% yang berkembang di dalam persepsi pola pikir masyarakat kampung perjamuran. Diidikasi terdapat persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti di dalam pola pikir masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung pejamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan yang menjadi sampel berjumlah 40 jiwa masyarakat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan angket untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pendidikan.90

2. F. Zahroh. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Judul Skripsi : “Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan”, pandangan keluarga kelas sosial menengah terhadap pendidikan agama Islam, sangat berperan penting bagi kehidupan mereka dan diberikan pendidikan di awali sejak dini di keluaraga, metode penelitian ini menggunakan kualitatif yang

89

Made Pidarta, op. cit., h. 185

90


(60)

38

3. Nurul Hasanah. Universitas Negeri Medan. Judul jurnal: Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbuta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu mayoritas (52,3%) tergolong sedang; 2) tingkat pendidikan anak buruh tani mayoritas (40%) bersekolah pada tingkat SMP/sederajat dan beberapa keluarga buruh tani juga memiliki anak yang putus sekolah yaitu sebanyak 4,6% putus sekolah hanya sampai tamat SD, 10,8% hanya tamat SMP, dan 16,9% hanya tamat SMA. 3) Hasil penelitian diperoleh nilai rxy > rtabel yaitu 0,342 > 0,244 dan thitung> ttabel yaitu

2,889 > 1,67 serta besarnya kotribusi (sumbangan) kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap tingkat pendidikan anak sebesar 11,70%. Terdapat hubungan yang signifikan kondisisosial ekonomi keluarga buruh tani dengan tingkat pendidikan anak di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu. Metode pelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif dan jenis penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 20% dari jumlah populasi atau sebanyak 65 kepala keluarga. Teknik dan alat dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket dan dokumentasi, teknik analisis data menggunakan uji korelasi Product Momen dan uji-t.92

91

Zahroh, op. cit., h. 80

92

Nurul Hasanah, “Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu”, Jurnal pada Universitas Negeri Medan, 2013.


(61)

39 1. Persepsi

Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang) Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan di Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang Menggunakan metode deskriptif kualitatif, variabel X nya pendidikan formal 12, dan tidak menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan angket

2. Pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan Untuk mengetahui bagaimana pandangan Keluarga Kelas Sosial Menengah Terhadap Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Desa Morocalan Kecamatan Glagan Kabupaten Lamongan Menggunakan metode kualitatif deskriptif, variabel X Kelas Sosial Menengah, Variabel Y Pendidikan Agama Islam, dan tidak mengggunakan teknik pengumpulan data angket Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentai


(62)

40 Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbut a antara kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani dengan tingkat pendidikan anak di Dusun Naga Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbuta Variabel Y Tingkat Pendidikan Anak, pengambilan sampel sebanyak 20%, teknik dan pengumpulan data penelitian tidak menggunakan wawancara dan teknik analisis menggunakan uji kolerasi menggunakan Angket dan Dokumentasi, serta menggunakan Uji T

Penelitian yang relevan tersebut menjadi bahan untuk mempertegas posisi penelitian yang akan saya lakukan.

E.

Kerangka Berpikir

Di zaman era globalisasi seperti saat ini, tentunya pendidikan merupakan hal yang umum dan penting bagi kehidupan di masyarakat. Pada umumnya persepsi masyarakat tentang pendidikan berbeda-beda. Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu objek yang diamati melalui indera. Persepsi masyarakat berasal dari masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas bawah dengan masing-masing dimensi aspek kognitif yang berindikator perhatian, set, kebutuhan, sistem nilai, dan ciri kepribadian dan aspek afeksi indikator yaitu perilaku. Adapun masyarakat kelas menengah dan kelas bawah dengan masing-masing indikator kekayaaan, pendidikan, ekonomi, gaya hidup (life style), peluang hidup dan kesehatan, respon masyarakat terhadap perubahan, peluang bekerja dan berusaha, kebahagiaan dan sosialisasi dengan keluarga, serta perilaku politik. Kekayaan bagi masyarakat kelas menengah tentunya


(1)

(2)

LAMPIRAN 10

DOKUMENTASI


(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Nama : Nita Chairunnisa

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Desember 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Jl. Kebon Kelapa No. 50 RT.008/01 Kamal Kalideres Jakarta Barat

Nama Orang Tua : 1. Drs. H. Ahmad Uluwan Zein (Ayah) 2. Hj. Neneng Salwati (Ibu)

Pekerjaan Orang Tua : 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Wiraswasta

Nomor Handphone : 089636408090

Tingkat Pendidikan :

Pendidikan Formal

Tahun Nama Sekolah/Universitas

2000-2006 MI Tahdzibun Nufus 2006-2009 MTs Tahdzibun Nufus 2009-2012 MA Tahdzibun Nufus 2012-Sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendidikan Informal

Tahun Nama Lembaga

2006-2010 Purwacaraka Music Studio

2011-2012 LBPP

2011-2012 Nurul Fikri Organisasi

Tahun Nama Lembaga

2006-2009 Wakil Osis MTs Tahdzibun Nufus 2010-2011 Sekertaris Osis MA Tahdzibun Nufus