Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makhsus, menyimpulkan bahwa terdapat persepsi negatif 52,5 dan persepsi positif
47,5 tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun di kampung penjamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo.
11
Peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres yang berasal dari masyarakat kelas menengah salah
satunya keluarga Ibu Hj. Neneng yang anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dengan alasan pendidikan itu penting dan sangat berguna buat masa
depan anak dan mempunyai penghasilan yang lebih sehingga cukup untuk membiayai anak dalam mengenyam pendidikan. Berbeda dengan keluarga
Ibu Cartini yang keluarga dan anak-anaknya hanya sampai di sekolah dasar dengan alasan lulusan sekolah dasar sudah cukup yang penting
langsung dapat pekerjaan waktu lulus sekolah dasar dan tidak memiliki penghasilan yang cukup, sehingga anak putus sekolah.
12
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat sekitar, baik dari kelas menengah maupun dengan kelas bawah
diperoleh kesimpulan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di antaranya, persepsi dan pendapatan masyarakat tersebut.
Persepsi Menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam
pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas,
perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu.
13
Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang berbeda antara satu sama lain, baik dari golongan kelas atas, menengah maupun bawah.
Di dalam masyarakat tentunya kita sering menjumpai keadaan yang
11
Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang
”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. iii
12
Wawancara dengan Ibu Hj. Neneng Salwati dan Ibu Carlita masyarakat kelurahan kamal Rt 00801 Kalideres Jakarta Barat
13
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, h. 117
bervariasi dan tidak sama. Masyarakat merupakan sekumpul manusia hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa
mereka merupakan kesatuan di mana mereka merupakan sistem hidup bersama. Di dalam masyarakat sering kita temui kategori masyarakat
berpendapatan rendah, mayarakat yang berpendapatan sedang, dan masayarakat yang berpendapatan tinggi
14
dan menyebut sebagian masyarakat dengan sebutan orang kaya, orang biasa dan orang miskin.
Namun, istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan
yang pokok dalam masyarakat.
15
Menurut Pitrim A. Sorikin dalam Yesmil Anwar dan Adang yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat hierarchis. Dimana
perwujudannnya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah”.
16
Istilah kelas ekonomi mempunai arti kelas relatif sama dengan kelas sosial, kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan,
kepemilikan, atau kedua-duanya. Dalam kehidupan sosial menunjukkan perbedaan serta pengalaman
pendidikan antara keluarga yang berada di kelas menengah lebih tinggi tingkat pendidikan dan mempunyai persepsi bagus terhadap pendidikan.
Sedangkan, masayarakat kelas bawah memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan mempunyai persepsi buruk terhadap pendidikan.
Keluarga yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah adalah mereka yang hidupnya tidak miskin dan tidak juga kaya.
Kebutuhan primer dan sekunder mereka terpenuhi dengan baik. Berbeda, apabila dibandingkan dengan keluarga yang berada di kelas bawah untuk
14
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, Bandung: PT Refika Aditama,
2013, Cet. 1, h. 215
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Cet .44,
h. 205
16
Anwar dan Adang. loc.cit
memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan sehari-hari itu sangat kesulitan. Mereka yang termasuk masyarakat kelas menengah biasanya
terdiri dari: pejabat tinggi menengah, pengusaha menengah, guru, dosen, TNI dan pegawai negeri yang telah berkecukupan, guru sekolah, pekerja
sosial, perawat, salesman, dan karyawan. Sedangkan, mereka yang
termasuk kelas bawah terdiri dari: buruh tani, pekerja kasar, pedagang kecil, buruh harian lepas, pengangguran.
17
Berikut merupakan data berbagai pekerjaan masyarakat kelurahan
Kamal Kalideres Jakarta Barat, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2
Data Pekerjaan di Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat Jenis Pekerjaan
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Tani 17
4 21
Karyawan Swasta PemerintahAbri
8.671 6.354
15.025 Pedagang
4.372 4.821
9.193 Nelayan
342 95
437 Buruh Tani
24 7
31 Pensiun
94 69
163 Buruh Harian Lepas
4.732 4.180
8.912 Pengangguran
2.352 3.169
5.521 Fakir Miskin
4.971 5.193
10.164 Lain-lain
3.107 2.671
5.778 Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan
September Tahun 2015. Berdasarkan dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
yang berdomisili di kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, terdiri dari masyarakat kelas menegah dan kelas bawah. Masyarakat kelas menengah
berjumlah 24.128 orang 43,8 dan masyarakat kelas bawah berjumlah 31.117 orang 56,3.
18
Dari latar belakang di atas, maka peneliti perlu melakukan
penelitian yang berkaitan dengan judul: “Perbedaan Persepsi
17
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004, h. 85
18
Sumber: Kantor Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat data Bulan September Tahun 2015.
Masyarakat Kelas Menengah dengan Kelas Bawah terhadap Pendidikan sebagai Investasi Ekonomi dan Investasi Sosial. Studi di
Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak, dan menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Berdasarkan
latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka masalah yang dapat diidentifiksi adalah :
1. Kurangnya perhatian masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat terhadap pendidikan yang ditandai dengan rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat 2. Tingkat ekonomi masyarakat di wilayah Kelurahan Kamal Kalideres
Jakarta Barat masih relatif rendah yang ditandai dengan data pekerjaan.
C. Batasan Masalah
Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas seluruh permasalah yang ada, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan
diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti dibatasi pada: “Perbedaan persepsi masyarakat kelas
menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal
Kalideres Jakarta Barat”
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan dalam penelitian ini, yaitu: “Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas
menengah dengan kelas bawah terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal
Kalideres Jakarta Barat?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Adakah Perbedaan persepsi masyarakat kelas menengah dengan kelas bawah
terhadap pendidikan sebagai investasi ekonomi dan investasi sosial Studi di Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran
kepada akademik maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pendidikan
2. Manfaaat Praktis a. Bagi Masyarakat Kelurahan Kamal Kalideres Jakarta Barat, di
harapkan dapat member arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara.
b. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi
seluruh masyarakat. c. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. d. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pendidikan, pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat dan dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian
selanjutnya.
10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena, informasi
atau data yang senantiasa mengitarinya. Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa KBBI
adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”.
1
Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang
unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”.
2
Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti proses perseptual
yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi yang masuk melalui panca indra kita.
Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception
dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas,
perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
3
Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi
stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif.
1
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Gitamedia Press, h. 513
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, h. 119
3
Ibid., h. 117
11
Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan
persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan bantuan indra.
4
Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu
indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium.
5
Dari beberapa pengertian persepsi menurut para ahli, dapat dipahami bahwa persepsi adalah Proses individu mengenali atau
mengartikan objek melalui bantuan alat indra seperti indra pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi
merupakan keadaan menerima stimulus, apa yang ada dalam diri individu baik perasaan, pengalaman akan ikut berperan aktif dalam
proses persepsi oleh individu dalam memaknai objek tersebut.
b. Aspek Persepsi
Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut Mc Dowwel
Newel, yaitu :
1 Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan bagaiman cara berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima
oleh panca indra, serta pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa selain aspek
kognitif berdasarkan atas suatu konsep informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang telah
dipelajari.
6
2 Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif. Aspek afeksi mencakup cara individu dalam merasakan,
4
Ibid.,
5
Ben Fauzi Ramadhan,“ Persepsi siswai SMA terhadap keselamatan berkendara sepeda motor”,
Skripsi, pada Universitas Indonesia, h. 6-7
6
Makhsus, “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang,
Skripsi, Jakarta. 2013,h. 8
12
mengeksperasikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai yang ada pada dirinya dan kemudian mempengaruhi persepsinya.
7
c. Fator-faktor Mendorong Tumbuhnya Persepsi
Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut
Sarlito W. Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:
1 Perhatian Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan
fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
2 Set
Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis
“ start”terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana
ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.
3 Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsi. Dengan
demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebakan pula perbedaan persepsi.
4 Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat yang
dilakukan oleh Bruner dan Goddam tahun 1947, Carter dan Schooler tahun 1949 dikutip dalam Sarlito Wirawan Sarwanto,
menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran
yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.
8
5 Ciri kepribadian Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti dua
orang yang bekerja di kantor yang sama berada di bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan orang yang tinggi
kepercayaan dirinya akan berbeda dalam mempersiapkan atasannnya.
9
7
Ibid.,
8
Sarlito Wirawan Sarwanto, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta, bulan bintang, 2003
h. 49-50
9
Ibid.,