12
analisis, 2 menggolongkan atau pengkategorisasian, 3 mengarahkan, 4 membuang yang tidak perlu dan 5 mengorganisasikan data sehingga simpulan-
simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi Miles dan Huberman, 1992:16- 17. Data yang dikumpulkan dipilih dan dipilah berdasarkan rumusan masalahnya,
kemudian dilakukan seleksi untuk dapat mendeskripsikan rumusan masalah. Setelah reduksi data, langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah
penyajian data. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat
yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga mampu menyajikan permasalahan dengan fleksibel, tidak “kering”, dan kaya data. Namun demikian,
pada penelitian ini data tidak hanya disajikan secara naratif, tetapi juga melalui berbagai matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Penyajian data dalam penelitian
kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti dapat melihat apa yang
sedang terjadi. Dengan demikian, peneliti lebih mudah dalam menarik simpulan Miles dan Huberman, 1992:18.
Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik simpulan dan verifikasi. Langkah awal dalam penarikan simpulan dan verifikasi dimulai dari penarikan
simpulan sementara. Penarikan simpulan hasil penelitian diartikan sebagai penguraian hasil penelitian melalui teori yang dikembangkan. Dari hasil temuan
ini kemudian dilakukan penarikan simpulan teoretik Miles dan Huberman, 1992:131. Kemudian simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan ulang pada
13
catatan di lapangan atau simpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohan, dan kecocokannya. Namun
demikian, jika simpulan masih belum mantap, maka peneliti dapat melakukan proses pengambilan data dan verifikasi, sebagai landasan penarikan simpulan
akhir. Ketiga alur dalam analisis data kualitatif apabila digambarkan adalah sebagai berikut,
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman, 1992:20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Semarang sebagai pusat politik dan aktivitas masyarakat di Jawa Tengah memiliki sarana-sarana yang menunjang pelaksanaan
pendidikan mulai dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Di Kota Semarang saat ini terdapat 16 SMA negeri dan 62 SMA swasta. Ditinjau
dari perkembangan wacana kesejarahan dan pendidikan sejarah, di Kota Semarang terdapat tiga perguruan tinggi yang mengelola jurusan sejarah,
yakni Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, dan IKIP Veteran Semarang. Universitas Negeri Semarang dan IKIP Veteran
Semarang merupakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK yang memiliki program pendidikan bagi calon tenaga kependidikan
sejarah. Selain itu, di Kota Semarang terdapat museum yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang pembelajaran sejarah, yakni Museum
Jawa Tengah Ronggowarsito, Museum Mandala Bhakti, serta Museum Masjid Agung. Selain itu ada pula museum yang didirikan oleh pihak
swasta seperti Museum Rekor Indonesia dan Museum Jamu Nyonya Meneer.
81
Selain terdapat museum-museum, di Kota Semarang terdapat lokasi yang erat kaitannya dengan pendidikan sejarah. Banyak lokasi
bersejarah yang terdapat di Kota Semarang, misalnya kampung-kampung lama seperti Pecinan, Kauman, dan Pekojan. Kawasan Kota Lama yang
terletak di bagian utara Kota Semarang dan perumahan di daerah Candi di “Semarang Atas” merupakan peninggalan sebagai bukti kehidupan
masyarakat masa kolonial dan wujud fisik dari kebudayaan Indis. Di pusat Kota Semarang terdapat Tugu Muda, monumen yang dibangun untuk
memperingati peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 15-19 Oktober 1945. Bangunan kuno keagamaan juga terdapat di Kota
Semarang, seperti Kelenteng Sam Po Kong dan kelenteng-kelenteng yang ada di kawasan Pecinan. Kelenteng kuno yang terdapat di Semarang
menjadi pertanda pluralisme yang ada di masyarakat Semarang. Di Semarang bagian Selatan terdapat tempat-tempat yang berhubungan
dengan sejarah pembangunan Masjid Demak, seperti Goa Kreo dan Jatingaleh. Dengan demikian, diasumsikan perkembangan wacana
kesejarahan dan pengembangan pendidikan sejarah di Kota Semarang cukup dinamis karena banyaknya peninggalan sejarah yang dapat
dmanfaatkan sebagai sumber belajar, terutama sejarah lokal. Berkaitan dengan sejarah kontroversial, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Abu Su’ud 2008a terhadap guru-guru sejarah di Kota Semarang dihasilkan simpulan bahwa terdapat kecenderungan
adanya ketertarikan di kalangan guru terhadap sejarah kontroversial. Ini