Manfaat Teoretis Manfaat Praktis

2. Mendeskripsikan implementasi critical pedagogy dalam pembelajaran sejarah kontroversial. 3. Mendeskripsikan kendala yang ditemui guru dalam implementasi critical pedagogy pada pembelajaran sejarah kontroversial. 4. Mengetahui pandangan dan apresiasi peserta didik terhadap implementasi critical pedagogy dalam pembelajaran sejarah kontroversial.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini memberikan satu kajian ilmiah tentang pembelajaran sejarah kontroversial ditinjau dari perspektif critical pedagogy. Kajian tentang pembelajaran sejarah kontroversial dalam perspektif critical pedagogy di Indonesia masih sangat jarang, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan acuan dalam penelitian selanjutnya tentang penerapan critical pedagogy dalam pembelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi guru tentang pendekatan dalam pembelajaran sejarah kontroversial dengan penerapan critical pedagogy. b. Bagi pihak sekolah dan pemerintah dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam pembelajaran sejarah, terutama sejarah yang bersifat kontroversial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Critical Pedagogy

a. Konsep-Konsep Dasar Critical Pedagogy

Critical pedagogy merupakan pendekatan dalam pendidikan yang menempatkan peserta didik untuk mampu menghadapi dominasi. Critical pedagogy dalam diskursus pendidikan disebut juga “aliran kiri” karena orientasi politiknya berlawanan dengan ideologi konservatif dan liberal Agus Nuryatno, 2008: 1. Jika dalam pandangan konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga status quo, sementara bagi kaum liberal untuk perubahan moderat dan cenderung bersifat mekanis, maka paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat di mana pendidikan berada Mansour Fakih, 2001: xvi. Paulo Freire yang dikutip Monchinski 2008: 2 menjelaskan bahwa “… make oppression and its causes objects of reflection by the opressed with the hope that from that reflection will come liberation ”. Pandangan Paulo Freire melihat bahwa critical pedagogy pada dasarnya adalah sebuah refleksi terhadap ketertidasan dan berbagai alasan yang menyebabkannya, sehingga dengan refleksi itu diharapkan akan menuju pada kebebasan. 12 Ira Shor http:en.wikipedia.orgwikiCritical_pedagogy, 25 Mei 2009, seorang tokoh dalam pendidikan kritis, mendefinisikan critical pedagogy sebagai … habits of thought, reading, writing, and speaking … to understand the deep meaning, root causes, social context, ideology, and personal consequences of any action, event, object, process, organization, experience, text, subject matter, policy, mass media, or discourse . Critical pedagogy merupakan kebiasaan berpikir, membaca, menulis, dan mengungkapkan sesuatu untuk memahami makna yang terdalam, memahami akar permasalahan berdasarkan konteks sosial, ideologi, dan pemahaman personal atas segala macam kegiatan, peristiwa, objek, proses, organisasi, pengalaman, teks, pokok bahasan, kebijakan, media massa, maupun wacana. Henry Giroux yang dikutip Monchinski 2008: 2 menyatakan bahwa critical pedagogy sama dengan political pedagogy, artinya adalah critical pedagogy menyatakan bahwa proses pendidikan pada dasarnya bersifat politik, yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah keterhubungan, kesepahaman, dan keterpautan secara kritis dengan berbagai isu-isu sosial dan bagaimana memaknainya. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya melakukan sebuah sikap yang kritis tetapi juga cukup tanggap untuk “bertarung” dengan kondisi politik dan ekonomi sehingga mampu mewujudkan sebuah demokratisasi. Critical pedagogy merupakan pandangan yang bersifat transdisiplin dan banyak dipengaruhi oleh beberapa pemikiran seperti