Sejarah Kontroversial dalam KTSP

memahami prinsip dasar ilmu sejarah, dan 2 menganalisis peradaban Indonesia dan dunia. Secara umum, materi yang diajarkan pada kelas X terbagi dalam dua kelompok besar, pertama materi-materi yang terkait dengan prinsip-prinsip dasar ilmu sejarah. Materi kedua terkait dengan peradaban masyarakat awal di dunia dan Indonesia. Di kelas X, kontroversi yang muncul berkaitan dengan cakupan materi yang termasuk dalam masa prasejarah atau praaksara. Kontroversi yang muncul terkait dengan asal usul kehidupan, khususnya tentang perkembangan manusia purba. Kontroversi tentang manusia purba dan kehidupan manusia pada masa prasejarah menjadi topik yang muncul dalam kompetensi dasar “menganalisis asal-usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia”. Kontroversi tentang permasalahan asal-usul manusia menjadi semakin rumit ketika proses kemunculan manusia dibenturkan dengan pendapat munculnya manusia ditinjau dari versi agama. Dalam agama Islam dan Kristen, penganutnya mempercayai bahwa manusia yang pertama diciptakan adalah Adam. Sementara itu ditinjau dari aspek ilmiah, ada berbagai macam hipotesis tentang munculnya manusia purba dan persebarannya. Dalam konteks Indonesia ada banyak pendapat yang dikemukakan tentang perkembangan manusia Indonesia. Ada yang mengemukakan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah dan menggunakan bahasa Campa, seperti pendapat dari H. Kern dan Heine-Gildern. Sementara itu ada ahli yang berpendapat bahwa asal- usul manusia Indonesia berasal dari Yunan, seperti pendapat dari Moh. Ali dan Hogen. Sedangkan J.L.A. Brandes berpendapat bahwa suku- suku di Indonesia memiliki persamaan bahasa dengan bangsa-bangsa yang bermukim di utara Pulau Formosa, sebelah barat Pulau Madagaskar; sebelah selatan, yaitu Jawa dan Bali; sebelah timur hingga tepi pantai barat Amerika. Mohammad Yamin menyangkal bahwa orang Indonesia berasal dari luar kepulauan Indonesia. Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli berasal dari wilayah Indonesia sendiri Hendrayana, 2009: 128-131. Ulasan tentang berbagai manusia purba yang hidup di Indonesia akan bertambah kontroversal jika dikaitkan dengan teori evolusi dari Darwin yang masih memunculkan perdebatan. Oleh para pendukungnya, konsep evolusi Darwin ini kemudian berkembang dan mengerucut pada sebuah pernyataan bahwa manusia memiliki kesamaan fisiologis dan biologis dengan spesies kera. Kontroversi tentang asal-usul manusia berdasarkan pandangan Darwin ini mendapatkan berbagai pertentangan, terutama dari kalangan agamawan. Kontroversi lain yang kerap muncul adalah ketika guru membahas kompetensi dasar “mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara”. Dalam KD ini, sering dijumpai perbedaan-perbedaan antara cerita rakyat yang beredar di masyarakat dengan penalaran ilmiah. KD yang membahas tentang berbagai tradisi lisan masyarakat sering kali memberikan kisah yang irasional, sehingga kontroversi akan muncul ketika guru dan siswa mencoba membandingkan dengan kajian-kajian melalui penelitian ilmiah. Kisah-kisah berupa dongeng, mite, dan legenda merupakan kajian yang tidak lepas dari sejarah. Apabila konsep tentang hal tersebut tercampur aduk, maka kontroversi akan muncul. Kontroversi tersebut berhubungan dengan kebenaran cerita-cerita yang termasuk dalam folklore jika dibandingkan dengan data yang rasional. Contoh dari cerita yang bersifat kontroversial jika dikaitkan dengan aspek ilmiah adalah tentang mitos. Contohnya adalah mitos tentang kesaktian raja-raja Jawa atau para pemuka agama yang menurut folklore memiliki kesaktian. Kesaktian-kesaktian tersebut bila dilihat dari perpektif kekinian bersifat kontroversial. Dalam sebuah kisah di dalam Babad Tanah Jawa dikisahkan ketika hendak menentukan kiblat, satu tangan sunan Kalijaga berada di Masjid Demak, dan satu tangan berada di Masjidil Haram. Hal tersebut akan bersifat kontroversial jika dibandingkan dengan pemikiran yang bersifat logis pada saat ini. Tidak mungkin bagi seseorang untuk berada di dua tempat sekaligus. 2 Kelas XI IPS Kelas XI IPS mengulas materi dalam tiga kelompok besar, yakni 1 Perkembangan negara-negara tradisional di Indonesia; 2 Indonesia pada masa penjajahan; dan 3 Pergerakan kebangsaan. Materi-materi tersebut terangkum dalam standar kompetensi 1 Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional; 2 Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang; 3 Menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20. Kompetensi dasar pertama disampaikan pada semester pertama dan standar kompetensi dua dan tiga disampaikan pada semester kedua. Materi yang diberikan pada peserta didik pada kelas XI IPS cukup beragam, karena mengulas sejarah sejak munculnya kerajaan tradisional bercorak Hindu-Budha, perkembangan kerajaan Islam, masuknya VOC dan praktik penjajahan Belanda, dinamika pergerakan kebangsaan, pendudukan Jepang di Indonesia, serta perkembangan sejarah dunia yang meliputi Revolusi Industri, Revolusi Amerika, dan Revolusi Perancis. Materi-materi yang memiliki rentang waktu panjang tersebut memberikan kecenderungan berkembangnya materi- materi sejarah kontroversial yang beragam. Pada materi tentang kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia, kontroversi pertama yang muncul adalah tentang masuknya pengaruh India ke kawasan Nusantara. Kontroversi ini terdapat dalam KD “Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia”. Terkait dengan hal tersebut, banyak teori yang muncul, seperti hipotesis brahmana, hipotesis ksatria, hipotesis waisya, teori arus balik, dan teori kolonisasi. Permasalahan kontroversi tersebut telah diajarkan dengan cukup jelas pada pembelajaran sejarah. Pada kompetensi dasar tentang “Menganalisis perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia” ada beberapa peristiwa sejarah yang masih menjadi kontroversi. Kontroversi tersebut misalnya terdapat pada bahasan tentang peristiwa asal usul Ken Arok dan pembunuhan yang dilakuan sebagai upaya Kudeta. Kemudian ada pula kontroversi aakah pada masa Mataram lama terdiri atas satu dinasti atau dua dinasti, yakni Sanjaya dan Syailendra. Pada kompetensi dasar tentang “Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia” terdapat pula kontroversi tentang masuknya Islam di Nusantara. Ada beberapa pendapat mengenai tempat asal para pembawa Islam ke Indonesia. Snouck Hurgronje berpendapat bahwa para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia daripada dengan orang Arab. Kemudian ada tokoh bernama Fattini yang berpendapat bahwa gaya batu nisan Malik al-Saleh memiliki corak yang berbeda dengan batu nisan di Gujarat. Sementara itu Morrison dan Arnold mengatakan bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh orang-orang Coromandel dan Malabar. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam berasal langsung dari Mekkah, Arab, sebagaimana dikemukakan oleh Crawford. Pendapat Crawford didukung oleh sejarawan Indonesia, seperti Hamka yang berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Indonesia itu langsung dari Arab, tetapi Husein Djajadiningrat lebih berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Parsi atau Persia. Ia lebih menitikberatkan pada kesamaan kebudayaan dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia, seperti tradisi perayaan 10 Muharam dan pengaruh bahasa yang banyak dipakai di Indonesia Tarunasena, 2009: 82-83. Pada kompetensi dasar tentang “menganalisis perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial” terdapat materi-materi yang dapat dikategorikan kontroversial, seperti tentang bagaimana peran VOC terhadap keruntuhan kerajaan-kerajaan lokal, kerja sama antara VOC dan kerajan-kerajaan lokal. Selain itu ada pula kontroversi tentang dampak positif dan negatif dari penjajahan Belanda di Indonesia, seperti dampak positif dan negatif dari tanam paksa ataupun politik pintu terbuka bagi masyarakat. Kemudian pada KD “menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan” terdapat beberapa materi yang dapat dikategorkan sebagai sejarah kontroversial, yakni tentang munculnya Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan nasional. Permasalahan yang muncul adalah apakah BU telah menjari organisasi yang benar-benar dianggap sebagai organisasi pergerakan nasional? Selain itu ada pula kontroversi tentang posisi dan peran Kartini dalam pergerakan nasional. Ada pandangan dari Harsya W. Bachtiar yang mempertanyakan peran Kartini sebagai tokoh pergerakan nasional. Terkait dengan organisasi pergerakan terdapat kontroversi antara gerakan yang kooperatif dan nonkooperatif. 3 Kelas XI IPA Pada kelas ini terdapat KD 1 Menganalisis perkembangan negara tradisional Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia; 2 Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang; 3 Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia; 4 Menganalisis terbentuknya negara Kebangsaan Indonesia; 5 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin; 6 Menganalisis pergantian pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru. Dengan demikian, ditinjau dari materinya, aspek kontroversial yang terkandung dalam KD di kelas XI IPA tidak berbeda dengan sejarah kontroversial pada kelas XI IPS dan XII IPS semester 1, tetapi karena keterbatasan alokasi waktu yang hanya satu jam menyebabkan pembelajaran sejarah kontroversial berjalan tidak maksimal. 4 Kelas XI Bahasa Di kelas XI Bahasa terdapat KD 1 Menganalisis perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia; 2 Menganalisis perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara terutama dalam bidang bahasa dan karya sastra; 3 Menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang; 4 Menganalisis perkembangan kebudayaan masyarakat Nusantara di bawah penjajahan asing terutama dalam bidang bahasa dan karya sastra; 5 Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia. Dilihat dari KD-nya materi kontroversial yang ada di kelas XI Bahasa tidak terlalu berbeda dengan materi sejarah kontroversial di kelas XI IPS, tetapi karena adanya perbedaan pada aspek waktu dan penekanan, maka tidak secara keseluruhan materi kontroversial diajarkan. 5 Kelas XII IPS Pada kelas XII IPS semester pertama terdapat KD “menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia”. Pada materi tersebut terdapat kontroversi tentang permasalahan apakah kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang ataukah hasil dari perjuangan bangsa Indonesia. Selain itu, ada pula permasalahan terkait apakah benar Sukarno menjadi penggali Pancasila. Kontroversi juga masih menyelimuti peristiwa pada detik-detik proklamasi, khususnya terkait dengan masalah penyusunan teks proklamasi. Pada KD tentang “menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan antara lain: PKI Madiun 1948, DITII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G- 30-SPKI” tedapat dua peristiwa yang sangat kontroversial. Peristiwa tersebut adalah peristiwa Serangn Umum 1 Maret dan Gerakan 30 September. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret sampai saat ini masih menyisakan pertanyaan tentang siapa sebenarnya penggagas serangan tersebut. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 boleh dikatakan sebagai persitiwa sejarah yang paling banyak menimbulkan kontroversi sampai sekarang. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari para petinggi Angkatan Darat diculik dan beberapa objek vital seperti Radio Republik Indonesia dan Telkom diduduki oleh pasukan militer Batalion 454 Diponegoro, Batalion 530 Brawidjaja, pasukan Kehormatan Pengawal Presiden Cakrabirawa yang dipimpin oleh Untung, Latif, Sujono, Pono, dan Sjam Beise, 2004:17. Berkaitan dengan Gerakan 30 September, banyak teori yang diungkapkan oleh para ahli berkaitan dengan peristiwa kudeta. Pemahaman yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan peristiwa seputar Gerakan 30 September selama ini adalah bahwa yang menjadi dalang peristiwa tersebut adalah PKI. Hal ini terutama didukung dengan adanya buku tentang peristiwa Gerakan 30 September yang diterbitkan oleh Kesekretariatan Negara atau yang sering disebut dengan “Buku Putih” Sekretariat Negara, 1994. Dengan adanya pendapat-pendapat baru berkaitan dengan masalah G 30 S telah menjadikan peristiwa ini menjadi peristiwa sejarah yang sangat kontroversial, bahkan paling kontroversial dalam periode sejarah Indonesia modern. Paling tidak ada enam teori berkaitan dengan peristiwa G 30 S ini. Beise 2004: 5 menjelaskan secara gamblang teori-teori tentang G 30 S, yakni, 1 teori keterlibatan PKI, 2 teori perwira-perwira progresif, 3 teori keterlibatan Angkatan Darat dan Soeharto, 4 teori keterlibatan CIA, 5 teori keterlibatan Sukarno, serta 6 teori chaos. Teori pertama adalah pendapat yang menyatakan bahwa dalang G 30 S adalah PKI. Pendapat ini dipakai oleh pemerintah pada masa orde baru, sebagai upaya legitmasi kekuasaan. Pendapat ini dilatarbelakangi motif pengabilalihan kekuasaan untuk mendirikan sebuah negara komunis. Teori kedua adalah teori yang menyatakan bahwa dalang G 30 S adalah klik angkatan darat. Pendapat ini diusung oleh Ben Anderson dan Ruth Mc Vey melalui Cornell Paper-nya Judul aslinya adalah A Preliminary Analysis of The Oktober 1, 1965 Coup In Indonesia , terbit pada tahun 1971 oleh Modern Indonesia Project, South East Asia Program, Cornell University . Motif dari alasan ini adalah sekelompok perwira ‘progresif’ yang berasal dari Divisi Diponegoro merasa tidak puas dengan cara kehidupan mewah pimpinan Angkatan Darat di Jakarta yang dianggapnya tidak sesuai dengan semangat revolusi serta mangabaikan kesejahteraan anak buahnya. Pimpinan Angkatan Darat tersebut ingin ‘dibersihkan’ supaya politik Sukarno dapat dilanjutkan. Di samping itu mungkin ada tujuan lain, yaitu mencegah kudeta oleh pihak Dewan Jenderal. Teori ketiga adalah teori yang menyatakan bahwa dalang G 30 S adalah Angkatan Darat dan Soeharto, dimana pendapat ini diungkapkan oleh sosiolog dan sejarawan Belanda W.F. Wertheim, motif yang melatarbelakangi pendapat ini adalah bahwa tujuan Soeharto adalah untuk menghancurkan PKI, menjatuhkan Sukarno dan menyingkirkan kubu-kubu lain dalam AD, serta menjadi pahlawan dan Presiden. Pendapat ini diusung juga oleh M. R. Siregar, Coen Holtzappel, serta Wimandjaja K. Litohoe, Beise, 2004:28. Teori keempat adalah yang menyatakan bahwa dalang G 30 S adalah unsur asing dalam hal ini adalah Amerika melalui CIA-nya. Pendapat ini diusung oleh Peter Dale Scott dan Teri Cavanagh Beise, 2004. Alasan kuat teori ini adalah karena situasi internasional yang terjadi pada masa itu, yaitu adanya perang dingin dan adanya kepentingan Amerika atas Indonesia yang sangat potensial. Teori kelima adalah pendapat yang menyatakan bahwa dalang G 30 S adalah Sukarno. Pendapat ini diusung oleh Anthony C.A. Dake, Hughes, dan Soerojo Beise, 2004:35. Pendapat ini dilandasi adanya motif yang menggambarkan Sukarno sebagai orang yang egoistis dan haus kekuasaan, sehingga ia ingin menghapuskan oposisi militer. Sedangkan Soerojo seperti dikutip Beise 2004 berpendapat bahwa Sukarno adalah seorang marxis yang ingin membangun komunisme di Indonesia. Pendapat lainnya adalah tentang teori chaos yang menyatakan bahwa pelaku dari peristiwa kudeta tersebut tidak hanya satu. Sukarno dalam Pengumuman Pelengkap Nawaksara di Istana Merdeka pada 10 Januari 1967, menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga unsur yang menyebabkan kudeta, yaitu 1 keblingeran pimpinan PKI Partai komunis Indonesia, 2 kelihaian subversi Nekolim neo-kolonialisme dan imperialisme, 3 memang adanya oknum-oknum yang “tidak benar” Sukarno, 1967: 257. Landasan teori chaos ini adalah bahwa situasi yang terjadi pada masa itu sangat rumit, dan petunjuk dari masing-masing teori memiliki posisi dan argumentasi yang kuat, sehingga ada keterkaitan antara satu faktor dan faktor lain. Pada KD tentang “menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia dalam upaya mengisi kemerdekaan”, kontroversi terkait dengan permasalahan pemerintahan Sukarno, seperti pertentangan antarpartai politik, permasalahan dekrit presiden, permasalahan pengangkatan presiden seumur hidup, konsep demokrasi terpimpin, keluarnya Indonesia dari PBB, konfrontasi dengan Malaysia, kosep tentang Nasakom, dan sebagainya. Pada kompetensi dasar tersebut dibahas pula tentang peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto. Pada proses peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto, terdapat sebuah dokumen yang penting dan menjadi kunci peristiwa tersebut, yakni Supersemar. Surat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan Supersemar, merupakan satu hal lagi yang sampai sekarang masih menjadi kontroversi dalam sejarah Indonesia. Hal itu disebabkan dokumen yang menjadi landasan kelahiran Orde Baru telah hilang secara misterius. Adapun isi dari Supersemar adalah diberikannya wewenang dari Presiden Sukarno kepada Soeharto untuk 1 mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannya Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi mandataris M.P.R.S, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi, 2 mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima angkatan- angkatan lain dengan sebaik-baiknja, 3 supaja melaporkan segala sesuatu jang bersangkut-paut dalam tugas dan tanggung djawab seperti tersebut di atas. Sumber: Baskara T. Wardaya, 2007: 301 Isi dalam Supersemar itu adalah memerintahkan kepada Soeharto untuk mengamankan Pancasila, mengamankan UUD 1945, menjaga stabilitas nasional dan menjaga keamanan Bung Karno. Akan tetapi dalam perkembangannya terjadi berbagai macam kontroversi tentang naskah asli Supersemar. Sampai sekarang ada tiga naskah Supersemar yang beredar, dua versi seperti yang terdapat dalam 30 Tahun Indonesia Merdeka Sekretariat Negara, 1985, di mana Supersemar hanya terdiri dari satu halaman, dan versi ketiga adalah seperti yang terdapat dalam biografi Jendral M. Yusuf, di mana naskah itu terdiri dari dua halaman Atmadji Sumarkidjo, 2006. Pada dasarnya isi dari ketiga naskah tersebut sama, hanya ada perbedaan dalam hal penulisan. Adanya tiga naskah Supersemar sangat membingungkan masyarakat. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah “manakah di antara ketiga naskah tersebut yang benar-benar asli?” Kontroversi lain yang berkembang seputar Supersemar selain otentisitas naskah adalah tentang proses keluarnya Supersemar dan dampak dari keluarnya Supersemar. Tentang proses keluarnya Supersemar, kontroversi yang bererdar adalah tentang pertanyaan- pertanyaan “apakah Sukarno mengeluarkan Supersemar dengan tanpa tekanan?”, “siapa pengetik Supersemar?” Baskara T. Wardaya, 2007: 20. Kemudian berkaitan dengan dampak sesudah Supersemar, beberapa kontroversi yang muncul adalah “bagaimana sebenarnya sifat dari Supersemar, apakah teknis atau politis?”, “apakah Supersemar bersifat sebagai transfer authority?” Baskara T. Wardaya, 2007:112. Kemudian pada SK “menganalisis perjuangan sejak Orde Baru sampai dengan masa reformasi” terdapat beberapa permasalahan kontroversial, seperti kebijakan pemerintah dalam merampingkan partai politik, peristiwa malari, otoritarianisme Soeharto, permasalahan korupsi, dan sebagainya. Kemudian terkait dengan peristiwa Reformasi ada permasalahan terkait dengan hubungan Habibie- Wiranto-Prabowo, dan sebagainya. Pada KD tentang “menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia pada masa reformasi” dapat diulas materi tentang pemerintahan Abdurrahman Wahid yang kontroversial dengan kebijakan-kebijakannya yang sering tak terduga. 6 Kelas XII IPA Pada kelas XII IPA, terdapat KD 1 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru; 2 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Reformasi; 3 Menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hubungannya dengan Perang Dunia II dan Perang Dingin; 4 Menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pada kelas XII IPA materinya seperti kelas XII IPS semester 1. Dengan demikian materi tentang kontroversi pada masa Orde Baru menjadi hal yang dapat diulas. Akan tetapi karena keterbatasan masalah waktu pembelajaran sejarah controversial menjadi terkendala. Kemudian pada KD tentang “Menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hubungannya dengan Perang Dunia II dan Perang Dingin” terdapat kontroversi tentang manfaat nuklir bagi masyarakat. 7 Kelas XII Bahasa Pada kelas XII Bahasa terdapat KD 1 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin; 2 Menganalisis pemerintahan dari Demokrasi Terpimpin sampai lahirnya Orde Baru; 3 Menganalisis perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga Demokrasi Terpimpin terutama dalam bidang bahasa dan karya sastra; 4 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru sampai dengan masa Reformasi; 5 Menganalisis perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak Orde Baru sampai dengan masa Reformasi terutama dalam bidang bahasa dan karya sastra. Dengan demikian secara umum materi kontroversial tidak berbeda dengan materi di kelas XII IPS, tetapi materi kontroversial tersebut terkendala masalah alokasi waktu. Kemudian pada kelas XII Bahasa terdapat pula materi kontroversial seperti dilarangnya karya sastra karangan seniman Lekra, seperti novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Sajian Data

a. Pemahaman Guru terhadap Critical Pedagogy sebagai Pendekatan

Pembelajaran Sejarah Kontroversial Critical pedagogy sebagai sebuah konsep yang dijalankan secara sistematis dan prosedural belum dikenal secara luas dalam praksis pendidikan dan pembelajararan di jalur formal di Indonesia. Selama ini perkembangan critical pedagogy baru pada jalur pendidikan nonformal dengan adanya pelatihan-pelatihan oleh LSM atau lembaga pendidikan lain bagi masyarakat. Oleh karena perkembangan critical pedagogy masih sangat terbatas di kalangan guru di sekolah, terjadi perbedaan pemahaman dalam melakukan penafsiran dan pemaknaan terhadap critical pedagogy dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah. Walaupun terkendala masalah keterbatasan pemahaman, bukan berarti critical pedagogy tidak bisa diterapkan sama sekali dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah kontroversial. Upaya untuk memahami critical pedagogy sebagai pendekatan dalam pembelajaran sejarah, khususnya sejarah kontroversial di kalangan guru sejarah dapat dilihat dari berbagai aspek yang terkandung dalam critical pedagogy . Pemahaman guru sejarah terhadap implementasi critical pedagogy dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran sejarah dapat diamati dalam beberapa aspek. Aspek pertama ditinjau dari pandangan umum guru sejarah terhadap tujuan mata pelajaran sejarah. Aspek kedua dilihat dari keterkaitan antara tujuan pendidikan sejarah di sekolah terkait dengan pengembangan kesadaran dan sikap kritis peserta didik. Aspek ketiga ditinjau dari tanggapan guru terhadap kontroversi sejarah. Aspek keempat ditinjau dari tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran, terutama terkait dengan metode, sumber belajar, dan media pendidikan yang digunakan. Aspek kelima ditinjau dari tanggapan guru terhadap pemanfaatan lingkungan dan situasi kekinian terhadap pembelajaran sejarah. Aspek keenam ditinjau dari peran pemerintah dalam pendidikan sejarah. Melalui pengamatan terhadap aspek tersebut dapat