28
keefektifan berbicara, hakikat berbicara ekspresif, hakikat teknik simulasi, simulasi sebagai teknik pembelajaran, penerapan pembelajaran berbicara ekspresif
dengan teknik simulasi, dan penilaian berbicara ekspresif dengan teknik simulasi tokoh idola.
2.2.1 Hakikat Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, atau perasaan Arsjad 1988:23. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian juncture. Jadi berbicara
dapat diartikan sebagai suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dengan mengkombinasikan gerakan-gerakan sebagai penunjang untuk menyampaikan
maksud dan tujuan. Berbicara lebih dari sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata saja tetapi harus disertai dengan aktivitas-aktivitas nonverbal.
Berbicara juga dimaknai sebagai alat untuk mengkomunikasikan gagasan- gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
pendengar atau penyimak Tarigan 1988:15. Berdasarkan batasan tersebut tersirat sebuah makna bahwa topik pembicaraan harus disesuaikan dengan pendengar.
Dengan kata lain, sebelum berbicara, pembicara harus memahami pendengar, dengan siapa ia berbicara, dan untuk kebutuhan apa ia berbicara. Dengan
demikian, gagasan yang disampaikan dapat diterima oleh penyimak. Kemudian Hendrikus 1991:14 berpendapat bahwa berbicara adalah
kegiatan mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok
29
orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, pembicara harus dapat mengkomunikasikan ide atau
gagasannya dengan baik. Gagasan tersebut disampaikan secara runtut, sistematis, dan logis.
Tarigan et al 1997:34 mendefinisikan berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Pesan tersebut akan diterima oleh
pendengar apabila disampaikan dengan nada yang runtut dan jelas. Isi pembicaraan yang runtut dan jelas membuat pendengar semakin mudah mencerna
maksud dan tujuan si pembicara. Dalam hal ini kemahiran berbicara tersebut tidak didapat begitu saja tanpa adanya keterampilan khusus.
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi Arsjad 1988:17. Agar dapat menyampaikan pembicaraan secara efektif, sebaiknya pembicara
betul-betul memahami isi pembicaraannya. Seorang pembicara berbicara karena ingin pikirannya dimiliki oleh orang lain. Karena itu si pembicara ingin disimak
dan ingin didengar. Seorang pembicara yang tidak didengar, tentulah merasa tidak senang dan hal ini dapat membuat seluruh kegiatan gagal. Hendaknya pendengar
bersedia memahami dan menganggap apa yang didengarnya sehingga timbul hubungan timbal balik yang aktif. Usaha menjadikan kegiatan berbicara ini
menjadi aktivitas kelas yang hidup tidak terlepas dari persyaratan adanya pendengar yang baik.
Ujaran speech biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru imitasi. Oleh karena itu contoh atau model yang disimak atau direkam oleh
penyimak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara. Berbicara
30
dengan menggunakan
alat-alat peraga
visual aids akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak, biasanya penyimak
akan mengikuti cara dan bahasa yang disimaknya. Ujaran sebagai salah satu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi
kehidupan-kehidupan individual. Dalam sistem inilah baik pembicara ataupun penyimak saling bertukar pendapat, gagasan, keinginan dengan bantuan lambang-
lambang yang disebut kata. Dengan berbicara, gagasan-gagasan yang disusun dapat dikomunikasikan serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
pendengar atau penyimak. Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara antara
lain: 1 membutuhkan paling sedikit dua orang,
2 mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, 3 menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum, merupakan
suatu pertukaran antara partisipan, 4 menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya dengan segera, 5 berhubungan atau berkaitan dengan masa kini,
6 hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran,
7 secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil Brooks dalam Tarigan
1988:17.
Dari berbagai pengertian itu dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang dapat mengkomunikasikan
ide, gagasan, pikiran, dan perasaan secara runtut, sistematis, dan logis. Dalam praktiknya, berbicara harus memperhatikan ekspresi yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan agar pendengar atau penyimak tidak salah menafsirkan informasi.
31
2.2.2 Faktor-Faktor Kebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara