49
materi itu, perlu dibimbing atau dirangsang orang lain terutama fasilitator maupun anggota lain dalam kelompok.
Tahap pelaksanaan di kelas dirumuskan Depdiknas 2008:24-25 menjadi empat tahapan. Keempat tahapan tersebut adalah 1 simulasi mulai dimainkan
oleh kelompok pemeran, 2 siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, 3 guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan,
dan 4 simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika dalam diri individu
siswa terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya melalui sebuah proses yang disebut
dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri secara
keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik.
2.2.7 Penilaian Berbicara Ekspresif dengan Teknik Simulasi Tokoh Idola
Penilaian adalah usaha menentukan kadar keberhasilan. Dalam hal ini, kadar keberhasilan yang akan ditentukan adalah kadar keberhasilan pembelajaran,
yang meliputi pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa dari proses pembelajaran tersebut.
Agar tujuan penilaian tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik pengalaman belajar yang dilalui.
50
Penentuan kadar
keberhasilan siswa
dalam proses
pembelajaran keterampilan berbicara ekspresif menggunakan dua jenis penilaian, yakni
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang aspek afektif yang terjadi pada diri
siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun respons siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil menggunakan alat penilaian
tes yakni penilaian saat siswa memerankan tokoh yang mereka idolakan, apakah sesuai dan menggunakan ekspresi yang tepat ataupun tidak.
Teknik simulasi tokoh idola dalam hal ini dilakukan dengan cara siswa mencontoh gaya bicara tokoh yang diidolakan melalui cara memerankannya,
tentunya dengan memperhatikan mimik, gestur, lafal, tekanan serta intonasi yang digunakan oleh tokoh tersebut. Penilaian yang digunakan adalah dengan
membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, satu kelompok beranggotakan 6-7 siswa. Masing-masing siswa kemudian memerankan tokoh yang diidolakan
bersama dengan teman-teman kelompoknya. Skenario yang mereka perankan dibuat oleh peneliti. Skenario tersebut kemudian diperankan siswa sesuai dengan
perannya menjadi tokoh yang diidolakan. Setelah berlatih dengan kelompoknya, masing-masing kelompok kemudian menampilkan skenario tersebut di depan
kelas. Peneliti bertugas menilai penampilan masing-masing siswa dengan rambu- rambu penilaian yang telah ditentukan.
51
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan pengamatan, kemampuan siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Mayong Jepara dalam berbicara ekspresif masih rendah. Faktor penyebab belum
optimalnya kemampuan
berbicara ekspresif
pada siswa
adalah teknik
pembelajaran yang masih bersifat klasikal, yakni pemilihan teknik pembelajaran yang tidak didasarkan atas identifikasi terhadap kemampuan siswa, karakteristik
siswa, keadaan siswa, dan keinginan siswa, sehingga teknik pembelajaran yang dipilih seringkali tidak tepat. Pemilihan teknik pembelajaran yang tidak tepat ini
membuat siswa tidak mampu mengikuti pembelajaran kemampuan keterampilan berbicara ekspresif yang dilakukan. Seringkali siswa pasif dalam mengikuti
pembelajaran tersebut. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, dicobakan salah satu
teknik pembelajaran berbicara yang diduga akan dapat menumbuhkan semangat dan meningkatkan keterampilan berbicara ekspresif siswa adalah dengan
penggunaan teknik simulasi tokoh idola. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas VII SMP, pemilihan teknik yang tepat adalah teknik yang dapat membuat anak
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat ditempuh agar anak tertarik untuk aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan
penerapan teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Setelah merasa tertarik dengan teknik tersebut, maka siswa akan lebih mudah menguasai
kompetensi yang diharapkan. Dalam kegiatan berbicara ekspresif, siswa diminta untuk menampilkan
ekspresi yang tepat saat berbicara. Ekspresi tersebut dapat ditunjukkan dengan