1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pilar utama kehidupan. Pelaksanaan proses pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan umat manusia hingga
saat ini. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh seberapa baik bangsa tersebut menghasilkan potensi sumber daya manusia yang bermutu melalui
penyelenggaraan pendidikannya. Syaiful Sagala 2010: 1 mengemukakan definisi pendidikan dalam arti
sempit dan arti luas. Pendidikan, dalam arti sempit, merupakan proses dimana masyarakat,
melalui lembaga-lembaga
pendidikan, dengan
sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mendorong dan mengarahkan peserta
didik dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan, dalam arti luas, merujuk pada semua usaha yang diberikan oleh orang dewasa untuk
memberi pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat mencapai kedewasaan serta dapat menyiapkan hidupnya secara mandiri baik jasmani,
rohani, mental, spiritual, maupun sosial. Kedewasaan inilah yang akan menjadi bekal bagi peserta didik untuk menjalani hidup di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, dalam kondisi ideal, pendidikan dituntut mampu memfasilitasi semua aspek kepribadian peserta didik agar senantiasa
berkembang ke arah kedewasaan yang dimaksud. Secara lebih rinci, Dwi Siswoyo 2009: 16 mendefinisikan kedewasaan
sebagai kemampuan untuk menetapkan pilihan atau keputusan yang disertai
2
dengan kesadaran untuk mempertanggungjawabkannya secara mandiri oleh peserta didik. Pilihan atau keputusan yang telah ditetapkan secara mandiri
oleh peserta didik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sehari-hari. Gardner 2013: 7
menyempurnakan definisi mengenai kedewasaan dengan istilah kecerdasan sebagai kemampuan dan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan
dan menciptakan karya-karya baru yang bernilai bagi masyarakat dan lingkungan.
Sri Widayati dan Utami Widijati 2008: 6 menyebutkan 9 macam kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik berdasarkan pemikiran dan
penelitian Gardner pada tahun 1983. Kecerdasan-kecerdasan itu bersifat majemuk karena sifatnya yang berbeda-beda namun saling berkaitan satu
sama lain. Kesembilan kecerdasan tersebut adalah logis matematis, verbal linguistik, visual spasial, musikal, kinestetis, naturalis, interpersonal,
intrapersonal dan eksistensial. Ada kemungkinan masih terdapat banyak kecerdasan lain yang belum diteliti. Semua peserta didik memiliki kesembilan
kecerdasan tersebut dalam kadar dan tingkat yang berbeda satu sama lain. Kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik, apabila
dikembangkan secara optimal baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah, akan memberi banyak manfaat terhadap keterampilan
mereka dalam menyelesaikan permasalahan diri sendiri maupun masyarakat nantinya. Keterampilan tersebut merupakan salah satu faktor kesuksesan
peserta didik di masa depan. Paul Suparno 2004: 12 mengungkapkan bahwa
3
kecerdasan logis matematis dan verbal linguistik yang selama ini menjadi acuan dalam pengukuran tes Intelligence Quotient IQ bukanlah satu-satunya
penentu kesuksesan seseorang di masa yang akan datang. Peserta didik dengan nilai tinggi belum tentu sukses dalam hidupnya jika tidak diimbangi
dengan kecerdasan lain, seperti kemampuan memotivasi diri intrapersonal dan membina hubungan dengan orang lain interpersonal.
Salah satu upaya untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik adalah melalui pembelajaran di kelas sehari-hari. Pembelajaran tidak hanya terbatas
dalam ruang kelas saja, akan tetapi dalam segala lingkungan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan berbagai pengalaman belajar.
Pembelajaran yang ideal diawali dengan kesiapan pendidik untuk mengenal karakteristik peserta didik, seperti latar belakang kecenderungan kecerdasan
yang mereka miliki. Pengenalan tersebut, menjadi landasan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan
yang dimiliki peserta didik. Apabila gaya mengajar pendidik telah sesuai dengan gaya belajar peserta didik, maka tujuan pembelajaran yang tersirat
melalui hasil belajar dapat tercapai dengan optimal. Hal ini didukung oleh Munif Chatib 2012: 108 yang menyebutkan bahwa inti dari pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk adalah bagaimana seorang pendidik mengemas gaya mengajar agar mudah dipahami peserta didik, yaitu dengan pengenalan
jenis kecerdasan mereka miliki. Munif Chatib 2009: 108 menguraikan bahwa pelaksanaan pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk ditunjukkan dengan penggunaan strategi
4
pembelajaran oleh pendidik yang didasarkan pada kecenderungan kecerdasan majemuk peserta didik. Hal tersebut dapat diketahui dari Multiple Intelligence
Research MIR yang dilakukan pada saat penerimaan siswa baru. Riset tersebut menunjukkan bahwa setiap peserta didik cerdas di bidangnya
masing-masing. Namun, Paul Suparno 2004: 59 menyebutkan bahwa ada baiknya sejak awal peserta didik mencoba berbagai macam gaya belajar.
Langkah ini bertujuan untuk menstimulasi peserta didik menemukan gaya belajar yang cocok sesuai dengan kecerdasannya. Pendidik yang berperan
sebagai fasilitator, memberi stimulasi tersebut dengan penggunaan metode mengajar yang variatif di setiap pertemuannya. Pembelajaran ini dapat
menjadi rekomendasi bagi perkembangan peserta didik di kelas yang lebih tinggi.
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan mata pelajaran yang sesuai untuk dilaksanakan proses pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Hal
ini dikarenakan tujuan dari pembelajaran IPS seperti diungkapkan oleh Kosasih Akhmad Sudrajat, 2011 yaitu mengembangkan kepekaan terhadap
kondisi sosial dan keterampilan dalam menyelesaikan segala permasalahan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk. Pokok bahasan IPS secara khusus mencakup beberapa kecerdasan, diantaranya logis matematis pemecahan masalah, interpersonal
hubungan dengan orang lain, naturalistik kepedulian dengan lingkungan, eksistensial keberadaan peserta didik di tengah masyarakat dan
intrapersonal kesadaran diri. Kecerdasan-kecerdasan lain seperti visual
5
spasial, kinestetik, verbal linguistik, dan musikal juga dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran IPS namun umumnya tidak berkaitan secara
langsung dengan pokok bahasan. Pembelajaran yang selama ini berjalan umumnya masih menggunakan
satu metode yang relatif sama di setiap pertemuannya. Terlebih pada mata pelajaran IPS yang memiliki banyak uraian pokok bahasan. Alokasi waktu
sering tidak cukup untuk menyampaikan semua materi kepada peserta didik sehingga pendidik memilih metode yang praktis untuk menyelesaikan semua
materi pelajaran IPS. Beberapa metode yang biasanya dipilih adalah merangkum, diskusi, dan pemberian tugas. Selain itu, banyak pendidik di SD
yang belum memahami pentingnya menerapkan konsep kecerdasan majemuk sebagai strategi penyampaian materi pada mata pelajaran IPS.
Sekolah Dasar Negeri SDN 4 Wates sebagai sekolah yang memiliki komitmen untuk terus berkembang menjadi sekolah unggulan dengan cara
mengembangkan inovasi pembelajaran agar metode yang digunakan pendidik di dalam kelas tidak monoton. Salah satu program yang pernah dilaksanakan
oleh pihak sekolah adalah pendelegasian dua orang pendidik untuk mengikuti program Bridge Indonesia-Australia, yaitu program yang mempertemukan
pendidik Indonesia dengan pendidik Australia untuk saling bertukar informasi tentang metode pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pendidik yang mengikuti program pendelegasian tersebut, yaitu ibu Arni Setyaningsih wali
kelas IV B pada tanggal 23 April 2013, pendelegasian tersebut memberikan
6
banyak pengetahuan dan pengalaman bagi beliau, terutama dalam penggunaan metode pembelajaran. Pendidik di Australia selalu berupaya
menggunakan metode pembelajaran yang kreatif. Hal tersebut memotivasi beliau untuk melakukan hal serupa di tempat beliau mengajar kini, khususnya
pada mata pelajaran IPS yang bersifat konseptual. Metode yang sering digunakan pada pembelajaran IPS di kelas IV B
adalah diskusi berkelompok yang diselingi dengan aktivitas fisik di luar ruangan dan metode games yang menarik bagi peserta didik. Metode-metode
tersebut dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal, kinestetik, verbal linguistik, dan logis matematis. Jenis kecerdasan majemuk lain, yaitu
naturalistik, musikal, eksistensial, intrapersonal, dan visual spasial belum terlihat dikembangkan dalam kegiatan inti pembelajaran. Kecerdasan-
kecerdasan tersebut hanya diselipkan di tengah pembelajaran dalam bentuk penyampaian pesan moral dan yel penyemangat, padahal kecerdasan-
kecerdasan tersebut terutama naturalistik dan eksistensial berhubungan erat dengan lingkungan dan masyarakat yang menjadi pokok bahasan IPS.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK KELAS IV B SEKOLAH DASAR NEGERI 4 WATES,
KULON PROGO” pada Standar Kompetensi SK Mengenal Sumber Daya Alam, Kegiatan Ekonomi, Dan Kemajuan Teknologi
Di Lingkungan KabupatenKota dan Propinsi serta Kompetensi Dasar KD Mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya, untuk mengetahui secara lebih
7
mendalam terkait pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV B SDN 4 Wates.
B. Identifikasi Masalah