Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk Kecerdasan Majemuk

11 menyelesaikan permasalahan atau menciptakan produk karya baru yang berharga bagi kebudayaan tertentu Definisi yang dikemukakan oleh Gardner di atas menunjukkan bahwa sifat kecerdasan dalam diri manusia beraneka ragam atau bersifat majemuk seiring dengan beragamnya pula permasalahan yang dialami dalam kehidupan. Pendapat ini didukung oleh Munif Chatib 2012: 75 yang mengemukakan bahwa kecerdasan dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya bahasa dan logika saja. Berdasarkan uraian mengenai istilah kecerdasan majemuk di atas, maka diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk adalah beberapa kemampuan dan keterampilan yang saling terkait untuk mengarahkan segala pikiran dan tindakan guna menghadapi lingkungan dan menyelesaikan permasalahan secara efektif serta menciptakan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mengamati penerapan konsep kecerdasan majemuk tersebut dalam proses pembelajaran IPS di kelas IV B SDN 4 Wates.

2. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk

Gardner dalam Munif Chatib 2012: 79 menyebutkan bahwa di dalam otak manusia setidaknya terdapat sembilan macam kecerdasan yang telah disepakati. Kecerdasan ini tidak bersifat mutlak dan masih akan mungkin berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Kecerdasan-kecerdasan itu meliputi: 12 a. Kecerdasan verbal linguistik Kecerdasan verbal linguitik merupakan kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam berpikir dan berkomunikasi melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Paul Suparno 2004: 26 mendefinisikan kecerdasan verbal linguistik sebagai kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara oral lisan maupun tertulis. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang paling mudah dikenali pada peserta didik karena kemampuan berkomunikasi dan menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan kata-kata merupakan kemampuan yang dominan dikembangkan dalam kelas. Lebih lanjut, Amstrong 2002: 11 mengemukakan ciri kecerdasan verbal linguistik dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Senang membaca buku dalam segala situasi. 2 Lebih mudah memahami materi dengan cara mendengarkan. 3 Senang mengarang cerita khayal atau menceritakan lelucon pada teman-teman. 4 Tidak mengalami banyak kesulitan dalam memainkan permainan kata, seperti teka-teki silang atau tebak kata. 5 Memperlihatkan ketertarikan pada aktivitas berpantun atau berpuisi. 6 Unggul pada mata pelajaran bahasa. 13 7 Saat menaiki kendaraan di jalan raya, lebih senang membaca papan petunjuk di pinggir jalan daripada memperhatikan pemandangan. 8 Senang bila ada tugas mengarang dan bisa menyelesaikannya dengan baik. 9 Dapat menjelaskan materi pelajaran kepada teman dengan bahasa yang mudah dipahami. 10 Bercita-cita menjadi seorang penulis novel, pembawa acara, atau wartawan. Selain keterampilan dalam berkomunikasi, Amstrong 2002: 20 juga mengemukakan 4 komponen kecerdasan verbal linguistik yang berkaitan dengan kemampuan kebahasaan. Pendidik dapat melihat apakah peserta didik menguasai komponen-komponen tersebut secara lebih khusus dalam mata pelajaran bahasa. Keempat komponen tersebut, antara lain: 1 Fonologi kepekaan terhadap irama bunyi pada kata-kata 2 Sintaksis struktur dan susunan kalimat 3 Semantik pemahaman terhadap makna kata 4 Pragmatik kemampuan berbahasa untuk mencapai sasaran praktis Lwin 2003: 13 mengemukakan pengaruh kecerdasan linguistik bagi peserta didik, antara lain: 1 Meningkatkan keterampilan memahami makna pada suatu bacaan. 14 2 Meningkatkan keterampilan menyusun ide dan gagasan secara efektif dalam bentuk tulisan. 3 Meningkatkan keterampilan berkomunikasi guna menjalin hubungan dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi-situasi yang bersifat resmi, seperti pidato pada sebuah acara di sekolah. 4 Meningkatkan keterampilan memberi tanggapan yang efektif dalam sebuah pembicaraan. b. Kecerdasan visual spasial Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan dalam membentuk persepsi berdasarkan aspek visual penglihatan dan spasial keruangan. Dalam id.wikipedia.org, istilah persepsi didefinisikan sebagai usaha menginterpretasikan kesan yang ditangkap oleh panca indera guna memahami makna pada lingkungan sekitar. Amstrong 2002: 38 mendefinisikan kecerdasan visual spasial sebagai kemampuan untuk menangkap makna dari segala sesuatu yang dilihat atau diraba dan mewujudkannya kembali dalam bentuk karya dua atau tiga dimensi. Peserta didik dengan kecerdasan visual spasial yang tinggi terlihat dari antusiasme saat menggambar atau aktivitas seni rupa lainnya. Selain itu, kecerdasan visual spasial peserta didik juga terlihat dari pandangan mereka terhadap tata letak ruang kelas maupun detail visual lain yang sering terlewatkan oleh sebagian besar orang. 15 Lebih lanjut, Amstrong 2002: 12 mengemukakan ciri kecerdasan visual spasial dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Senang berimajinasi dengan tokoh kartun yang diminati dan mampu memberikan gambaran visual yang jelas saat menceritakannya. 2 Mudah membaca peta atau diagram. 3 Mampu menggambar sama persis dengan wujud aslinya. 4 Tidak mengalami banyak kesulitan saat memainkan puzzle, rubik, atau permainan mencari persamaan dan perbedaan dua gambar. 5 Senang melihat film, slide, foto, atau karya seni rupa lainnya. 6 Bercita-cita menjadi seorang pelukis, fotografer, atau arsitek. 7 Senang mencorat-coret atau memberi warna stabillo pada catatan. 8 Lebih memahami bacaan ensiklopedi anak atau bacaan bergambar lainnya daripada novel, surat kabar, atau bacaan yang jarang terdapat gambar-gambar. 9 Lebih senang melihat televisi daripada mendengarkan radio. 10 Unggul pada mata pelajaran seni rupa. Lwin 2003: 75 mengemukakan pengaruh kecerdasan visual spasial bagi peserta didik, antara lain: 1 Meningkatkan keterampilan melihat hal-hal di lingkungan sekitar secara detail, kemudian membangun imajinasi dalam pikiran sehingga peserta didik menjadi pribadi kreatif. 16 2 Meningkatkan daya ingat karena adanya proses asosiasi objek yang dilihat dengan benda lain di sekitar. 3 Meningkatkan keterampilan menggunakan gambaran visual dalam pikiran sehingga memudahkan peserta didik dalam memecahkan masalah. c. Kecerdasan musikal Lwin 2003: 135 mendefinisikan kecerdasan musikal sebagai kemampuan untuk menyimpan nada dalam benak, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Peserta didik dengan kecerdasan musikal yang tinggi biasanya ditandai kemampuan bernyanyi dan memainkan alat musik sederhana dengan baik. Secara lebih rinci, Amstrong 2002: 14 mengemukakan ciri kecerdasan musikal dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Jika bernyanyi, suara terbilang merdu. 2 Dapat membedakan mana nada yang benar dan mana nada yang fals. 3 Sering mendengarkan musik atau menonton acara-acara musik di televisi 4 Sering menggumamkan nada lagu yang sedang banyak diputar di radio atau televisi. 5 Mudah mengikuti irama yang dimainkan dengan alat musik perkusi sederhana. 6 Dapat memainkan minimal satu alat musik. 17 7 Mudah menghafal materi pelajaran jika dihubungkan dengan lagu atau musik. 8 Senang bermain tebak judul lagu. 9 Unggul pada mata pelajaran seni musik. 10 Bercita-cita menjadi seorang penyanyi atau musisi. Lwin 2003: 137 mengemukakan pengaruh kecerdasan musikal bagi peserta didik, antara lain: 1 Sebagai sarana untuk memicu kreativitas dalam segala hal, termasuk penyelesaian suatu masalah. 2 Merupakan alat pembelajaran yang efektif bila dikaitkan dengan materi pelajaran yang bersifat konseptual. 3 Meningkatkan daya ingat melaui asosiasi materi pada lagu yang sudah akrab di telinga peserta didik. 4 Memicu berkembangnya kecerdasan lain, misalnya dengan belajar menciptakan sebuah lagu peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan verbal linguistiknya. 5 Sebagai sarana terapi untuk menenangkan hati dan pikiran. 6 Kepekaan terhadap irama dapat memudahkan peserta didik dalam mempelajari berbagai instrumen musik. d. Kecerdasan kinestetik Lwin 2003: 135 mendefinisikan kecerdasan kinestetik sebagai kemampuan dalam mengorganisasi gerak anggota tubuh dengan pikiran secara serentak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 18 Peserta didik dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi cenderung lebih aktif dibanding peserta didik lainnya. Amstrong 2002: 13 mengemukakan ciri kecerdasan kinestetik dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Senang berolahraga dan melakukan salah satu jenis olahraga secara teratur. 2 Tidak betah duduk diam terlalu lama dalam kelas, bila pendidik membawa alat peraga maka peserta didik akan langsung maju ke depan dan menyentuhnya. 3 Lebih senang merakit mainan dan membuat kerajinan daripada membaca dan menulis. 4 Sering menghabiskan waktu istirahat dengan bermain-main di luar kelas atau lapangan. 5 Senang menaiki wahana permainan yang menegangkan, seperti halilintar atau tornado. 6 Lebih mudah memahami materi pelajaran jika dipraktekkan secara langsung. 7 Dapat menari dengan baik. 8 Lebih senang kegiatan outbond atau berkemah daripada belajar di dalam kelas. 9 Bercita-cita menjadi seorang penari, atlet, atau guru olahraga. 10 Senang dan pandai menirukan gerakan orang lain. 19 Lwin 2003: 169 mengemukakan pengaruh kecerdasan musikal bagi peserta didik, antara lain: 1 Meningkatkan keterampilan motorik anggota tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas fisik seperti menari, olah raga, memperbaiki perkakas atau membuat kerajinan tangan. 2 Meningkatkan keterampilan sosial melalui pembawaan diri yang aktif. 3 Membangun rasa percaya diri karena memiliki fungsi gerak anggota tubuh yang baik. Amstrong 2002: 70 menyebutkan 8 jenis kemahiran jasmani yang sebaiknya dimiliki peserta didik, yaitu: 1 Kekuatan 2 Daya tahan 3 Keluwesan 4 Keseimbangan 5 Kelincahan 6 Kepandaian berekspresi 7 Koordinasi tubuh 8 Refleks anggota tubuh e. Kecerdasan naturalistik Amstrong 2002: 212 mendefinisikan kecerdasan naturalistik sebagai kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan flora dan fauna dalam lingkungan. Peserta didik dengan kecerdasan naturalistik 20 yang tinggi umumnya memiliki ketertarikan pada tanaman dan binatang yang ada di taman sekolah lebih dari peserta didik lainnya. Lebih lanjut, Amstrong 2002: 214 mengemukakan ciri kecerdasan naturalistik dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Senang mengikuti jejak kaki binatang, seperti ayam atau bebek. 2 Senang mengoleksi serangga, atau daun-daunan kering. 3 Senang bermain di pekarangan atau kebun. 4 Lebih menyenangi mata pelajaran IPA daripada mata pelajaran lainnya. 5 Bercita-cita menjadi dokter hewan, ahli tumbuhan, atau penjaga hutan. 6 Senang mengamati gejala-gejala alam, seperti hujan, matahari terbit dan terbenam, atau air mengalir di sungai. 7 Memiliki binatang peliharaan atau tumbuhan yang dirawat secara teratur. 8 Mengetahui macam-macam spesies binatang atau tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar. 9 Senang membaca buku-buku tentang alam atau menonton acara di televisi yang membahas tentang kekayaan alam Indonesia. 10 Lebih senang bertamasya ke pantai, pegunungan, atau kebun binatang daripada berbelanja di pasar atau mengunjungi museum peninggalan sejarah. 21 f. Kecerdasan interpersonal Lwin 2003: 197 mendefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain atas dasar pemahaman dan tanggapan yang tepat terhadap maksud dan perasaan orang lain. Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi mudah dikenali karena selalu dikelilingi oleh teman yang banyak dalam kesehariannya. Lebih lanjut, Amstrong 2002: 14 mengemukakan ciri kecerdasan interpersonal dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Senang melakukan permainan beregu seperti kasti atau sepak bola. 2 Mempunyai banyak teman di kelas dan di rumah. 3 Lebih senang bermain bersama teman saat istirahat daripada sendirian. 4 Senang menolong orang lain. 5 Tidak memilih-milih teman. 6 Bila ada teman yang bertengkar, ingin sekali mendamaikan. 7 Lebih mudah memahami materi pelajaran bila dipelajari bersama- sama kelompok daripada sendiri. 8 Mudah mendapat teman baru jika pindah ke sekolah lain atau ada teman yang pindah dari sekolah lain. 9 Bercita-cita menjadi direktur atau manajer suatu perusahaan. 10 Mudah mengungkapkan apa yang dirasakan pada orang lain. 22 Lwin 2003: 198 mengemukakan pengaruh kecerdasan interpersonal bagi peserta didik, antara lain: 1 Mudah menyesuaikan diri meski berada dalam lingkungan baru. 2 Mudah bekerja sama dengan orang lain sehingga akan memperolah keberhasilan dalam aktivitas yang bersifat kelompok. 3 Bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat menyeimbangkan kesehatan jasmani dan rohani. g. Kecerdasan intrapersonal Lwin 2003: 233 mendefinisikan kecerdasan intrapersonal sebagai kemampuan dalam memahami diri dan bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang diambil secara mandiri. Peserta didik dengan keunggulan pada kecerdasan intrapersonal dapat ditandai dengan kebiasaannya menyendiri dan sering merenung. Lebih lanjut, Amstrong 2002: 15 mengemukakan ciri kecerdasan intrapersonal dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Sering menghabiskan waktu istirahat dengan duduk menyendiri dan asyik dengan aktivitasnya sendiri. 2 Senang menulis buku harian. 3 Memiliki hobi atau kebiasaan yang hanya diketahui sendiri. 4 Sering merenungi peristiwa yang baru saja dialami dan belajar dari kesalahan masa lalu. 5 Memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain dan mampu mempertahankannya. 23 6 Bercita-cita ingin menjadi seorang psikolog atau wirausaha. 7 Mengerti kelebihan dan kelemahan diri. 8 Lebih mudah memahami materi pelajaran jika dipelajari sendiri. 9 Senang melakukan permainan yang dilakukan seorang diri untuk mengembangkan kemampuan berpikir. 10 Mandiri dalam melakukan tugas yang diberikan pendidik. Lwin 2003: 234 mengemukakan pengaruh kecerdasan interpersonal bagi peserta didik, antara lain 1 Menjaga kestabilan emosi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hidup. 2 Mengarahkan emosi-emosi negatif seperti sedih dan kecewa menjadi emosi positif seperti memaafkan dan bersemangat. 3 Meningkatkan kemampuan memotivasi diri sendiri. 4 Mampu bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang diambil secara mandiri. 5 Meningkatkan konsep diri sehingga mampu melihat kelebihan dan kelemahan diri secara seimbang. h. Kecerdasan logis matematis Lwin 2003: 233 mendefinisikan kecerdasan logis matematis sebagai kemampuan untuk memahami konsep bilangan dan pola serta berpikir secara logis dan ilmiah. Peserta didik yang unggul pada kecerdasan logis matematis dapat ditandai dengan prestasi yang baik pada mata pelajaran eksak seperti matematika dan IPA. Lebih lanjut, 24 Amstrong 2002: 12 mengemukakan ciri kecerdasan logis matematis dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sebagai berikut: 1 Dapat menyelesaikan soal-soal perhitungan dengan mudah dan cepat. 2 Lebih senang pada mata pelajaran eksak seperti matematika dan IPA dibanding mata pelajaran non eksak seperti IPS, Bahasa Indonesia, dan PKn. 3 Senang melakukan permainan logika, seperti catur atau game yang ada di komputer. 4 Senang melakukan percobaan kecil di rumah. 5 Menaruh minat pada perkembangan sains dan teknologi terbaru. 6 Mudah memahami materi jika disampaikan dalam metode eksperimen atau problem solving. 7 Bercita-cita menjadi ilmuwan, insinyur, atau dokter. 8 Senang mencatat dengan rapi dan teratur. 9 Sering mencari tahu sebab dan akibat suatu peristiwa secara logis. 10 Sering menggunakan simbol abstrak untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat konkrit. Lwin 2003: 234 mengemukakan pengaruh kecerdasan logis matematis bagi peserta didik, antara lain 1 Meningkatkan keterampilan menemukan pola dan hubungan dalam suatu percobaan maupun peristiwa yang dialami sehari- hari. 25 2 Meningkatkan keterampilan pemahaman terhadap konsep bilangan dan pemanfaatannya dalam kehidupan. 3 Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dengan analisis yang sistematis. 4 Meningkatkan keterampilan mengelompokkan berbagai hal sesuai kategori yang telah ditentukan. 5 Meningkatkan keterampilan daya ingat, terutama pada hal-hal yang bersifat matematis atau eksak. i. Kecerdasan eksistensial Amstrong 2002: 218 mendefinisikan kecerdasan eksistensial sebagai kemampuan untuk memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan. Peserta didik dengan kecerdasan eksistensial yang tinggi dapat ditandai dari intensitas ia mengajukan pertanyaan-pertany aan yang berkaitan dengan kehidupan, seperti “Dari mana asal kita? Mengapa adik bayi bisa lahir?”. Peserta didik tersebut terlihat menikmati acara-acara keagamaan. Kecerdasan ini akan berkembang di usia dewasa. Seseorang yang memiliki kecerdasan eksistensial baik di usia dewasa akan menjadi pribadi yang tenang dan senantiasa memiliki arah dalam hidupnya. Meskipun, pada hakikatnya peserta didik memiliki semua kecerdasan tersebut, akan tetapi mereka tetap memiliki kecenderungan pada beberapa jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut yang membuat peserta didik unggul dalam bidang tertentu pula. 26

B. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk