122
5 Penilaian
Penilaian yang tertera dalam RPP 6 adalah jenis penilaian tes tertulis proses dan akhir pembelajaran dengan 3 butir soal serta
penilaian afektif yang terdiri dari aspek keberanian, keaktifan, dan gagasanide. Penilaian tersebut mencakup ranah kognitif dan
afektif, belum memfasilitasi penilaian pada ranah psikomotor. Pada pelaksanaannya, pendidik menggunakan LKS yang berisi ilustrasi
cerita dan penjelasan yang ditulis dalam bagan bentuk bangun datar.
C. Pembahasan
1. Pengenalan terhadap Kecerdasan Majemuk Peserta didik
Paul Suparno 2004: 79 mengemukakan langkah pertama yang harus ditempuh pendidik dalam menerapkan pembelajaran berbasis kecerdasan
majemuk adalah mengenal karakteristik peserta didik, utamanya pada jenis kecerdasan mana mereka unggul. Pengenalan ini dapat dilakukan
dengan menggunakan tes, percobaan aplikasi kecerdasan majemuk di kelas, observasi di dalam kelas, observasi di luar kelas, dan portofolio
peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian, pendidik mengungkapkan bahwa ia
telah mengenal karakteristik peserta didik kelas IV B. Salah satu cara mengenal karakteristik peserta didik yang ditempuh oleh pendidik kelas
IV B adalah melalui kebiasaan memanggil nama peserta didik satu per satu untuk dimintai tanggapan dan pendapat, atau sekedar diberi tugas-
123
tugas sederhana, seperti menempelkan kertas, mengambil spidol, mengambil LKS, dan membagikan buku evaluasi pada teman-teman
sekelas. Pendidik dapat mengamati perkembangan karakteristik peserta didik melalui respon yang diberikan saat namanya dipanggil. Apakah dia
sudah mampu berpendapat, apakah dia sudah mampu menyelesaikan tugas dengan cepat, apakah dia sudah memahami materi dengan baik,
apakah dia sudah bisa berbicara dengan santun, apakah dia sudah mulai berkata jujur, dan sebagainya.
Salah satu manfaat yang diperoleh oleh pendidik dari pengenalan terhadap karakteristik peserta didik adalah pemilihan metode dalam
penyampaian materi yang dirasa dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik. Karakteristik peserta didik kelas IV B yang seru dan
bersemangat membuat
pendidik sering
menggunakan strategi
penyampaian materi melalui kegiatan diskusi kelompok, permainan mengisi LKS, serta penggunaan yel-yel semangat di sela-sela kegiatan
berpikir. Namun, pendidik belum mengungkapkan secara lebih khusus tentang pengenalan terhadap kecenderungan kecerdasan majemuk peserta
didik kelas IV B meskipun pendidik telah memahami hakikat dari konsep kecerdasan majemuk itu sendiri.
Pendidik memandang bahwa skor Intelligence Quotient IQ yang diperoleh melalui tes, bukanlah pedoman yang mutlak untuk mengetahui
tingkat kecerdasan
peserta didik.
Kecerdasan dibentuk
dan dikembangkan melalui pembiasaan, pelatihan, dan daya dukung dari
124
lingkungan sekitar, seperti keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pendidik selalu menganggap setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan jika
pendidik dan orang-orang yang ada di sekitarnya bersedia membimbing dan mengarahkan.
Pada setiap pertemuan, pendidik senantiasa memberi kesempatan yang sama pada semua peserta didik untuk meraih poin nilai sebanyak
mungkin. Nilai ditambahkan melalui berbagai cara, diantaranya cepat dalam mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan, disiplin dalam
membawa penugasan, keberanian mengungkapkan pendapat, kerja sama dalam kelompok, serta poin tambahan bagi peserta didik yang dapat
mengajari atau membantu teman yang belum memahami materi. Adanya poin nilai itu menambah motivasi peserta didik untuk aktif dalam
pembelajaran. Hal ini menunjukkan pendidik menghargai apapun kemajuan dan potensi peserta didik dengan penguatan berupa poin nilai.
Karakteristik umum peserta didik kelas IV B yang telah dikenali oleh pendidik melalui interaksi sehari-hari baik di dalam maupun luar
pembelajaran, tentu belum cukup untuk mengungkap kecenderungan kecerdasan majemuk peserta didik. Pendidik belum pernah melaksanakan
tes khusus kecerdasan majemuk, begitu pula pihak sekolah. Pada saat penerimaan peserta didik baru, pihak sekolah hanya melakukan tes IQ
yang menunjukkan apakah IQ seorang peserta didik tergolong superior, di atas rata-rata, di bawah rata-rata, atau retardasi mental. Aspek
psikologis yang tercantum dalam hasil tes tersebut hanya memuat
125
kemampuan visual motorik, sosial emosi, dan motivasi berprestasi. Hal ini tentu belum dapat memperlihatkan kecenderungan kecerdasan
majemuk peserta didik. Selain belum melaksanakan tes kecenderungan kecerdasan majemuk,
pendidik juga tidak secara khusus mengungkapkan bahwa beliau telah melakukan pengenalan terhadap kecerdasan majemuk peserta didik kelas
IV B, baik melalui percobaan aplikasi kecerdasan majemuk di kelas, observasi di dalam kelas, observasi di luar kelas, maupun portofolio
peserta didik. Bagi pendidik, cukup dengan mengenali perkembangan peserta didik dari pertemuan ke pertemuan, pendidik dapat mengenali
kemajuan belajar peserta didik. Mengenai kecerdasan yang menonjol pada peserta didik tertentu, pendidik berusaha untuk mendorong mereka
dalam upaya pengembangan potensi melalui kegiatan di luar pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidik belum melakukan pengenalan terhadap kecenderungan kecerdasan majemuk
peserta didik, baik melalui tes, percobaan aplikasi kecerdasan majemuk di kelas, observasi di dalam kelas, observasi di luar kelas, maupun
portofolio peserta didik. Pendidik baru melakukan pengenalan terhadap karakteristik peserta didik secara umum. Berbekal pengenalan tersebut,
pendidik dapat merancang pembelajaran IPS yang aktif dan menyenangkan. Namun, pembelajaran IPS yang aktif dan menyenangkan
saja belum cukup. Pembelajaran IPS perlu dirancang sesuai
126
kecenderungan kecerdasan majemuk peserta didik agar kecenderungan tersebut
semakin berkembang
menjadi keterampilan
dalam menyelesaikan permasalahan dan dapat memberi karya-karya yang
bermanfaat bagi masyarakat sesuai tujuan IPS dan tujuan kecerdasan majemuk itu sendiri.
2. Persiapan Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Majemuk