50
pembelajaran IPS berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV SDN 4 Wates hingga data yang diperoleh telah mencapai titik jenuh atau mengalami
keajegan. Hal ini dikarenakan proses penelitian tidak ada perlakuan pada subjek penelitian. Tempat dan subjek penelitian dibiarkan alami seperti
pembelajaran pada hari-hari sebelumnya. Gay 2009: 2004 menyebutkan jenis penelitian kualitatif yang mempelajari pola-pola budaya dan perspektif
dari partisipan dalam kondisi yang dibiarkan alami dengan istilah penelitian etnografi.
Penelitian etnografi yang dilaksanakan di dalam kelas disebut penelitian etnografi kelas classroom ethnography. Hammersley 1990: 21
mengemukakan bahwa proses pengamatan dan analisis terhadap interaksi kelas sangat penting untuk menjelaskan secara mendetail bagaimana aktivitas
pendidik dan peserta didik dalam sebuah pola budaya terkait tujuan pendidikan. Penelitian etnografi kelas dapat mengungkapkan makna dari
interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hammersley 1990: 154 mengemukakan bahwa pada penelitian etnografi, pengukuran dilakukan
dengan mengaitkan konsep-konsep abstrak dengan data tertentu. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari pengamatan terhadap pembelajaran IPS
di kelas IV B akan dianalisis berdasarkan teori mengenai langkah-langkah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada BAB II.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SDN 4 Wates yang bertempat di jalan stasiun no.4 kecamatan Wates, kabupaten Kulon Progo, provinsi Daerah
51
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu, sebelum terjun ke lapangan, peneliti harus divalidasi dari segi
pemahaman terhadap metode penelitian maupun landasan teori pada variabel yang akan diteliti.
Sugiyono 2009:
225 mengemukakan
macam-macam teknik
pengumpulan data pada penelitian kualitatif, diantaranya: observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi.
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian. Hal ini ditujukan untuk mengungkap data di lapangan dengan
lebih akurat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran
IPS di kelas IV B SDN 4 Wates, Kulon Progo. Dengan observasi partisipatif ini, diharapkan data yang diperoleh akan lengkap dan akurat.
Kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
52
Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Majemuk Kelas IV SDN 4 Wates
NO. ASPEK
INDIKATOR 1.
Pra pembelajaran a.
Pendidik menyiapkan sumber dan media pembelajaran
b. Pendidik menyiapkan peserta didik
2. Kegiatan awal
a. Pendidik melakukan apersepsi
b. Pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran 3.
Kegiatan inti a.
Pendidik menerapkan strategi pembelajaran verbal linguistik
b. Pendidik menerapkan strategi
pembelajaran visual spasial c.
Pendidik menerapkan strategi pembelajaran musikal
d. Pendidik menerapkan strategi
pembelajaran kinestetis e.
Pendidik menerapkan strategi pembelajaran interpersonal
f. Pendidik menerapkan strategi
pembelajaran intrapersonal g.
Pendidik menerapkan strategi pembelajaran logis matematis
h. Pendidik menerapkan strategi
pembelajaran naturalistik i.
Pendidik menerapkan strategi pembelajaran eksistensial
4. Kegiatan akhir
a. Pendidik menyimpulkan materi
pembelajaran b.
Pendidik melakukan evaluasi pembelajaran
c. Pendidik memberikan tugas lanjutan
2. Wawancara
Nana Syaodih Sukmadinata 2010: 216 mendefinisikan wawancara sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan melalui tatap
muka dengan narasumber. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan
diajukan kepada narasumber. Pedoman wawancara tersebut tidak boleh
53
terlalu sempit atau terlalu detail, namun secukupnya agar data yang diperoleh dapat mendukung penelitian. Hubungan yang baik dengan
narasumber dan perekaman data sangat penting dalam proses wawancara. Pada
penelitian ini,
peneliti menggunakan
teknik wawancara
semiterstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Kedua teknik wawancara ini dipilih karena memiliki karakteristik yang lebih bebas sehingga
diharapkan dapat menggali informasi yang lebih luas dari narasumber. Kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Majemuk Kelas IV SDN 4 Wates NO.
ASPEK INDIKATOR
1. Pendidik
a. Kepahaman konsep 9 kecerdasan
majemuk b.
Pengenalan kecerdasan majemuk pada peserta didik kelas IV B
c. Kepahaman konsep tujuan pembelajaran
IPS d.
Kepahaman penerapan konsep kecerdasan majemuk pada pembelajaran IPS
i. Perencanaan pembelajaran
ii. Pemilihan metode dan media
pembelajaran iii.
Pemilihan jenis evaluasi e.
Tantangan dan hambatan dalam menerapkan konsep kecerdasan majemuk
pada pembelajaran IPS 2.
Kepala sekolah a.
Kepahaman konsep 9 kecerdasan majemuk
b. Peran sekolah dalam mengembangkan
kecerdasan majemuk peserta didik 3.
Peserta didik a.
Pengenalan terhadap kecerdasan majemuk yang dimiliki
b. Pendapat mengenai pembelajaran IPS
54
3. Dokumentasi
Sugiyono 2009: 240 mendefinisikan dokumen sebagai “catatan peristiwa yang sedang berlalu”. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar,
maupun karya peserta didik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi dengan mengumpulkan RPP yang dibuat guru, hasil
karya peserta didik, dan foto yang diambil oleh peneliti sendiri selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Triangulasi
Sugiyono 2009: 241 mendefinisikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik dan
sumber yang ada. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan menggabungkan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi dalam proses pengambilan data serta mengambil informasi dari pendidik, peserta didik, dan kepala sekolah sebagai persyaratan
kelengkapan data.
D. Teknik Analisis Data