70
potensi itu dengan tidak meninggalkan yang lain mata pelajaran lain. Seperti itu. Ya meskipun itu juga agak sulit ya
Mba ya karena mungkin bakat yang menonjol tadi itu bagaimana caranya agar tidak menutupi yang lain. Seperti itu.
Jadi, kalau bisa kan semua itu imbang ya. Maksudnya, tidak terlalu menonjol banget begitu tapi bagaimana kelebihan itu
bisa melengkapi kekurangan dia. Seperti itu.
3. Pemahaman Pendidik terhadap Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Berbasis Kecerdasan Majemuk
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013 pukul 11.50 bertempat di kantor guru SD Negeri 4 Wates, pendidik mengungkapkan
bahwa ia telah memahami bahwa potensi yang dimiliki oleh peserta didik, berupa potensi kecerdasan majemuk, dapat menjadi landasan
dalam pemilihan strategi penyampaian materi. Hal ini sekaligus berkaitan dengan karakteristik yang sudah dikenali oleh pendidik sejak awal
pembelajaran di kelas IV B. Pendidik mungkin belum bisa memfasilitasi satu per satu kecenderungan kecerdasan majemuk peserta didik dalam
pembelajaran. Hal ini dikarenakan prosedur pembelajaran di SD Negeri 4 Wates memang belum mengarah sepenuhnya pada proses pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk yang benar-benar merancang proses pembelajaran berdasarkan kecenderungan kecerdasan majemuk peserta
didik. Disamping itu, kecenderungan kecerdasan majemuk yang beragam di kelas IV B, belum memungkinkan bagi pendidik untuk secara khusus
merancang pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Hal ini sepertinya tidak menghalangi pendidik untuk tetap memfasilitasi potensi-
potensi tersebut melalui proses pembelajaran. Salah satu langkah yang
71
ditempuh oleh pendidik untuk memfasilitasi potensi kecerdasan majemuk peserta didik adalah melakukan variasi desain pembelajaran di setiap
pertemuan. Hal itu bertujuan untuk mengarahkan peserta didik agar menemukan gaya belajarnya sendiri berdasarkan kecenderungan
kecerdasan majemuk yang dimiliki. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai potensi kecerdasan yang bisa diterapkan dalam pembelajaran:
Peneliti : Kemudian kelebihan itu juga bisa diterapkan di pembelajaran?
Bu Ar : Nggih, iya.
Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran IPS pada 6 kali pertemuan, pendidik selalu melakukan variasi baik dalam metode
maupun media. Pendidik lebih cenderung pada metode dan media yang sederhana namun dapat mengena pada peserta didik. Disamping
bertujuan mengembangkan kecerdasan majemuk peserta didik, inovasi- inovasi pembelajaran yang dilakukan di setiap pertemuannya juga
dimaksudkan untuk memfasilitasi padatnya materi IPS sesuai kurikulum yang berlaku di tahun ajaran 20122013. Karakteristik materi IPS yang
penuh dengan konsep akan sulit dipahami oleh peserta didik jika strategi penyampaian yang digunakan oleh pendidik tidak tepat. Berikut adalah
kutipan wawancara mengenai penggunaan metode yang sederhana tetapi mengena pada peserta didik:
Bu Ar : Kalau saya itu Mba, saya itu biasanya memberikan konsep
ke anak-anak itu sesuatu yang sederhana begitu, Mba. Ngga muluk-muluk, pake yang nyeleneh-nyeleneh itu ngga.Soalnya
saya harus butuh, butuh yang ekstra gitu.Saya lebih ke sesuatu
72
yang simple, yang sederhana tapi bisa dimengerti anak itu saya lebih suka dan lebih mengena kepada anak. Seperti itu.
Misalnya dengan kit IPA itu ya, kit IPA itu kan ada tapi kita bisa menyederhanakan yang lebih sederhana. Kita ambil yang
simple itu.Jadi kalau sesuatu yang sederhana, yang mudah itu diterima anak juga enak.Seperti itu.
Salah satu metode yang menurut pendidik dapat memfasilitasi beberapa kecerdasan sekaligus adalah metode diskusi yang divariasi
dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Melalui diskusi, peserta didik dapat melakukan curah gagasan untuk menggali pengetahuan, memupuk kerja
sama dan toleransi antar peserta didik, serta melatih keberanian dalam menyampaikan pendapat. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai
penggunaan metode diskusi dan manfaat yang dirasakan oleh pendidik melalui penggunaan metode tersebut:
Bu Ar : Itu biasanya kita ajak diskusi, Mba. Soalnya ehm ketika
diskusi itu banyak sekali kemampuan yang bisa kita latih. Misalnya, kan seperti ini Mba, ada anak yang dia ini pinter,
merasa paling pinter, dia ngga mau kerjasama dengan temannya. Itu kan sama saja dia tidak pandai dalam kerjasama.
Sosialnya kurang ngoten lho. Kita kan biasanya menerapkan sama anak-anak, nekkelompokkanngga usah milih-milih temen.
Belum tentu yang pandai-pandai itu pasti yang pertama kali selesai.Nyatanya memang seperti itu, Mba. Itu saya kan
kadang-
kadang pake
yang “bintang-bintang”
itu. pokoknyamacem-macem lah caranya supaya mereka tidak
mben dina kuwi-kuwi terus, ngoten niku kan. Jadinya lewat situ diskusi kan bisa kita lihat, oh ternyata si anak ini sudah bisa
bekerja sama, dia bisa mengungkapkan pendapat, dan sebagainya. Nanti terus ada tanggung jawab, ada keberanian
ketika mereka presentasi. Saya membiasakan anak ketika disuruh maju ke depan itu kan kalau mereka mau
menyampaikan sesuatu kan ada perkenalan dulu. Mereka kan bingung mau ngomong apa. Terus saya bilang, coba anak-anak
kalau lihat ada orang-orang yang mau menyampaikan pendapatnya kepada orang lain apakah ada tata caranya ngga,
73
ada aturannya ngga seperti apa, ngoten niku. Nah, kan mereka sudah pernah mengerti kan. Alhamdulillah itu saya contohkan
misalkan, teman-teman kami dari kelompok berapa akan mempresentasikan hasil diskusi kami. Seperti itu. Jadi, mereka
kan ya kalimatnya ngga harus itu-itu terus. Boleh diganti lho. Itu kancuma pendapat dari teman-teman dijadikan satu kan
caranya seperti ini. Itu bisa kalian kembangkan sendiri.Seperti itu. Saya penginnya itu ke yang apa ya, yang menyenangkan
lho, Mba. Terutama game tadi, kemudian diskusi.Kemudian saya coba kalo memungkinkan itu Mba, pakai lingkungan
sekitar.
4. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Majemuk