66
dan emosional. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai yel yang sering digunakan di tengah-tengah pembelajaran:
Bu Ar : Kalau, apa namanya, kita harus belajar terus seperti itu
kan jenuh begitu. Kan otak kita itu kerja terus gitu kan Mba. Jadi kan butuh otak itu untuk direlaksasikan sejenak. Ya
sebagian saya ambil dari Titian itu tapi yang sebagian lain saya kembangkan sendiri. Saya coba sendiri bikinapa lah seperti itu
biar menarik, biar anak itu ngga bosan, biar menyenangkan. Seperti itu. Kan kalau seperti itu kan kita bikin kesepakatan
misalkan kalau MERAH berarti SEMANGAT, kalau HIJAU berarti apa. Kan kalau seperti itu bisa kita kombinasikan. Jadi
kan itu salah satunya bisa untuk menyegarkan anak kembali supaya tidak jenuh di pembelajaran. Seperti itu.
BN : Seneng sama yelnya.
SHH : Jadi semangat itu lho, Bu.
2. Pemahaman Pendidik terhadap Kecerdasan Majemuk
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013 pukul 11.50 bertempat di kantor guru SD Negeri 4 Wates, pendidik mengungkapkan
bahwa ia telah memahami bahwa hakikat kecerdasan bukan semata-mata dapat diukur dari kemampuan kognitifnya saja. Pendidik merasakan
sendiri bahwa kecerdasan peserta didik bersifat tidak tetap dan selalu berkembang seiring proses pembelajaran. Pendidik memandang bahwa
skor Intelligence QuotientIQ yang diperoleh melalui tes, bukanlah pedoman yang mutlak untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta
didik.Kecerdasan dibentuk dan dikembangkan melalui pembiasaan, pelatihan, dan daya dukung dari lingkungan sekitar, seperti keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Pendidik selalu menganggap setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan jika pendidik dan orang-orang yang ada
67
di sekitarnya bersedia membimbing dan mengarahkan. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai konsep IQ dan kecerdasan majemuk:
Bu Ar : Kalau bagi saya itu ngga terlalu ya. Soalnya ternyata
mereka itu siswa kelas IVB kan sudah pernah dites ya. Tapi ternyata itu tidak, tidak 100 menjamin betul dan pada, pada
apa namanya, pada perkembangannya itu juga tidak, tidak selamanya bisa ya. Tapi yang mungkin awalnya intelejensinya
rendah, karena adanya proses, karena adanya orang lain, lingkungan dan sebagainya, tidak menutup kemungkinan
bahwa dia itu juga bisa berkembang, begitu.Seperti itu. Dan kecerdasanpun kan tidak hanya satu aspek ya. Banyak jenisnya
to.
Berdasarkan jawaban yang diutarakan pendidik di atas, dapat terlihat bahwa pendidik adalah sosok yang menghargai setiap kemampuan yang
dimiliki peserta didik. Pendidik senantiasa memantau perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik di setiap
pembelajaran yang mereka lakukan. Beliau memperhatikan sekecil apapun kemajuan yang diperlihatkan oleh peserta didik sekaligus
mencatat kekurangan-kekurangan yang masih dimiliki peserta didik untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan pada rancangan
pembelajaran selanjutnya, seperti yang pernah dialami pendidik terhadap salah satu peserta didik kelas IV B. Berikut ini adalah kutipan wawancara
mengenai pengalaman pendidik menangani kekurangan peserta didik pada semester 1 tahun ajaran 20122013:
Bu AR :Terutama kemarin di semester 1 itu Sesha. Itu dia itu, apa,
PRnya sering ketinggalan. Kemudian itu nek mengerjakan itu suwi lama. Akhirnya saya komunikasi dengan orang tua,
tidak hanya saya sendiri tapi juga ini lho mas Sesha itu seperti
68
ini, saya tolong dibantu Pak. Kemudian bapaknya itu, itu sudah mending lho Bu wong saya kalau pulang kerja itu anaknya
sudah tidur, ngga pernah sempet nemenin belajar, njuk pripun nggih Bu terus bagaimana ya Bu. Saya ngasih saran, ya kalau
seperti ini terus kan tidak baik, Pak. Saya seperti itu. Terus saya tanya, mas Sesha niku ndherek les mboten teng dalem itu
ikut les tidak di rumah. Mboten e Bu, ajeng kulo leske nopo nggih tidak e Bu, mau saya leskan apa ya. Saya sarankan
mungkin mas Sesha dileskan saja, Pak. Tapi jangan les yang umum, mending yang privat saja. Itu Alhamdulillah, Mba. Di
semester 2 itu PR mesti dibawa, nilai itu meningkat itu. Saya juga kaget kan. Saya mikir, bapakke ngeleske po yo bapaknya
ngleskan apa ya. Saya tanya, mas Sesha ndherek les nopo, Bu. Ngga ko Bu. Ya sudah. Memang dulu kansuka saya
komentarin itu kan. Kamu itu sebenarnya pinter, gini ggini gini. Alhamdulillah dia banyak peningkatannya.Saya sangat
seneng sekali. Terus saya amati, PRnya sudah rajin, kalau ngerjakan juga cepet.
Pinter poko‟e, saya motivasi seperti itu. Ya Alhamdulillah, Mba.Itu salah satu yang membuat saya
senang ketika anak saya bermasalah kemudian dia tidak punya masalah lagi.Dia bisa keluar dari masalah itu, itu saya seneng
ya.Dan itu riil nyata gitu lho. Biasanya saya kasih kuis, ayo siapa yang paling cepet yang paling rapi, nanti cepet ke depan.
Nah itu aku seneng.Kan biasanya dia ngga pernah ikut, terus dia itu jadi sering ikut.Jadi aku juga Alhamdulillah.
Pendidik memiliki komitmen untuk membimbing peserta didik menuju keseimbangan seluruh ranah perkembangan, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Pendidik tidak mengingkari bahwa tidak semua peserta didik dapat mencapai keseimbangan tersebut secara
sempurna hanya dalam beberapa kali tatap muka pembelajaran, namun pendidik tetap mengupayakan agar pembelajaran di kelas IV B dapat
menjadi stimulus bagi pengembangan kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik sekaligus solusi bagi kekurangan yang masih dimiliki oleh
peserta didik. Dengan prinsip keseimbangan tersebut, pendidik berharap
69
tidak terjadi ketimpangan yang terlalu besar pada aspek-aspek perkembangan peserta didik di masa yang akan datang. Berikut adalah
kutipan wawancara mengenai pentingnya keseimbangan pada kecerdasan peserta didik:
Bu Ar : kalau menurut saya, kecerdasan ya seperti itu tadi.
Maksudnya, mungkin ya ada anak yang mungkin dia pinter di semua bidang kemudian ada yang pinter di bidang bahasa
tetapi lemah di bidang yang lain. Saya rasa, apa namanya, mereka bisa dikembangkan. Maksudnya, tidak njuk misale ko
pintere nang nggon bahasa thok matematikane kurang. Itu kan sesuatu yang bisa dipelajari. Itu tergantung juga dari orang tua,
dari bu gurunya, jadinya dia bisa belajar lagi sehingga prestasi matematikanya tidak terlalu tertutupi oleh salah satu bidang
yang menonjol tadi, gitu lho.Seperti itu.
Pendidik senantiasa mendukung pengembangan potensi apapun yang
dimiliki peserta didik meskipun beliau tetap menghendaki adanya keseimbangan antara potensi yang unggul tersebut dengan kemampuan
menyerap materi pelajaran di dalam kelas. Pendidik bersedia membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran. Secara tidak langsung, pendidik telah memberikan stimulus kepada
peserta didik untuk mengembangkan kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai
stimulus yang diberikan pendidik untuk mengembangkan kecenderungan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik:
Bu Ar : Ya bagi saya itu, kaya yang sifatnya olahraga begitu. Saya
ikutkan event-event tertentu baik di sekolah atau di luar. Mungkin ini, saya arahkan begitu untuk memaksimalkan
70
potensi itu dengan tidak meninggalkan yang lain mata pelajaran lain. Seperti itu. Ya meskipun itu juga agak sulit ya
Mba ya karena mungkin bakat yang menonjol tadi itu bagaimana caranya agar tidak menutupi yang lain. Seperti itu.
Jadi, kalau bisa kan semua itu imbang ya. Maksudnya, tidak terlalu menonjol banget begitu tapi bagaimana kelebihan itu
bisa melengkapi kekurangan dia. Seperti itu.
3. Pemahaman Pendidik terhadap Pelaksanaan Pembelajaran IPS