sistem kesehatan dan Penanggulangan HiV dan AiDs

INTEGRASI UPAYA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS KE DALAM SISTEM KESEHATAN • 5 oleh pemerintah pusat dengan dukungan penuh dari lembaga kesehatan global; 2 Dalam era desentralisasi ini, pemda belum memiliki komitmen politik dan peran yang signifikan dalam pengembangan kebijakan dan program penanggulangann HIV dan AIDS baik pencegahan, PDP, maupun MD; 3 Pemerintah pusat dan lembaga MPI cenderung menempatkan pemda sebagai pelaksana program sehingga daerah tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk perencanaan, penganggaran, dan tata kelola program; dan 4 Program penanggulangan HIV dan AIDS mengembangkan struktur dan sistem pengelolaan yang berbeda dari pengendalian penyakit menular pada umumnya. Integrasi penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan dengan memaksimalkan sumber daya dan infrastruktur yang tersedia tidak mudah dilaksana- kan karena melibatkan banyak pemain dengan masing-masing kepentingan prag ma- tis nya, kelembagaan, dan kebijakan Dudley dan Garner, 2011; Atun et al., 2010. Upaya untuk mengintegrasikan pendekatan integratif dan vertikal menjadi berisiko karena hasil-hasil yang telah dicapai melalui pendekatan vertikal mungkin bisa kurang tampak atau bahkan hilang karena berbagai inovasi yang telah dihasilkan tidak bisa diakomodasi dalam sistem kesehatan. Sistem kesehatan yang belum kuat juga berisiko pada adanya keengganan mengadopsi inovasi Godwin dan Dickinson, 2012. Meskipun demikian, sejauh ini belum ada kesimpulan yang jelas tentang penga- ruh integrasi intervensi khusus ke dalam sistem kesehatan terhadap status kesehatan masyarakat karena masih terbatasnya studi tentang isu ini sekaligus belum tersedianya metodologi yang dinilai memadai Kawonga, 2012; Coker et al., 2010. Oleh karena itu, isu yang lebih mendasar bukan pada memilih bahwa integrasi lebih baik daripada pendekatan vertikal, tetapi seberapa jauh kombinasi atau komposisi antara kedua komponen pendekatan tersebut bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi upaya untuk meningkatkan status kesehatan dengan mempertimbangkan kompleksitas pe nye diaan layanan kesehatan dan berdasarkan perencanaan, koordinasi, dan ma- na jemen yang efektif Dudley dan Garner, 2011; Atun et al., 2010. Mengetahui komposisi dan kombinasi komponen dari dua pendekatan ini merupakan tantangan terbesar dan memerlukan penilaian yang sangat hati-hati. Dengan demikian, permasalahan kebijakan yang perlu diperhatikan dalam melihat keterkaitan antara upaya penanggulangan HIV dan AIDS dan sistem kese- hat an di Indonesia antara lain: 1 Sejauh mana kebijakan dan program penang- gulangan HIV dan AIDS di Indonesia terintegrasi dengan sistem kesehatan yang berlaku? 2 Dalam komposisi dan bentuk bagaimana pendekatan vertikal dan pendekatan terintegrasi bisa dikombinasikan agar mampu meningkatkan efektivitas 6 • PKMK FK UGM dan keberlanjutannya dengan memperhatikan fungsi-fungsi sistem kesehatan, karak- teristik para aktor yang terlibat di dalam sistem kesehatan dan penanggulangan HIV AIDS, serta konteks eksternal di mana interaksi tersebut terjadi baik dari aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Untuk bisa menjawab dua isu kebijakan di atas, maka PKMK FK UGM, dengan bantuan pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade DFAT bekerjasama dengan sembilan universitas di delapan provinsi di Indonesia, melakukan penelitian tentang Integrasi Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS Ke Dalam Sistem Kesehatan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memetakan berbagai kekuat an dan kelemahan sistem kesehatan di Indonesia dalam mendukung atau merespons permasalahan HIV dan AIDS sehingga diharapkan bisa mengidentifikasi berbagai potensi dan peluang untuk mengintegrasikan upaya penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan.

C. Pertanyaan dan Tujuan Penelitian a. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: Seberapa jauh integrasi upaya penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan di Indonesia? Pertanyaan penelitian tersebut diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan khu- sus sebagai berikut: 1. Bagaimana konteks, proses, dan substansi kebijakan dan program penanggulangan HIV dan AIDS pada tingkat pusat dalam sistem kesehatan yang berlaku? 2. Seberapa jauh sinergi fungsi dan peran KPA, Dinas Kesehatan Dinkes, lintas- sektoral, dan LSM dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah? 3. Seberapa jauh konsistensi antara regulasi tentang HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah? 4. Seberapa besar proporsi, kesesuaian, distribusi, dan keberlanjutan pendanaan donor asing, Anggaran Pendapatan dan Belanja NasionalDaerah [APBND] dan dana masyarakat terhadap penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah? 5. Bagaimana hubungan kerja, ketenagaan, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia SDM khusus sektor HIV dan AIDS non-pemerintah dengan SDM kesehatan di tingkat pusat dan daerah? INTEGRASI UPAYA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS KE DALAM SISTEM KESEHATAN • 7 6. Seberapa jauh integrasi sistem pelaporan HIV dan AIDS dalam sistem informasi strategis di tingkat daerah dan pusat serta pemanfatan bukti-bukti evidences untuk pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan program? 7. Bagaimana pengadaan, rantai distribusi, dan portabilitas material pencegahan, diag nostik, dan terapi di tingkat daerah dan pusat dalam konteks kebijakan jaminan kesehatan nasional JKN? 8. Seberapa jauh partisipasi aktif masyarakat terdampak dalam penanggulangan HIV dan AIDS? 9. Bagaimana keterkaitan antara keberadaan universitas dengan kebutuhan pe- nang gulangan HIV dan AIDS di tingkat daerah dan pusat dalam penyediaan sum ber pengetahuan dan SDM?

b. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan di Indonesia sehingga dapat dikembangkan rekomendasi perbaikan kinerja penanggulangan HIV dan AIDS dalam jangka mene- ngah. Secara khusus tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Menganalisis konteks, proses, serta substansi kebijakan dan program penang- gulangan HIV dan AIDS pada tingkat pusat dan daerah dalam kerangka sistem kesehatan yang berlaku; 2. Mengidentifikasi dan mengukur sinergi fungsi dan peran KPA, Dinkes, lintas- sektoral, dan LSM dalam penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah; 3. Mengukur konsistensi antara regulasi HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah; 4. Mengukur proporsi, kesesuaian, distribusi, dan keberlanjutan pendanaan yang ada Donor asing, APBND dan dana masyarakat terhadap penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat pusat dan daerah; 5. Mengidentifikasi hubungan kerja, ketenagaan, dan pengembangan kapasitas SDM khusus sektor HIV dan AIDS non-pemerintah dengan SDM kesehatan di tingkat pusat dan daerah; 6. Mengukur integrasi sistem pelaporan HIV dan AIDS dalam sistem informasi strategis di tingkat daerah dan pusat serta pemanfatan fakta-faktabukti-bukti evidences untuk pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan program; 7. Mengukur pengadaan, rantai distribusi, dan portabilitas material pencegahan, diagnostik dan terapi di tingkat daerah dan pusat dalam konteks kebijakan JKN; 8. Mengukur partisipasi aktif masyarakat terdampak dalam penanggulangan HIV dan AIDS; 8 • PKMK FK UGM 9. Mengukur keterkaitan antara universitas dengan kebutuhan penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat daerah dan pusat dalam penyediaan sumber penge- tahuan dan SDM.

D. kerangka konseptual

Penelitian ini berupaya untuk mengukur seberapa jauh integrasi upaya penang- gulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan. Untuk itu penelitian ini memodifikasi kerangka analisis yang dikembangkan oleh Atun et al., 2010a dan Coker 2010 untuk mengukur integrasi sebuah intervensi yang dikembangkan untuk merespons permasalahan kesehatan tertentu ke dalam sistem kesehatan seba- gai model konseptual yang akan digunakan untuk mengarahkan pengumpulan dan analisis data lihat Gambar 1. Sejalan dengan Atun et al. 2010, integrasi dalam model konseptual ini dide fini sikan sebagai tingkat adopsi dan asimilasi intervensi kesehatan khusus ke dalam berbagai fungsi pokok sistem kesehatan. Konsep adopsi atau asimilisasi digu nakan sebagai indikator tingkat integrasi yang didasarkan pada asumsi bahwa sebuah intervensi kesehatan spesifik termasuk penanggulangan HIV dan AIDS merupakan sebuah inovasi dalam upaya kesehatan yang berupa perspektif, praktik, atau pengaturan kelembagaan yang dinilai berbeda dengan upaya kesehatan yang lain. Dilihat dari sisi sistem kesehatan, integrasi menunjukkan seberapa jauh berba- gai fungsi pokok sistem kesehatan didayagunakan secara bersama-sama untuk mendu kung inovasi dalam penyelesaian permasalahan kesehatan tertentu dengan cara membangun komitmen antaraktor dalam sektor kesehatan serta memanfaatkan tekno logi dan sumber daya yang tersedia WHO, 2007. Dalam konteks Indonesia, berbagai fungsi pokok sistem kesehatan tersebut mencakup manajemen dan regulasi kesehatan; pembiayaan; SDM; informasi strategis; penyediaan layanan; dan pember- dayaan masyarakat sebagaimana ditentukan Perpres Nomor 722012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Sebagaimana digambarkan dalam kerangka konseptual, seberapa jauh integrasi upaya penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan dipengaruhi oleh: 1 Karakteristik permasalahan HIVAIDS serta kebijakan dan program penang- gulangannya dalam upaya pencegahan, PDP, dan MD; 2 Interaksi berbagai aktor yang berkepentingan di dalam sistem kesehatan di dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS; 3 Pelaksanaan fungsi-fungsi pokok dalam sistem kesehatan; dan 4 Konteks politik, ekonomi, hukum, dan regulasi tentang permasalahan kesehatan di mana penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan. Dengan demikian, penelitian ini berfokus pada eksplorasi pelaksanaan fungsi-fungsi pokok sistem kesehatan di