Pengantar integrasi upaya penanggulangan hiv publish

INTEGRASI UPAYA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS KE DALAM SISTEM KESEHATAN • 31 penelitian rerata 8,5. Sedangkan Puskesmas, LSM, Populasi Kunci, SKPD dan Lembaga AdatAgama kekuasaannya rendah di semua lokasi penelitian. Diagram 4 menggambarkan rincian pemetaan tersebut. Lebih jauh lagi, hasil pemetaan pemangku kepentingan daerah yang berperan dan berfungsi dalam penanggulangan HIV dan AIDS di 11 lokasi penelitian bisa dikategorikan ke dalam empat variasi interaksi atas kepemilikan kepentingan dan kekuasaannya. Keempat kategori tersebut ialah: 1 Kepentingan Tinggi dan Kekua- saan Tinggi; 2 Kepentingan Tinggi dan Kekuasaan Rendah; 3 Kepentingan Ren- dah dan Kekuasaan Tinggi; dan 4 Kepentingan Rendah dan Kekuasaan Ren dah. Gambar 2 menunjukkan posisi pemangku kepentingan strategis dalam penang gu- langan HIV dan AIDS di daerah berdasarkan pembagian kategori ini: Gambar 2. Posisi Pemangku Kepentingan di Daerah 2 3 Ke pe nt in gan Kekuasaan Tinggi Rendah Tinggi 4 1 Dinkes MPI Walikota Bupati KPAD RSUD PKM LSM Populasi Kunci Lembaga Adat SKPD DPRD Bappeda Posisi pemangku kepentingan berdasarkan kepentingan dan kekuasaan sebagai- mana digambarkan tersebut menentukan bagaimana mereka berperan dan berinteraksi dalam memengaruhi penerimaan pemda terhadap upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Berikut ini pembahasan mengenai masing-masing pemangku kepentingan berdasarkan posisinya.

1. Posisi Pemangku kepentingan a. kepentingan Tinggi dan kekuasaan Tinggi

Pemangku kepentingan dengan kepentingan dan kekuasaan tinggi sangat berpengaruh dalam menentukan bagaimana penerimaan daerah terhadap upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa Bupati 32 • PKMK FK UGM Walikota, MPI, dan Dinkes merupakan aktor-aktor yang termasuk di dalam kategori ini. Namun, ditemukan pula adanya perbedaan antara kepentingan dan kekuasaan secara normatif dengan kepentingan dan kekuasaan secara faktual, seperti yang terlihat dalam pembahasan masing-masing pemangku kepentingan di kategori ini sebagai berikut. BupatiWalikota Sesuai dengan prinsip desentralisasi, BupatiWalikota secara normatif memiliki kepentingan dan kekuasaan yang tinggi dalam pengembangan kebijakan dan pro- gram penanggulangan HIV dan AIDS di daerah. Sebagai pemimpin daerah, Bupati Walikota adalah ketua KPAD sehingga posisi mereka sangat strategis dalam pengam- bilan kebijakan dan pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di daerah. Peran normatif BupatiWalikota telah diwujudkan dengan pembentukan perda tentang penanggulangan HIV dan AIDS sebagai bentuk komitmen formal pemda, misalnya Perwali AIDS di Surabaya, Perwali Jayapura Nomor 112012, dan Walikota Denpasar memasukkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RJPMD sehingga SKPD dapat membuat kegiatan yang berkaitan dengan HIV dan AIDS sesuai dengan tupoksi masing- masing. Meskipun demikian, secara politis kebijakan-kebijakan tersebut tidak sepenuhnya menjadi prioritas daerah sehingga sumber daya untuk untuk melaksanakan kebijakan tersebut tidak dialokasikan secara memadai. Misalnya, upaya untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi anggota SKPD sebagai anggota KPAD agar dapat meng- ang garkan pendanaan penanggulangan HIV dan AIDS belum terlaksana. Dari sisi pengalokasian SDM, belum ada kebijakan operasional yang dikeluarkan pemda untuk memenuhi kebutuhan tenaga terkait upaya penanggulangan HIV dan AIDS, seperti tenaga penjangkauan. Bisa dibilang, dukungan pemda baru sebatas legal-formal dan belum diwujudkan dalam bentuk operasional. Konsekuensinya, implementasi kebijakan daerah tersebut relatif tidak berjalan. Mitra Pembangunan Internasional MPI Laporan Tim Peneliti universitas juga mengungkapkan bahwa MPI mempunyai kepentingan dan kekuasaan tinggi dalam penanggulangan HIV dan AIDS. MPI bekerja dengan sumber daya teknis dan dana yang lebih besar sehingga menjadi pemangku kepentingan yang paling berpengaruh dalam penanggulangan HIV dan AIDS di daerah, termasuk dalam menentukan wilayah kerja, target populasi, dan pengalokasian dana. Penelitian ini menemukan bahwa MPI tidak saja memberikan bantuan dana,