Walaupun siswa mampu berpikir literal dengan baik, apabila hanya di dasari dengan motivasi yang rendah akan menjadikan eksplorasi motif tidak
maksimal, terutama pada usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam eksplorasi motif. Hal ini karena motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya
tindakan yang mengarahkan pada sebuah tujuan tertentu. Maka dari itu, motivasi siswa dalam pembelajaran dekorasi keramik menjadi sebuah domain utama yang
memegang peranan penting untuk terciptanya inspirasi motif dekorasi keramik yang orisinal.
b. Konsentrasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik
Tahap konsentrasi merupakan kelanjutan dari proses persiapan, hanya saja intensitasnya lebih. Konsentrasi merupakan tahap pemusatan pikiran terhadap
sebuah perkara atau permasalahan. Dalam berkarya dekorasi keramik, tahap konsentrasi ini dilaksanakan atas dasar keinginan dalam diri setelah mendapatkan
berbagai informasi motif dekorasi keramik dari proses siswa berpikir divergen. Siswa yang telah mendapatkan data mengenai berbagai motif dan teknik
dekorasi keramik, selanjutnya siswa akan mulai berkonsentrasi mengenai dekorasi keramik apa yang akan diterapkannya. Siswa mulai memilah-milah motif yang
tepat bagi karyanya dengan sesekali menorehkan gambar pada karyanya. Kegiatan siswa ini dilakukan secara sadar untuk melakukan pencarian inspirasi motif. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Siti Nurhayati hasil wawancara, Mei 2014 bahwa dalam mencari dekorasi yang tepat pada karyanya, ia memfokuskankan
pikirannya dan sesekali mencoba menorehkannya pada permukaan keramik.
Gambar VIII: Proses Siswa Menorehkan Gambar pada Permukaan Keramik
Sumber : Dokumentasi Agung Sulistyo, Mei 2014 Gambar XXV tersebut menunjukkan proses siswa yang sedang mencoba
menorehkan gambar pada permukaan keramik. Siswa terlihat serius dan berkonsentrasi dengan gambar yang dibuatnya. Dalam tahap konsentrasi ini
banyak siswa yang gagal dan banyak menghapus berbagai torehan pada karyanya. Torehan ini memberikan bekas pada karyanya, beberapa diantaranya ada yang
sulit untuk dihapus. Hanya sedikit siswa yang mencoba menggambar di kertas, kemudian menghapusnya beberapa kali karena bingung mengimplementasikan
pola dalam pikirannya tersebut. Kebingungan dan kegagalan siswa dalam tahap
ini pada dasarnya adalah wajar. Hal ini karena tahap konsentrasi ini merupakan proses
trial and error
atau tahap awal mencoba dan gagal. Spontanitas siswa kurang kreatif dalam menorehkan gambarnya pada
permukaan keramik hanya didasari atas pemikiran yang sesaat, namun siswa tidak nampak untuk melihat kesalahan dan kekurangan dari gambar yang dibuatnya.
Siswa terlihat tidak sabar dalam berkonsentrasi ini. Pikiran mereka tidak fokus sepenuhnya pada apa yang dipikirakannya, tidak jelas apa yang ingin
digambarnya. Dalam penorehan gambarnya mereka kurang memperhatikan apa yang kurang dari gambarnya. Pola yang dibuatnya berubah-ubah dan sering kali
sama sekali berbeda dengan gambar yang telah dihapusnya sebelumnya. Apabila siswa mau berpikir untuk mengoreksi dan fokus pada kesalahan dan kekurangan
pada gambar yang dibuatnya, akan terbentuk sebuah pola yang baik atau solusi dari kesalahan dan kekurangan dari gambar yang dibuatnya, karena pada dasarnya
proses konvergen merupakan pemikiran kritis. Sedikit berbeda dengan siswa yang kreatif. Konsentrasi dalam mereka
memikirkan dekorasi keramik yang akan diterapkannya dengan tidak mudah menyerah dan mampu mencoba lebih lama dibandingkan dengan temannya yang
lain. Siswa yang kreatif dalam mencoba menorehkan gambar pada karyanya tidak serta merta langsung menggambar, namun mereka merenacakan pola setiap akan
menggambar pada karyanya. Mereka mengingat-ingat apa yang pernah dilihatnya. Seperti yang dikatakan Wisnu Antono hasil wawancara, Mei 2014 bahwa dalam
menggambar pada permukaan keramik, ia mencoba mengingat apa yang pernah dilihat dan dibuatnya pada saat praktik industri. Jadi, dalam proses
menggambarnya pun mereka seperti sudah memiliki pola gambar dalam pikirannya. Berbeda dengan siswa yang kreativitasnya rendah yang langsung
menghapus gambar motif pada percobaannya; siswa yang kreatif tidak langsung menghapus gambar yang dibuatnya, namun mereka menempanya di atas gambar
yang salah tersebut dan kemudian mereka mencoba menyempurnakannya. Tahap konsentrasi pada proses kreatif siswa berkarya dekorasi keramik ini
terjadi bukan hanya sekali saja. Konsentrasi siswa terjadi berkali-kali bergantung dari berapa kali ia mencoba menorehkan gambar langsung pada permukaan
keramik atau menggambar pada kertas. Sesekali pada tahap konsentrasi ini terjadi proses inkubasi karena spontanitas otak dalam merespon kelelahan berpikir.
Maka dari itu, pada tahap konsentrasi ini siswa memusatkan pikirannya untuk memikirkan motif apa yang akan dibuatnya dengan implementasi mencoba
menorehkan motif yang ada dalam pikirannya pada kertas maupun langsung pada badan keramik. Namun demikian, dalam implementasinya kebanyakan siswa
mengalami kegagalan tetapi juga dilanjutkan dengan percobaan kembali menggambar lagi pada kertas maupun permukaan badan keramik.
c. Inkubasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik