Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Dekorasi Keramik

Dalam pembelajaran praktik baiknya guru merencanakan bentuk pendampingan, bimbingan, metode, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa, serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat siswa berkarya dekorasi keramik, seperti butsir, banding wheel , dan juga engobe; sehingga pembelajaran praktik akan lebih siap untuk dilaksanakan dan dioptimalkan kreativitasnya. Hal ini dikarenakan tujuan belajar dekorasi keramik mengarah pada pembelajaran praktik yang pada dasarnya merupakan rumusan pernytaan mengenai kemampuan dan tingkah laku yang diharapkan dikuasai setelah menerima pelajaran Sudjana Nana, 2002:61. Perencanaan yang baik dalam pembelajaran dekorasi keramik adalah dengan memberikan tema mengenai motif yang akan dibuat serta menentukan keteknikan dekorasi keramik sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari. Dapat pula pembelajaran dekorasi keramik direncanakan bersamaan dengan pembelajaran pembentukan keramik, namun harus ditegaskan dekorasi apa yang akan dipelajari, serta motif apa yang akan diterapkan pada permukaan keramik tersebut. Dengan demikian, kompetensi dekorasi keramik dapat tercapai dan hasilnya dapat lebih kreatif.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Guru setelah merencakan pembelajaran dengan baik, dilanjutkan dengan mengimplementasikan perencanaan tersebut pada pelaksanaan pembelajaran. Menurut Suryosubroto 1997:36 pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran dekorasi keramik meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pertama, kegaiatan pendahuluan merupakan proses dimana guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pelaksanaannya meliputi beberapa kegiatan seperti mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang hendak dicapai. Selain itu, guru juga meyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus Depdiknas, 2009:24. Kedua, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpertisipasi aktif; serta tahap ini memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan pengembangan fisik serta psikologis siswa Depdiknas, 2009:24. Dalam kegiatan inti ini meliputi tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Eksplorasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencaritemukan berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi. Elaborasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna. Konfirmasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan bagi siswa untuk dinilai, diberi penguatan dan diperbaiki secara terus-menerus. Dalam kegiatan inti guru dituntut untuk menerima ide siswa yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; dapat menerima balikan feedback ; dan dapat lebih mendengarkan siswa, khususnya tentang apresiasi dan perasaannya Roger, dalam Mulyasa, 2014:42. Ketiga, kegiatan penutup adalah kegiatan dimana guru bersama dengan siswa untuk membuat rangkuman, melakukan penilaian, umpan balik, kegiatan tindak lanjut remidi, pengayaan, atau konseling, serta meyampaian rencana pembelajaran selanjutnya Depdiknas, 2009:27. Guna merangsang kreativitas siswa dalam pembelajaran guru harus melibatkan siswa, baik mengenai bagaimana cara belajar yang terbaik menurut siswa sendiri maupun tentang apa yang telah dipelajari selama dalam pembelajaran. Serangkaian pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan proses dimana guru menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif untuk siswa belajar. Lingkungan belajar yang dapat merangsang kreativitas siswa dapat diusahakan oleh guru dengan menciptakan suasanya atau kondisi seperti tidak diawasi tetapi diarahkan untuk mencapai yang terbaik, agar siswa menunjukkan minat, tetapi tidak merasa tegang dan tertekan oleh sikap guru; selain itu, guru harus mendorong siswanya untuk belajar menurut cara terbaiknya, namun perlu ditekankan kepada siswa mengenai proses belajar bukan pada penilaian Utami Munandar, 2012:111; sehingga hasil dekorasi keramik maksimal, memiliki nilai estetis, dan memiliki kualitas kreativitas yang tinggi.

3. Evaluasi Pembelajaran