terjadi beberapa kali pada siswa yang kreatif. Dampak dari inkubasi inilah yang menjadikan mereka lebih tenang dalam konsentrasi. Hal ini karena manfaat dari
inkubasi terhadap proses konsentrasi, yaitu saat di mana siswa sedikit demi sedikit dibebaskan dari kerumitan berpikir. Jadi, siswa yang kreatif setelah proses
konsentrasi pikirannya akan lebih terarah menuju sesuatu yang lebih baik, baik dalam cara mengolah, mengembangkan, maupun mengoreksi gambar yang
sebelumnya dibuat. Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya siswa memiliki cara-cara
tersendiri pada tahap inkubasi ini. Namun, tahap ini saling berselingan dengan tahap konsentrasi seiring dengan refleksitas otak untuk beristirahat. Pada tahap ini
kebanyakan siswa tidak mengistirahatkan otaknya secara penuh. Dengan demikian, pada tahap inkubasi ini tidak menimbulkan inspirasi motif dekorasi
keramik.
d. Iluminasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik
Dalam proses kreatif siswa berkarya dekorasi keramik siswa telah melewati tahap persiapan, konsentrasi, dan inkubasi; maka terbentuklah sebuah
inspirasi dekorasi keramik yang akan diproduksi oleh siswa. Tahap ini disebut dengan istilah iluminasi. Iluminasi merupakan tahap timbulnya
insight
atau
aha
-
erlebnis
, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru. Pada tahap ini seorang siswa telah menemukan sebuah ide atau gagasan yang tepat untuk dekorasi keramik
yang akan diterapkan.
Tahap iluminasi pada hakikatnya merupakan hasil dari ketiga tahap sebelumnya, namun yang paling mendasarinya adalah pada tahap persiapan.
Tahap di mana siswa mulai untuk mengumpulkan informasi yang didapatkannya yang difokuskan pada salah satu dengan melalui berbagai percobaan, barulah
kemudian terbentuk sebuah inspirasi motif dekorasi keramik. Jadi, muncul atau terciptanya sebuah inspirasi motif dekorasi keramik sangat dipengaruhi oleh tahap
persiapan siswa dalam berpikir kreatif. Siswa-siswa kurang kreatif dalam inspirasi dekorasi keramiknya muncul
atas dasar kegiatan dalam proses persiapan. Inspirasi yang terbentuk masih dalam pikiran dan imajinasi mereka, walaupun sudah diwujudkan dalam bentuk gambar
pada permukaan keramik ataupun kertas. Gambar pada kertas maupun permukaan keramik merupakan hasil percobaan pada proses konsentrasi, sedangkan inspirasi
yang sempurna masih dalam bentuk ide atau gagasan dalam pikirannya dan belum diwujudkan secara nyata.
Dalam inspirasi yang dihasilkan oleh siswa kurang kreatif menunjukkan kurangnya orisinalitas, karena inspirasinya kurang menunjukkan kebaruan, baik
dalam teknik maupun motif. Berdasarkan hasil analisis kualitas kreativitas dekorasi keramik lihat tabel 3 menunjukkan 21 dekorasi keramik memiliki
orisinalitas yang rendah dan sangat rendah. Pada saat siswa kurang kreatif mengamati dekorasi keramik yang ada di
studio keramik dengan minat dan motivasi pada motif dengan keteknikan ukir dan terawang, saat itulah ia hanya mendapatkan informasi yang hanya sedikit dan
terbatas. Jadi, informasi yang diperoleh masih sedikit karena pikirannya tidak
bebas dan kurang berminat terhadap dekorasi keramik dengan keteknikan yang lain. Selain itu, mereka juga tidak tertarik mengamati dengan dekorasi keramik
yang memiliki kompleksitas yang tinggi, sehingga dalam konsentrasinya hanya tertuju pada dekorasi keramik dengan teknik ukir dan terawang, yaitu teknik yang
dikuasai dan biasa dilakukan oleh mereka. Dengan demikian, inspirasi yang terbentuk pun tidak jauh berbeda dengan dekorasi keramik yang diamatinya.
Tingkat kebaruan inspirasi motif dekorasi keramik menjadi rendah jika dilihat atas dasar kemampuan dan pengalaman siswa. Kebaruan harus dalam
pertimbangannya dilihat dari sudut pengalaman si pencipta atau siswa. Jadi, hal tersebut jelas menyampaikan mengenai kebaruan dalam siswa mencetuskan
sebuah inspirasi, sangat dipengaruhi oleh pengalamannya, dalam hal ini adalah pengalaman selama belajar dekorasi keramik. Apabila kompetensi dekorasi
keramik sudah banyak dipelajari lihat lampiran II, namun dalam pernyataannya hasil wawancara Agung Widodo, Mei 2014 siswa hanya selama ini hanya
menerapkan teknik ukir, toreh, dan terawang saja, hal inilah menjadikan tingkat kebaruan inspirasi dekorasi keramik tidak terbentuk, terutama bagi siswa itu
sendiri. Siswa kurang kreatif selama ini hanya menggunakan ketiga teknik tersebut
dan tidak termotivasi untuk menggunakan teknik yang lain. Selain itu, motif yang digunakan pun tidak mengalami perubahan yang signifikan, karena dalam
pernyataannya hasil wawancara Irfan Andika Nugroho, Mei 2014 motif yang digunakan selama ini hanyalah motif tumbuhan, motif Jepara, dan Yogyakarta.
Jadi, inspirasi dekorasi keramik yang dihasilkan siswa terbatas pada ketiga motif
itu saja.
Dalam penerapannya
siswa hanya
mengembangkan dan
mengkombinasikannya saja, namun kurang dapat menimbulkan kreasi baru. Mengembangkan dan mengkombinasikan pada dasarnya adalah hasil dari berpikir
kreatif. Namun konteks penekanannya adalah pada tingkat kebaruannya, karena hakikatnya kreativitas tidak harus sama sekali baru, namun dapat juga hasil dari
perpaduan, pengembangan, maupun kombinasi sesuatu yang sudah ada dan bersifat baru. Maka dari itu, walaupun hasil inspirasinya merupakan bentuk dari
kreativitas, yaitu mengembangkan dan mengkombinasikan, namun kadarnya rendah. Hal ini dikarenakan konteks kebaruannya rendah. Inspirasi inilah yang
mengakibatkan derkoasi keramik menjadi monoton, baik bagi siswa maupun pada lingkup studio keramik.
Siswa kreatif pada tahap iluminasi ini dalam sikapnya menunjukkan imajinasi yang lebih baik. Inspirasi dekorasi keramiknya terbentuk dalam bentuk
imajinasi, seperti yang dikatakan Agustina Tri Utami hasil wawancara, Mei 2014 bahwa inspirasi yang diperolehnya berasal dari percobaan dan dalam
bentuk imajinasi. Jadi, siswa yang kreatif sudah memiliki gambaran dalam pikirannya mengenai inspirasi dekorasi keramik yang akan diterapkan. Dalam
perwujudannya, inspirasi yang dihasilkan oleh siswa ini sudah dalam bentuk gambar pola di permukaan keramik.
Inspirasi dekorasi keramik yang dihasilkan oleh siswa kreatif menunjukkan kebaruan yang lebih, baik bagi siswa itu sendiri maupun studio
keramik. Dalam siswa mengumpulkan informasi tahap persiapan proses kreatif, mereka jelas lebih bebas bereksplorasi dibandingkan dengan temannya dengan
motivasi yang rendah. Mereka bereksplorasi dari berbagai informasi keluar dari studio keramik dengan motivasi yang tinggi. Pengalaman siswa yang terbentuk
selama ini adalah pencarian dan percobaan. Wisnu Antono hasil wawancara, Mei 2014 menyatakan bahwa dalam berkarya dekorasi keramik ia berusaha mencoba
berbagai teknik dan motif yang tidak biasa. Jadi, dalam karya dekorasi keramiknya, mereka tidak terpaku pada teknik maupun motif yang biasa
dibuatnya, namun mereka mencoba sesuatu yang baru dengan penyusunan dan pengembangan yang bersifat prinsipal.
Dalam inspirasinya, siswa kreatif dapat secara jelas wujud dalam bentuk gambar pada permukaan keramik. Selain itu, dalam berpikirnya mereka lebih
lancar, tidak terburu-buru, dan sabar. Kelancaran dalam mencetuskan sebuah inspirasi lebih mengarah pada kemampuannya pada tahap proses kreatif ini.
Berdasarkan hasil observasi Mei 2014 menunjukkan bahwa siswa yang kreatif lebih cepat dalam melahirkan inspirasi dekorasi keramik. Hasil inspirasi dekorasi
keramik siswa kreatif adalah motif geometris dan tumbuhan. Inspirasi yang dihasilkan mereka lebih inovatif dengan penyusunan motif yang baik lihat
gambar V, IX, dan XVIII. Dengan demikian, inspirasi dekorasi keramik yang dihasilkan siswa pada
tahap ini kebanyakan adalah pengembangan dan pengkombinasian motif yang ada di studio keramik, sehingg motif yang dihasilkan siswa kurang orisinal
dikarenakan hanya memadukan motif yang telah ada, bukan mencetuskan motif yang sama sekali baru atau pengembangan motif yang baru.
2. Implementasi Motif Dekorasi Keramik pada Permukaan Badan Keramik