75
BAB V FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA KREATIVITAS
SISWA DALAM BERKARYA DEKORASI KERAMIK PADA KELAS XI SMK N 1 KALASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi rendahnya kreativitas siswa dalam berkarya dekorasi keramik pada kelas XI
keramik SMK Negeri 1 Kalasan. Rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran dekorasi keramik sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
siswa dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kreativitas siswa dapat terwujud dengan adanya dorongan dari dalam diri maupun lingkungan di
sekitarnya. Selain itu, kreativitas hadir dengan adanya faktor lingkungan atau kondisi kreatif. Hal tersebut terjadi karena kreativitas dapat tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan atau kondisi yang memungkinkan untuk merangsang kreativitas siswa, dalam hal ini adalah lingkungan belajar siswa.
Maka dari itu, rendahnya kreativitas siswa dalam berkarya dekorasi keramik dipengaruhi oleh faktor internal diri siswa dan faktor eksternal lingkungan
belajar. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhi rendahnya kreativitas siswa kelas XI keramik tahun 20132014 dalam
pembelajaran dekorasi keramik.
A. Faktor Internal yang Mempengaruhi Rendahnya Kreativitas Siswa
Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran dekorasi keramik sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa atau faktor internal. Faktor
internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa. Pada dasarnya faktor internal meliputi berbagai hal yang ada pada siswa itu sendiri. Namun, salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi kreativitas siswa adalah motivasi intrinsik
siswa pada saat pembelajaran dilaksanakan. Motivasi intrinsik siswa pada saat pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, khususnya dalam
membentuk perilaku, sikap, dan tindakan siswa untuk menjadi kreatif pada saat pembelajaran. Motivasi intrinsik siswa terbentuk bukan saja berasal dari siswa itu
sendiri, namun faktor internal maupun lingkungan pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap terbentuknya motivasi siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa Mei 2014 pada saat pembelajaran dilaksanakan serta hasil karya dekorasi keramik menunjukkan
bahwa motivasi intrinsik siswa pada pembelajaran dekorasi keramik pada tingkat yang rendah. Hanya sedikit siswa saja yang memiliki motivasi intrinsik tinggi
dalam pembelajaran dekorasi keramik. Pertama, motivasi yang rendah pada saat pembelajaran dekorasi keramik
ditunjukkan dengan perilaku dan tindakan, serta juga hasil karya yang dibuatnya. Tujuan pembelajaran dekorasi keramik siswa hanya sebatas pada pemenuhan
tugas atau selesai semata, namun kurang menunjukkan adanya keinginan belajar mengenai pembuatan motif dengan teknik yang baik. Pada saat siswa mulai
mengerjakan gambar desain, siswa kurang antusias dan kurang peduli terhadap gambar yang dibuatnya, seperti yang dikatakan Irfan Andika Nugroho hasil
wawancara, Mei 2014 bahwa gambar desain itu dianggapnya hanya sebatas formalitas karena hanya dibuat dan dikumpulkan saja, serta tidak dikembalikan
kepada siswa. Jadi, siswa sudah mengetahui bahwa gambar yang dibuatnya tidak akan dinilai dan tidak dikembalikan kepadanya setelah dikumpulkan. Sama halnya
pada saat siswa mengerjakan dekorasi keramik, salah satu siswa yaitu Ana Tri
Daryanti hasil wawancara, Mei 2014 menyatakan “kalau membuat dekorasi
keramik yang penting selesai”. Selain itu, Rini Ambarwati hasil wawancara, Mei 2014 juga
mengatakan “yang penting karyanya ada dekorasinya”. Pembuatan dekorasi keramik dilakukan bukan atas dasar untuk belajar membentuk atau
berkreasi mengenai motif dan teknik dekorasi, namun hanya sebatas untuk memenuhi pengumpulan tugas semata. Maka dari itu, motivasi intrinsik siswa
dalam pembelajaran dekorasi keramik menunjukkan tingkat yang rendah. Kemampuan siswa dalam berpikir divergen yang kurang bebas. Eksplorasi
motif dekorasi keramik siswa terbatasi pada lingkup studio keramik saja. Seperti yang dikatakan oleh Irmawati hasil wawancara, Mei 2014 bahwa dalam mencari
inspirasi dekorasi keramik ia terbiasa mengamati dekorasi keramik yang ada di studio keramik. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dekorasi keramik yang
diamatinya hanya terbatas pada motif dan teknik yang bisa ia kerjakan, yaitu teknik toreh dan ukir. Kemampuan berpikir divergen sangat berhubungan erat
dengan kreativitas siswa. Apabila siswa hanya berpikir divergen dengan terbatas dan kurang bebas menjadikan kreativitas siswa menjadi rendah.
Berdasasarkan hasil observasi Mei 2014 menunjukkan bahwa pada saat membuat dekorasi keramik kebanyakan siswa meletakkan karya dekorasi keramik
yang ditirunya disebelah benda kerjanya. Kemampuan siswa untuk meniru motif merupakan salah satu kegiatan yang kurang baik. Hal ini karena kegiatan meniru
tersebut apabila menjadi kebiasaan dapat menghambat timbulnya daya kreativitas siswa Depdikbud, 1982:199. Hal tersbeut menunjukkan bahwa dalam
pembentukan dekorasi keramik kemampuan siswa dalam mengembangkan masih
rendah dan kebanyakan cenderung meniru dan siswa kurang termotivasi untuk membuat kreasi baru motif dekorasi keramik.
Sebuah dekorasi keramik yang baik akan terbentuk dengan proses yang baik, sedangkan apabila dalam proses pembuatannya kurang baik hasilnya pun
juga kurang baik. Begitu pula yang terjadi dengan hasil karya yang dibuat oleh siswa dengan motivasi intrinsik yang rendah. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan siswa-siswa dengan motivasi intrinsik yang rendah menunjukkan dalam karyanya juga memiliki kualitas kreativitas yang rendah pula.
Berdasarkan uraian mengenai motivasi siswa yang rendah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar ditujukan hanya untuk pemenuhan tugas
semata, kemampuan berpikir divergen siswa kurang bebas dan hanya terbatas pada lingkup studio keramik saja, pada saat pembuatan dekorasi keramik
kebanyakan siswa hanya meniru, serta dekorasi keramik yang dihasilkan siswa menunjukkan kualitas kreativitas yang rendah. Namun dari berbagai kegiatan
tersebut yang sangat mempengaruhi rendahnya kreativitas siswa adalah tujuan belajar siswa yang hanya untuk memenuhi tugas semata. Tujuan tersebut
merupakan motivasi belajar siswa, apabila pemikirannya didasari dengan hal tersebut, maka pada kegiatan pembelajarannya menjadikan siswa kurang aktif dan
tidak menunjukkan usaha untuk berkreasi dekorasi keramik. Dengan demikiran, siswa menjadi kurang kreatif dalam pembelajaran dekorasi keramik.
Kedua, motivasi yang tinggi juga ditunjukkan dengan oleh sedikit siswa kelas XI keramik pada saat pembelajaran. Sikap dan tindakan siswa pada saat
pembelajaran menunjukkan perilaku yang mengarah pada motivasi yang tinggi.
Tujuan pembelajaran dilakukan atas dasar ingin menampilkan sesuatu yang baru dan belajar keteknikan dekorasi keramik, seperti yang diungkapkan Wisnu
Antono hasil wawancara, Mei 2014 bahwa tujuan pembuatan dekorasi keramik adalah untuk mencoba mengkombinasikan antara teknik ukir dan terawang.
Keinginan untuk mencoba dan belajar menerapkan keteknikan dekorasi keramik merupakan salah satu bentuk motivasi yang tinggi dalam pembelajaran dekorasi
keramik. Kemampuan berpikir divergen siswa lebih bebas dan tidak terpaku pada
lingkup studio keramik saja. Hal ini seperti yang dikatakan Muhamat Samsyul Arifin hasil wawancara, Mei 2014 bahwa dalam merencakan dekorasi keramik
ia mengingat-ingat dekorasi keramik yang ada di tempat praktik industri dan gambar dari internet. Keinginan dan kemampuan siswa lebih bebas dan tidak
terbatasi pada lingkup studio keramik saja. Selain itu, pemikirannya mengarah pada berbagai sumber yang dapat membantunya pada kegiatan berpikir divergen.
Pada saat pembelajaran praktik berkarya dekorasi keramik siswa dengan motivasi yang tinggi juga menunjukkan kemampuannya dalam bekerja lebih keras
dan tidak mudah puas dibandingkan dengan siswa dengan motivasi yang rendah. Hal ini ditunjukkan pada salah satu siswa dengan motivasi yang tinggi, setelah
selesai mengerjakan karyanya ia membuat satu lagi karya. Wisnu Antono hasil wawancara, Mei 2014 menyatakan bahwa karya tambahan yang satunya
direncanakan untuk diterapkan dengan teknik yang berbeda dan mengembangkan motif yang dibuat sebelumnya. Motivasi yang tinggi untuk membuat lebih baik
dan tidak mudah puas akan karyanya menunjukkan motivasi yang tinggi dalam belajar dekorasi keramik.
Siswa dengan motivasi yang tinggi menghasilkan dekorasi keramik dengan kualitas kreativitas yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan proses
pembuatan dekorasi yang baik, bukan saja pada tahap perencanaan untuk menemukan inspirasi dekorasi keamik, namun dalam implementasinya juga baik
pada saat praktik. Maka dari itu, dekorasi keramik yang dihasilkan pun juga memiliki kualitas kreativitas yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan mengenai motivasi intrinsik siswa yang tinggi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar siswa lebih jelas yaitu atas
dasar keinginan untuk mencoba dan belajar mengenai motif dan keteknikan dekorasi keramik, kemampuan berpikir divergen yang lebih luas dan bebas keluar
dari lingkup studio keramik, kemauan untuk bekerja lebih keras dan tidak mudah puas akan karyanya juga ditunjukkan oleh siswa ini, serta dalam hasilnya pun juga
menunjukkan kualitas kreativitas yang tinggi. Bedasarkan berbagai hal tersebut, pemikiran yang sangat mendasari motivasi intrinsik siswa yang tinggi adalah
mengenai tujuan belajar yang jelas. Adanya tujuan tersebut akan menjadikan kegiatan belajar dan usaha siswa dalam belajar menjadi lebih bermakna, sehingga
menjadikan kemampuan berpikir kreatifnya menjadi tinggi. Motivasi intrinsik siswa yang rendah dalam pembelajaran dekorasi
keramik menjadi kebiasaan dan membentuk menjadi sebuah pengalaman bagi siswa. Kemampuan berpikir kreatif siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman
siswa selama dalam pembelajaran dekorasi keramik. Kreativitas siswa terbentuk
sesuai dengan pengalaman atau ide yang ada dalam dirinya. Apabila siswa diberikan tugas untuk berkarya akan dilaksanakannya sesuai dengan mind-set atau
kerangka kerja yang sudah dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan karangka pikir dan kerangka kerja siswa dalam berkarya dekorasi keramik hidup dan
berkembang seiring sejalan dengan pengalaman dan pengkondisian lingkungan pembelajaran dekorasi keramik yang selama ini dijalani.
Pengalaman siswa dalam pembelajaran dekorasi keramik tidak tercipta dengan sendirinya, namun dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya.
Hal itu terjadi karena adanya rangsangan lingkungan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang memberikan tantangan akan menjadikan
kreativitasnya tidak berkembangan secara maksimal. Maka dari itu, motivasi intrinsik siswa pada dasarnya tercipta dan sangat dipengaruhi oleh kondisi
pembelajaran dekorasi keramik yang telah dijalani. Hal ini karena, kreativitas siswa akan terwujud apabila ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya,
namun lingkungan yang tidak menunjang dapat menghambat kreativitas siswa Utami Munandar, 2012:46.
Pada dasarnya pengajaran motivasi intrinsik dalam pembelajaran tidak dapat diajarkan langsung oleh guru, namun untuk merangsang motivasi siswa
dapat dilakukan dengan guru sebagai teladan bagi siswanya. Salah satunya adalah dengan guru menjadi model dari motivasi intrinsik dengan mengungkapkan rasa
ingin tahu, minat, dan tantangan pribadinya untuk melakukan suatu tugas. Dalam pembelajaran dekorasi keramik, hal tersebut diimplemtasikan dengan guru
menunjukkan sikapnya kepada siswa mengenai rasa ingin tahu mengenai motif
dan teknik dekorasi keramik yang bersifat baru. Memperagakan minatnya terhadap dekorasi keramik dengan kompleksotas dan penyusunan yang baik. Serta
menunjukkan rasa tertantang mencari dekorasi keramik yang bersifat baru dan belum pernah ada di studio keramik. Dengan demikian, siswa akan dapat melihat
figur guru sebagai contoh dan teladan, khusunya dalam membentuk motivasi siswa dalam kreasi baru dekorasi keramik.
B. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Rendahnya Kreativitas Siswa