Inkubasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik

menggambarnya pun mereka seperti sudah memiliki pola gambar dalam pikirannya. Berbeda dengan siswa yang kreativitasnya rendah yang langsung menghapus gambar motif pada percobaannya; siswa yang kreatif tidak langsung menghapus gambar yang dibuatnya, namun mereka menempanya di atas gambar yang salah tersebut dan kemudian mereka mencoba menyempurnakannya. Tahap konsentrasi pada proses kreatif siswa berkarya dekorasi keramik ini terjadi bukan hanya sekali saja. Konsentrasi siswa terjadi berkali-kali bergantung dari berapa kali ia mencoba menorehkan gambar langsung pada permukaan keramik atau menggambar pada kertas. Sesekali pada tahap konsentrasi ini terjadi proses inkubasi karena spontanitas otak dalam merespon kelelahan berpikir. Maka dari itu, pada tahap konsentrasi ini siswa memusatkan pikirannya untuk memikirkan motif apa yang akan dibuatnya dengan implementasi mencoba menorehkan motif yang ada dalam pikirannya pada kertas maupun langsung pada badan keramik. Namun demikian, dalam implementasinya kebanyakan siswa mengalami kegagalan tetapi juga dilanjutkan dengan percobaan kembali menggambar lagi pada kertas maupun permukaan badan keramik.

c. Inkubasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik

Tahap selanjutnya, setelah para siswa berkonsentrasi, mereka akan mencoba untuk tidak memikirkan perkara dekorasi yang akan diterapkan. Tahap ini disebut dengan tahap inkubasi atau tahap di mana seseorang seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam artian bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar. Jadi, siswa tidak memikirkannya secara sadar pada tahap ini. Siswa mulai mencoba untuk beristirahat sejenak untuk tidak memikirkan dekorasi yang akan diterapkannya dengan berbagai kegiatan yang mampu untuk menyegarkan pikirannya. Dalam pernyataannya, siswa yang dalam proses inkubasi ini mencoba untuk santai sebentar dengan berbagai kegiatan untuk melepaskan diri sejenak dari pemikiran perkara dekorasi keramik, yaitu dengan beristirahat sejenak, berjalan-jalan, dan mengobrol dengan teman hasil wawancara Irmawati, Ana Tri Daryanti, Nadia Putri Stiyaningrum, Syntia Mayawati, dan Netty Ngabekti, Mei 2014. Semua kegiatan tersebut juga nampak pada hasil observasi Mei 2014 pada proses pembelajaran praktik dekorasi keramik. Tahap inkubasi dalam proses kreatif sering kali terjadi berselingan dengan proses konsentrasi. Tahap ini terjadi ketika siswa mulai melupakan permasalahan dekorasi keramik, walaupun itu hanya sejenak. Siswa terlihat berhenti sejenak dari berkonsentrasi terhadap persoalan dekorasi keramik. Hal ini seperti nampak seperti siswa kelelahan berpikir dan mengambil waktu sebentar untuk menyegarkan pikirannya. Hal inilah yang disebut dengan proses inkubasi, proses di mana siswa mengambil waktu untuk meninggalkan permasalahan, istirahat, dan waktu santai. Selain nampak kelelahan pikiran, dalam proses inkubasi ini sesekali siswa melakukan kegiatan kecil untuk mengalihkan pikirannya dalam permasalahan dekorasi keramik. Dalam proses inkubasi siswa mengobrol dengan temannya membahas sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keramik, setelah mengobrol kemudian ia melanjutkan kembali untuk berkonsentrasi pada gambar dekorasi keramiknya. Selain mengobrol, siswa sesekali berjalan-jalan berkeliling, mencuci muka, dan bermain HP. Siswa-siswa yang kurang kreatif dalam tahap inkubasi ini dilakukan dengan mengobrol, beristirahat sejenak, dan bermain HP. Setelah mereka melakukan kegiatan tersebut, kemudian mereka melanjutkan konsentrasinya terhadap dekorasi keramiknya. Konsentrasi mereka nampak masih dalam kebingungan mencoba menggambar. Hal ini dikarenakan pikiran mereka tidak sepenuhnya beristirahat dan tidak sepenuhnya kembali bugar, sehingga menimbulkan kebingungan yang berlanjut. Selain itu, siswa yang kurang kreatif memiliki motivasi yang rendah, sehingga dalam alam pra-sadarnya kurang dapat membangkitkan pikiran untuk mencari solusi terlahirnya sebuah inspirasi. Kurang kreatifnya siswa dalam tahap inkubasi ini pada dasarnya terlihat bukan dari tindakan apa yang dilakukannya, karena setiap siswa memiliki cara atau kegiatannya sendiri untuk mengistirahatkan pikirannya, namun lebih mengarah kepada pengaruh proses inkubasi ini terhadap proses konsentrasi siswa terhadap persoalan motif dekorasi keramik. Siswa yang kreatif pada kegiatannya tidak jauh berbeda dengan siswa yang kurang kreatif. Dalam kegiatannya mereka sesekali mencuci muka, berjalan- jalan, dan beristirahat sejenak. Hanya yang membedakan dengan siswa yang kurang kreatif adalah dalam inkubasi ini benar-benar dimanfaatkan siswa untuk menyegarkan pikiran dan tubuhnya. Terlihat setelah melakukan kegiatan tersebut, mereka seperti lebih tenang dalam menorehkan gambar pada pemukaan keramik. Meskipun proses inkubasi ini tidak terjadi hanya sekali saja, namun proses ini terjadi beberapa kali pada siswa yang kreatif. Dampak dari inkubasi inilah yang menjadikan mereka lebih tenang dalam konsentrasi. Hal ini karena manfaat dari inkubasi terhadap proses konsentrasi, yaitu saat di mana siswa sedikit demi sedikit dibebaskan dari kerumitan berpikir. Jadi, siswa yang kreatif setelah proses konsentrasi pikirannya akan lebih terarah menuju sesuatu yang lebih baik, baik dalam cara mengolah, mengembangkan, maupun mengoreksi gambar yang sebelumnya dibuat. Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya siswa memiliki cara-cara tersendiri pada tahap inkubasi ini. Namun, tahap ini saling berselingan dengan tahap konsentrasi seiring dengan refleksitas otak untuk beristirahat. Pada tahap ini kebanyakan siswa tidak mengistirahatkan otaknya secara penuh. Dengan demikian, pada tahap inkubasi ini tidak menimbulkan inspirasi motif dekorasi keramik.

d. Iluminasi dalam Perencanaan Pembentukan Motif Dekorasi Keramik