Aktivitas Belajar Kajian Teori

pembelajaran terjadi pada mata pelajaran matematik. Matematika memang mata pelajaran yang membutuhkan trik khusus dalam menyelesaikan soal- soalnya, namun dengan tuntutan kurikulum yang mengharuskan siswa mampu memecahkan masalah pada materi tertentu, maka kemampuan ini dirasa perlu dilatihkan agar siswa terbiasa dengan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi. Menurut Tatag, pemecahan masalah problem solving adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Dengan demikian, pemecahan masalah atau problem solving adalah suatu upaya individu mengatasi kendala yang dihadapi saat menyelesaikan suatu jawaban yang belum nampak kejelasannya. Soal-soal pemecahan masalah yang belum nampak kejelasan masalahnya bukan berarti tidak dapat dikerjakan siswa hanya saja siswa perlu menggali lebih dalam lagi pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang dimilikinya untuk menyelesaikan soal tersebut. Usaha siswa untuk mendapatkan solusi dari setiap permasalahan yang ditemukan pada soal akan melatih peserta didik memahami lebih dalam materi dan memperkuat ingatan siswa tentang materi tersebut. Problem solving telah menjadi bagian penting dalam kurikulum matematika. Pehkonen dalam Tatag 2008 mengkategorikan alasan untuk mengajarkan pemecahan masalah problem solving menjadi empat kategori, yaitu : 20 1. Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan kognitif secara umum 2. Pemecahan masalah mendorong kreativitas 3. Pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi matematika 4. Pemecahan masalah memotivasi siswa untuk belajar matematika. 20 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya :Unesa University Press, 2008, h. 39. Pemecahan masalah merupakan salah satu topik yang penting dalam mempelajari matematika. Banyak ahli matematika mengatakan bahwa matematika menafsirkan gambar atau bangun, membentuk konstruksi geometri, membuktikan teorema dan lain sebagainya. Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertyanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap pertanyaan otomatis merupakan suatu masalah. Menurut Tatag terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah, yaitu 21 1. Pengalaman awal Pengalaman terhadap tugas-tugas dan menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah siswa. Begitu juga siswa dengan pengalaman awal seperti ketakutan terhadap matematika dapat menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 2. Latar belakang matematika Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang berbeda- beda dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 3. Keinginan dan motivasi Dorongan yang kuat dari dalam internal diri ataupun dari luar eksternal dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah. 4. Struktur masalah Struktur masalah yang diberikan kepada siswa, seperti format secara verbal atau gambar, kompleksitas tingkat kesulitan soal, konteks latar belakang cerita atau tema, bahasa soal, maupun pola masalah satu dengan masalah lain dapat mengganggu kemampuan siswa memecahkan masalah. Apabila masalah disajikan secara verbal, maka masalah harus jelas, tidak ambigu dan ringkas. Tingkat kesulitan masalah atau soal hendaknya diawali dari yang sederhana hingga yang sulit agar siswa 21 Ibid., h. 35. lebih termotivasi. Masalah satu dan masalah berikutnya memiliki pola hubungan masalah sumber dan masalah target, sehingga masalah pertama dapat menjadi pengalaman untuk menyelesaikan masalah berikutnya. Menurut Gagne pemecahan masalah tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terlebih dahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak hanya dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir. 22 Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah adalah komponen penting untuk belajar matematika di masa sekarang dan mendatang. Dengan kemampuan pemecahan masalah, siswa akan membangun dan sekaligus memilikinya kemampuan dasar yang lebih bermakna dari sekadar kemampuan berpikir, terlebih dengan mengaitkannya pada bidang lain, kemudian siswa dapat membuat strategi-strategi penyelesaian untuk masalah-masalah selanjutnya yang dipandang lebih efektif. Selain itu, dalam hal ini siswa didorong supaya berpikir bahwa sesuatu itu multidimensi sehingga mereka dapat melihat banyak kemungkinan penyelesaian untuk suatu masalah dengan ketajaman pengamatan, analisis yang lebih baik serta pengembangan proses pemecahan masalah itu sendiri. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah secara substansial masih dijadikan patokan guru untuk menentukan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal tersebut erat kaitannya dengan indikator 22 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, cet. 4, h. 52.

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

0 1 45

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MATERI PELUANG DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGTORU.

0 4 36

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 3 37

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPATIAL SENSE DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER.

0 0 49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN

0 0 17

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA

0 1 12