Pemecahan Masalah Kajian Teori

lebih termotivasi. Masalah satu dan masalah berikutnya memiliki pola hubungan masalah sumber dan masalah target, sehingga masalah pertama dapat menjadi pengalaman untuk menyelesaikan masalah berikutnya. Menurut Gagne pemecahan masalah tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terlebih dahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak hanya dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir. 22 Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah adalah komponen penting untuk belajar matematika di masa sekarang dan mendatang. Dengan kemampuan pemecahan masalah, siswa akan membangun dan sekaligus memilikinya kemampuan dasar yang lebih bermakna dari sekadar kemampuan berpikir, terlebih dengan mengaitkannya pada bidang lain, kemudian siswa dapat membuat strategi-strategi penyelesaian untuk masalah-masalah selanjutnya yang dipandang lebih efektif. Selain itu, dalam hal ini siswa didorong supaya berpikir bahwa sesuatu itu multidimensi sehingga mereka dapat melihat banyak kemungkinan penyelesaian untuk suatu masalah dengan ketajaman pengamatan, analisis yang lebih baik serta pengembangan proses pemecahan masalah itu sendiri. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah secara substansial masih dijadikan patokan guru untuk menentukan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal tersebut erat kaitannya dengan indikator 22 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, cet. 4, h. 52. yang akan dinilai oleh guru dalam mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. Adapun indikator pemecahan masalah menurut Sumarmo, yaitu : 23 1 Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah. 2 Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya. 3 Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika. 4 Menjelaskan dan mengintepretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban. 5 Menerapkan matematika secara bermakna. Selain menurut Sumarmo, adapun Menurut Klurik dan Reyes indikator pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 24 1 Siswa mampu memahami konsep dan istilah matematika. 2 Siswa mampu mengetahui kesukaran, perbedaan, dan analogi. 3 Siswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian khusus dan memilih prosedur serta data yang benar. 4 Siswa mampu memperkirakan dan menganalisis. 5 Siswa mampu mengevaluasi dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungannnya. 6 Siswa mampu mengetahui data yang tidak relevan. 7 Siswa mampu menggeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh. 8 Siswa mampu menukar, mengganti metode atau cara dengan tepat. Melalui indikator kemampuan pemecahan masalah diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan hal yang diketahuinya terlebih dahulu. Hal tersebut membantu siswa mempermudah menyelesaikan soal pemecahan masalah 23 Utari Sumarmo, “Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Kumpulan Makalah “Berpikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya”, 2004, h. 128. 24 Neng Siva Afni Nuraeni, Penggunaan Model Connected Mathematics Task CMT untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA, Skripsi UPI Bandung, Bandung, 2010,h.17, tidak dipublikasikan. yang awalnya dianggap sulit. Pembiasaan harus senantiasa dilakukan guru agar siswa mampu mengerjakan soal pemecahan masalah tanpa mengalami kesulitan. Pembiasaan ini dilakukan melalui latihan soal yang terdapat dalam bahan ajar berbasis pendekatan konstruktivisme yang didesain khusus untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

5. Persamaan Lingkaran

Sejak di sekolah dasar kita sudah mengenal bentuk lingkaran. Dalam matematika lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan atau himpunan semua titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu titik 25 . Titik tertentu itu selanjutnya disebut pusat lingkaran, dan jaraknya disebut ukuran jari-jari. Persamaan lingkaran adalah cara untuk mengekspresikan definisi lingkaran pada bidang koordinat. Jika pusat lingkaran adalah pada asal bidang koordinat, persamaan adalah dimana r adalah jari-jari. Ketika pusat lingkaran pada titik persamaan menjadi .Persamaan lingkaran sering ditemukan dalam bentuk umum .Menggunakan Menyelesaikan teknik Persegi mengkonversi persamaan untuk bentuk mudah. Persamaan lingkaran juga ditulis dalam koordinat polar, pada bidang kompleks, dan dengan menggunakan fungsi trigonometri.

a. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Persamaan garis singgung lingkaran garis dijalan yang dilalui sepeda dapat disebut garis singgung dan titik persentuhan antara roda sepeda dan jalan disebut titik singgung. Perhatikan bahwa jari-jari yang melalui titik singgung A dan B selalu tegak lurus dengan jalan. 25 Husein Tampomas, Seribu Pena Matematika untuk SMAMA Kelas XI, Bogor : Penerbit Erlangga, 2008, h. 223. Garis singgung adalah garis yang memotong lingkaran tepat disatu titik. Titik tersebut disebut titik singgung. Jari-jari lingkaran yang melalui titik singgung selalu tegak lurus dengan garis singung. Terdapat tiga macam persamaan garis singgung yaitu : 1. Garis singgung bergradien m 2. Garis singgung melalui suatu titik diluar lingkaran 3. Garis singgung melalui suatu titik pada lingkaran Persamaan garis singgung dapat dinyatakan dalam bentuk y = mx + c, sehingga secara umum mencari Persamaan garis singgung adalah mencari nilai m dan c tersebut, seperti sudah dibahas sebelumnya mencari m dan c dapat dilakukan dengan cara mensubtitusikan persamaan garis tersebut pada persamaan lingkaran, menyusun persamaan kuadrat , menentukan Diskriminan dan menentukan nilai dari D = 0. Tabel 2.1 Standar kompetensi dan Kompetensi dasar materi pokok persamaan lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 3. Menyusun persamaan lingkaran dan garis singgungnya. 3.1 Menyusun persamaan lingkaran yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. 3.1.1 Merumuskan persamaan lingkaran dengan pusat O0,0 dan a,b. 3.1.2 Menentukan pusat dan jari-jari lingkaran yang persamaannya diketahui dan kedudukan titik dan garis terhadap lingkaran. 3.2 Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran dalam berbagai situasi. 3.2.1 Menentukan persamaan garis singgung yang melalui suatu titik pada lingkaran.. 3.2.2 Menentukan persamaan garis singgung yang gradiennya diketahui. 3.2.3 Persamaan garis singgung kutub polar.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Noviandi Hamid 2011 UIN Jakarta “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme” dengan menggunakan tutor sebaya lebih baik dibandingkan dengan pola pembelajaran konvensional. 2. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Sutini 2012 UIN Jakarta “Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan FPB dan KPK Kelas V” dengan penggunakan LKS dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan FPB dan KPK kelas V.

C. Kerangka Konseptual

Bahan ajar yang selama ini menunjang pembelajaran memiliki peran yang sangat penting, karena bahan ajar merupakan pedoman bagi siswa dalam belajar. Akan tetapi bahan ajar yang ada dan telah beredar sekarang ini masih monoton, artinya masih merujuk pada pembelajaran konvensional yang membosankan dan belum memacu kemampuan pemecahan masalah pada siswa, padahal peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan tersebut dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pembelajaran diadakan bertujuan untuk mencapai semua tujuan dan sasaran pembelajaran yang diinginkan berdasarkan kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan. Untuk mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun, pendidik atau semua pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam mengembangkan bebagai bahan ajar. Agar siswa tidak hanya terpaku pada bahan ajar yang sudah ada tetapi juga bahan ajar yang memiliki karakteristik mengembangkan kemampuan pemecahan masalah berbasis pendekatan konstruktivis. Bahan ajar tersebut didesain sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis yaitu, memancing siswa untuk membentuk atau mengkonsep suatu materi pembelajaran sendiri khususnya pada materi persamaan lingkaran yang kita ketahui materi tersebut abstrak dan sulit dimengerti siswa. Selain itu siswa juga harus membiasakan diri untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting bagi pembelajaran matematika, karena dalam proses pembelajaran maupun dalam menyelesaikan masalah siswa dimungkinkan untuk memikirkan masalah yang dihadapinya dalam menyelesaikan soal kemudian memikirkan kembali hal tersebut untuk menemukan solusi yang jauh lebih baik. Namun, yang terjadi di lapangan menunujukan bahwa pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan kegiatan utama oleh pendidik, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Peneliti menyimpulkan dari semua permasalahan yang telah disebutkan di atas, bahwa bahan ajar belum mampu mengembangkan potensi pemecahan masalah pada siswa yang seharusnya mereka dituntut untuk mampu memecahkan masalah pada tiap-tiap standar kompetensi.

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

0 1 45

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MATERI PELUANG DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGTORU.

0 4 36

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 3 37

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPATIAL SENSE DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER.

0 0 49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN

0 0 17

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA

0 1 12